LUKAS 16:19-31
Lazarus dan Orang kaya
Oleh: Pdt. Budi Asali, M. Div
Luk 16:19-31 - “(19) ‘Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah
ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. (20) Dan
ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring
dekat pintu rumah orang kaya itu, (21) dan ingin menghilangkan laparnya dengan
apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan
menjilat boroknya. (22) Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh
malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. (23) Orang kaya itu juga mati, lalu
dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas,
dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. (24) Lalu
ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia
mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku
sangat kesakitan dalam nyala api ini. (25) Tetapi Abraham berkata: Anak,
ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan
Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat
menderita. (26) Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang
jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu
ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang.
(27) Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau
menyuruh dia ke rumah ayahku, (28) sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya
ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak
ke dalam tempat penderitaan ini. (29) Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka
kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu. (30)
Jawab orang itu: Tidak, bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari
antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat. (31) Kata Abraham
kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka
tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara
orang mati.’”.
I) Perumpamaan
atau cerita yang betul-betul terjadi?
Para penafsir memperdebatkan apakah bagian ini
merupakan suatu perumpamaan atau cerita yang betul-betul terjadi. Kebanyakan
penafsir menganggap cerita ini sebagai perumpamaan, tetapi ada beberapa di sini
mempunyai pandangan berbeda.
Wiersbe’s Expository Outlines (New Testament): “Luke did not say that this narrative was a parable;
perhaps it was an actual occurrence”
(= Lukas tidak mengatakan bahwa cerita ini adalah suatu perumpamaan; mungkin
cerita ini merupakan suatu kejadian sungguh-sungguh).
Calvin: “Some look upon
it as a simple parable; but, as the name Lazarus occurs in it, I rather
consider it to be the narrative of an actual fact. But that is of little
consequence, provided that the reader comprehends the doctrine which it
contains” (= Sebagian
orang memandangnya sebagai suatu perumpamaan; tetapi karena nama Lazarus ada di
dalamnya, saya menganggapnya sebagai suatu cerita dari fakta yang
sungguh-sungguh terjadi. Tetapi itu kecil akibat / konsekwensinya, asalkan
pembaca mengerti doktrin / ajaran yang dikandungnya) - hal 184.
Catatan: bukan hanya nama ‘Lazarus’, tetapi terutama nama
‘Abraham’, ada dalam cerita ini. Tak pernah ada perumpamaan dengan nama orang,
apalagi nama orang yang betul-betul ada / pernah hidup, dimasukkan di dalam
perumpamaan itu. Sebagai tambahan dari saya, suatu perumpamaan biasanya ada
dongengnya, dan lalu ada artinya atau realitanya (bdk. Mat 13:3-9,18-23 Mat 13:24-30,36-43). Kalau cerita ini
dongengnya, lalu mana / apa arti atau realitanya? Dan kalau ini dongengnya,
bagaimana mungkin ada nama-nama orang-orang yang pernah sungguh-sungguh hidup
masuk di dalamnya?
Adam Clarke: “This account of the rich man and Lazarus is either a
parable or a real history. If it be a parable, it is what may be; if it be a
history, it is which has been. Either a man may live as is here described, and
go to perdition when he dies; or, some have lived in this way, and are now
suffering the torments of an eternal fire. The accounts is equally instructive
in whichsoever of these lights it is viewed” (= Cerita tentang
orang kaya dan Lazarus, atau merupakan suatu perumpamaan, atau suatu sejarah
yang sungguh-sungguh. Jika itu adalah suatu perumpamaan, itu merupakan sesuatu
yang bisa terjadi; jika itu merupakan suatu sejarah, itu adalah apa yang telah
terjadi. Atau seseorang bisa hidup seperti yang digambarkan di sini, dan pergi
ke neraka pada saat ia mati; atau, beberapa orang telah hidup dengan cara ini,
dan sekarang sedang menderita siksaan dari api yang kekal. Cerita ini
sama-sama bersifat instruktif dalam terang yang manapun cerita ini dipandang) - hal 464.
Saya berpendapat
bahwa bagian akhir dari kata-kata Clarke maupun Calvin di atas merupakan
sesuatu yang penting. Sebetulnya tak terlalu jadi soal apakah cerita ini
merupakan suatu perumpamaan atau bukan. Menurut saya itu tak akan terlalu
membedakan penafsiran dari text ini. Karena itu banyak juga penafsir yang
tak membahas sama sekali tentang apakah cerita ini merupakan suatu perumpamaan
atau bukan.
II) Bagian yang
kelihatan (ay 19-22a,23a).
Bagian yang kelihatan adalah kehidupan dari 2 orang
dalam cerita ini (Lazarus dan orang kaya) sampai mereka mati dan dikuburkan.
Sekarang mari kita mempelajari beberapa hal dari
bagian ini.
1) Kedua orang
itu sama-sama adalah orang Yahudi.
a) Untuk
Lazarus itu terlihat dari namanya.
Nama Lazarus berasal dari kata Ibrani EL AZAR yang
berarti ‘God has helped’ (= Allah
telah menolong).
b) Untuk
orang kaya ini terlihat dari:
1. Ia
menyebut Abraham dengan sebutan ‘bapa’ (ay 24,27,30), dan Abraham menyebutnya dengan
sebutan ‘anak’ (ay 25). Sebutan ‘bapa’ maupun ‘anak’ di sini
tidak mungkin diartikan dalam arti rohani (seperti misalnya dalam
Luk 19:9), karena orang kaya ini jelas bukan orang beriman. Jadi sebutan
‘bapa’ maupun ‘anak’ harus diartikan secara jasmani, dan ini menunjukkan bahwa
orang kaya ini adalah keturunan Abraham.
2. Orang
kaya ini mempunyai 5 saudara, dan Abraham mengatakan bahwa kelima saudaranya
itu mempunyai ‘kesaksian Musa
dan para nabi’ (ay 29), yang
jelas menunjuk pada Perjanjian Lama. Bahwa mereka mempunyai Perjanjian Lama,
jelas menunjukkan bahwa mereka adalah orang Yahudi (bdk. Ro 3:1-2). Kalau
mereka adalah orang Yahudi, maka jelas bahwa orang kaya itu juga adalah orang
Yahudi.
Catatan: para penafsir biasanya menyebut orang kaya
ini dengan sebutan ‘Dives’,
yang sebetulnya bukan merupakan suatu nama tetapi merupakan suatu kata
bahasa Latin untuk ‘kaya’ (Barclay, hal 213).
2) Kedua orang
ini mempunyai 2 kehidupan yang sangat kontras (ay 19-21).
a) Yang
satu sangat kaya, yang lain sangat miskin.
Dalam terjemahan Kitab Suci Indonesia dikatakan bahwa
Lazarus adalah seorang ‘pengemis’ (ay 20). Demikian juga KJV dan NIV
menterjemahkan ‘beggar’ (= pengemis).
Tetapi sebetulnya kata Yunani yang dipakai hanyalah berarti ‘orang miskin’.
Karena itu RSV/NASB yang menterjemahkan ‘a
poor man’ (= seorang miskin), merupakan terjemahan yang lebih benar.
Barnes’ Notes:
“‘Beggar.’
Poor man. The original word does not mean ‘beggar,’ but simply that he was
‘poor.’ It should have been so translated to keep up the contrast with the
‘rich man.’”
(= ‘Pengemis’. Orang miskin. Kata orisinilnya tidak berarti ‘pengemis’ tetapi
hanya bahwa ia ‘miskin’. Itu seharusnya diterjemahkan demikian untuk memelihara
/ melanjutkan kontras dengan ‘orang kaya’.) - hal 234.
Catatan: Lenski mengatakan bahwa kalau kata PTOCHOS digunakan sebagai kata
benda maka artinya memang adalah ‘pengemis’.
Selanjutnya perlu diketahui bahwa untuk kata ‘orang miskin’ ini
digunakan kata Yunani PTOCHOS. Dalam bahasa Yunani ada beberapa kata yang bisa
diartikan ‘orang miskin’, yaitu PTOCHOS, PENES, dan PENICHROS, tetapi artinya
sebetulnya agak berbeda. Kata PENES dan PENICHROS juga berarti ‘orang miskin’
tetapi ini menunjuk kepada orang miskin yang masih mempunyai sedikit uang.
Tetapi kata PTOCHOS menunjuk kepada orang miskin yang sama sekali tidak
mempunyai apa-apa.
Pulpit Commentary mengomentari kata PTOCHOS dalam
Mat 5:3 sebagai berikut:
·
“PTOCHOS, in classical and philosophical usage,
implies a lower degree of poverty than PENES (2Cor 9:9)” [= PTOCHOS, dalam penggunaan klasik dan filosofis,
menunjukkan tingkat kemiskinan yang lebih rendah dari PENES (2Kor 9:9)] - hal 147.
·
“The PENES may be so poor that he earns his bread by
daily labour; but the PTOCHOS is so poor that he only obtains his living by
begging ... The PENES has nothing superfluous, the PTOCHOS nothing at all” (= Orang yang PENES adalah orang yang begitu miskin
sehingga ia mendapatkan roti / makanannya melalui kerja keras setiap hari; tetapi
orang yang PTOCHOS adalah orang yang begitu miskin sehingga ia hanya
mendapatkan penghidupannya melalui pengemisan ... Orang yang PENES tidak
mempunyai apapun secara berlebihan, orang yang PTOCHOS sama sekali tidak
mempunyai apapun) - hal 147.
Perbedaan ini ditunjukkan secara menyolok dalam cerita
tentang seorang janda miskin yang memberikan seluruh uangnya kepada Tuhan dalam
Luk 21:1-4 - “(1)
Ketika Yesus mengangkat mukaNya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan
persembahan mereka ke dalam peti persembahan. (2) Ia melihat juga seorang janda
miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu. (3) Lalu Ia berkata: ‘Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak
dari pada semua orang itu. (4) Sebab mereka semua memberi persembahannya dari
kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi
seluruh nafkahnya.’”.
Dalam Luk 21:2 ada kata ‘miskin’
dan demikian juga dalam Luk 21:3, tetapi dalam Luk 21:2 digunakan
kata Yunani PENICHROS dan dalam Luk 21:3 digunakan kata Yunani PTOCHOS.
Mengapa berbeda? Karena dalam Luk 21:2 sekalipun janda itu miskin, tetapi
ia masih mempunyai uang sedikit (2 peser), dan karenanya digunakan kata
PENICHROS. Tetapi setelah uangnya dipersembahkan semua, ia tidak mempunyai apa-apa
lagi, sehingga dalam Luk 21:3 digunakan kata PTOCHOS.
b) Yang
satu ‘setiap hari bersukaria dalam kemewahan’ / berpesta (ay 19); yang lain ‘ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh
dari meja orang kaya itu’ (ay 21).
William Barclay: “In that time there were no knives, forks or napkins.
Food was eaten with hands and, in every wealthy houses, the hands were cleansed
by wiping them on hunks of bread, which were then thrown away. That was what
Lazarus was waiting for” (= Pada jaman itu tidak digunakan pisau, garpu atau
serbet. Makanan dimakan dengan tangan dan dalam setiap rumah orang kaya, tangan
dibersihkan dengan mengusapkannya pada potongan roti, yang lalu dibuang. Itulah
yang ditunggu oleh Lazarus) - hal 213-214.
c) Yang
satu mempunyai rumah; yang lain berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu (ay
20). Kelihatannya orang kaya itu cukup baik, karena ia membiarkan Lazarus tidur
di emperan rumahnya. Coba rumah saudara emperannya ditiduri pengemis, apa nggak
ngamuk?
d) Yang
satu berpakaian ‘jubah ungu dan
kain halus’ (ay 19a); yang lain
bahkan tidak bisa membeli perban untuk membalut luka-lukanya sehingga
anjing-anjing menjilati luka-lukanya (ay 21b).
Pulpit Commentary: “This purple, the true sea purple, was a most precious
and rare dye, and the purple garment so dyed was a royal gift, and was scarcely
used save by princes and nobles of very high degree. ... The fine linen
(byssus) was worth twice its weight in gold” (= Warna ungu ini, sungguh-sungguh ungu
laut, merupakan bahan celup / pewarna yang paling berharga dan jarang, dan
pakaian ungu yang dicelup bahan pewarna seperti itu merupakan pemberian yang
megah / indah, dan jarang dipakai kecuali oleh pangeran-pangeran dan
bangsawan-bangsawan dari tingkat yang sangat tinggi. ... Kain lenan halus
harganya 2 x beratnya dalam emas) - hal 66.
Wycliffe Bible Commentary: “‘Linen, used for
undergarments, was equally expensive” (= Kain halus /
lenan, digunakan untuk pakaian dalam, sama mahalnya).
Dari kontras yang diceritakan ini terlihat bahwa dalam
pandangan Tuhan, orang yang diberkati tidak selalu kaya, dan orang yang dikutuk
tidak selalu miskin. Adalah mungkin diberkati tetapi miskin, dan dikutuk tetapi
kaya!
3) Kedua orang
ini sama-sama mati (ay 22a,23a)!
Norval Geldenhuys (NICNT): “The rich man,
like the sick beggar, also died - neither his multitude of possessions not his
influence among men could protect him against the inevitability of death” (= Orang kaya itu, seperti
pengemis yang sakit itu, juga mati - kekayaannya yang banyak maupun pengaruhnya
di antara manusia, tidak bisa melindunginya terhadap kematian yang tidak bisa
dihindari) -
hal 425.
Ditinjau dari satu sudut, orang miskin lebih sukar
mati dari orang kaya. Mengapa? Karena orang kaya bisa membeli segala makanan
yang enak-enak, sehingga menjadi gemuk, kolesterolnya naik, dan mudah terkena
serangan jantung. Sedangkan orang miskin makanannya sederhana sehingga relatif
bebas dari bahaya itu.
Tetapi, ditinjau dari sudut yang lain, orang miskin
lebih mudah mati dibandingkan dengan orang kaya. Mengapa? Karena kalau orang
kaya sakit, ia dengan mudah membeli obat, pergi ke dokter, bahkan kalau perlu
berobat ke luar negeri, untuk menyembuhkan penyakitnya. Tetapi kalau orang
miskin sakit, apalagi dalam masa krismon seperti sekarang, ia tidak bisa membeli
obat atau pergi ke dokter, sehingga cepat mati.
Tetapi apakah seseorang itu kaya atau miskin, tua atau
muda, sehat atau sakit-sakitan, tetap saja semua orang akan mati (bdk. Ibr 9:27
- “manusia ditetapkan untuk mati hanya
satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi”).
Celakanya, kita tidak tahu kapan kematian itu akan
‘menjemput’ kita. Kalau itu terjadi pada hari ini, siapkah saudara?
4) Kedua orang
ini sama-sama dikubur.
Memang untuk orang kaya disebutkan penguburannya
(ay 23a), sedangkan untuk Lazarus tidak. Tetapi rasanya tidak mungkin
Lazarus tidak dikubur, karena bau mayatnya pasti akan mengganggu banyak orang.
Orang kaya diceritakan penguburannya sedangkan Lazarus tidak, karena Lazarus
dikubur secara sederhana, sedangkan orang kaya dikubur dengan upacara yang
hebat, peti mati yang mahal, kuburan yang indah dsb.
Jaman sekarang juga banyak orang kaya yang pada saat
kematiannya, dikubur dengan upacara yang sangat megah dan mewah, dihadiri
banyak orang, dan sebagainya. Tetapi kalau ia adalah orang yang tidak percaya,
maka semua itu bukan hanya tidak berguna, tetapi bisa dikatakan hanya sebagai
olok-olok saja!
Biasanya manusia menyoroti kehidupan hanya sampai di
sini. Kematian dan penguburan dianggap sebagai akhir segala-galanya. Andaikata
cerita ini hanya berhenti sampai sini, maka jelas bahwa semua orang
menginginkan kehidupan orang kaya itu, bukan kehidupan Lazarus. Karena itu
manusia berusaha mati-matian untuk kehidupan yang sekarang ini! Tetapi dalam
cerita ini, Yesus melanjutkan dengan menunjukkan bagian yang tidak kelihatan,
yang seringkali diabaikan orang.
III) Bagian
yang tidak kelihatan / tidak diperhatikan (ay 22b,23b-31).
Bagian yang tidak kelihatan ini diceritakan dalam
ay 22b,23b-31. Jadi penceritaannya jauh lebih panjang dari bagian yang
kelihatan tadi. Ini menunjukkan bahwa dalam hidup kita, kita harus lebih
menekankan bagian yang tidak kelihatan ini.
The Biblical Illustrator (New Testament): “WHAT COMES AFTER DEATH IS TO US OF FAR MORE
IMPORTANCE THAN WHAT COMES BEFORE”
(= Apa yang datang setelah kematian
lebih penting bagi kita dari pada apa yang datang sebelumnya).
Bandingkan dengan:
·
1Kor 15:19 -
“Jikalau kita hanya dalam hidup ini
saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang
paling malang dari segala manusia”.
·
Mat 16:26 - “Apa gunanya
seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang
dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?”.
Memang Kristus juga berguna untuk hidup yang sekarang
ini, tetapi yang terutama Ia berguna untuk hidup setelah kematian. Jadi kalau
selama ini saudara mempercayaiNya hanya sebagai penyembuh, pemberi berkat
jasmani, penolong dari kesukaran, dsb, maka renungkan apa yang dikatakan oleh
Paulus di sini! Percayalah kepada Kristus sebagai Juruselamat dosa, demi kehidupan
saudara setelah kematian!
Dalam bagian yang tidak kelihatan ini diceritakan
bahwa Lazarus ada di pangkuan Abraham (ay 22,23). Terjemahan ‘pangkuan’
sebetulnya adalah salah. NASB yang menterjemahkan secara hurufiah menggunakan
kata ‘bosom’ (= dada). Jadi gambaran
yang diberikan oleh cerita ini bukanlah bahwa Lazarus ini dipangku oleh Abraham
seakan-akan ia adalah anak kecil. Gambarannya adalah bahwa ia ada dalam pelukan
Abraham. Ini menunjukkan ia ada di surga.
Adam Clarke mengatakan bahwa gambaran ‘dada Abraham’ menunjuk pada kebiasaan / tradisi Yahudi dalam perjamuan makan mereka
(khususnya perjamuan Paskah), dimana semua orang makan sambil duduk miring, dan
menyandarkan siku kiri pada meja makan, sehingga kepala dari orang di kanannya
ada di dekat dadanya (bdk. Yoh 13:25). Clarke menambahkan bahwa ‘dada Abraham’
merupakan suatu ungkapan yang digunakan di antara orang-orang Yahudi untuk
menunjuk pada Firdaus Allah (surga).
Yoh 13:25 - “Murid yang duduk dekat Yesus itu
berpaling dan berkata kepadaNya: ‘Tuhan, siapakah itu?’”.
KJV: ‘lying on
Jesus’ breast’ (= bersandar pada dada Yesus).
Sementara itu orang kaya digambarkan masuk ke ‘alam maut’
(ay 23). Kata ‘alam maut’ ini diterjemahkan dari kata bahasa Yunani HADES, dan
di sini jelas artinya adalah ‘neraka’ [KJV/NIV: ‘hell’
(= neraka)], karena orang kaya itu dikatakan ‘menderita
sengsara’ (ay 23a), ‘sangat kesakitan dalam nyala api’ (ay 24b) dan ‘sangat
menderita’ (ay 25b). Orang kaya
ini adalah orang Yahudi, tetapi ia masuk ke neraka.
What money cannot buy.
“Money will buy
a bed but not sleep; books but not brains; food but not appetite; finery but
not beauty; a house but not a home; medicine but not health; luxuries but not
culture; amusements but not happiness; religion but not salvation; a passport
to everywhere but heaven” (= Uang bisa
membeli ranjang tetapi tidak bisa membeli tidur; buku-buku tetapi tidak otak;
makanan tetapi tidak nafsu makan; pakaian bagus / perhiasan tetapi tidak
kecantikan; rumah tetapi tidak suasana rumah yang menyenangkan; obat tetapi
tidak kesehatan; barang-barang lux / kemewahan tetapi tidak kebudayaan; hiburan
tetapi tidak kebahagiaan; agama tetapi tidak keselamatan; sebuah paspor kemana
saja kecuali ke surga).
Apa yang bisa kita pelajari dari semua
ini?
1) Semua
ini menunjukkan adanya kehidupan setelah kematian.
Dan Kitab Suci jelas menunjukkan bahwa
kehidupan yang sekarang ini singkat (Maz 90:10 Yak 4:14), sebaliknya kehidupan setelah
kematian itu, baik di surga maupun di neraka, adalah kekal.
Maz 90:9-10 - “(9)
Sungguh, segala hari kami berlalu karena gemasMu, kami menghabiskan tahun-tahun
kami seperti keluh. (10) Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami
kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan;
sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap”.
Catatan: kata ‘keluh’ maksudnya ‘keluhan’.
RSV/NASB: ‘a sigh’ (= suatu keluhan).
Yak 4:14 - “sedang
kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu
sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap”.
Karena itu bodohlah orang yang menekankan
kehidupan yang sekarang ini dan mengabaikan kehidupan yang akan datang.
2) Dalam
kehidupan setelah kematian itu hanya ada 2 tempat yaitu surga dan neraka.
a) Surga
dan neraka adalah tempat.
William Hendriksen: “In the present parable ‘Hades’ is clearly the place
of torments and of the flame. It is ‘hell’” (= Dalam perumpamaan ini ‘HADES’ jelas
adalah tempat siksaan dan api. Itu adalah ‘neraka’) - hal 784.
The Bible Exposition Commentary: New
Testament: “The
permanent place of punishment for the lost is ‘hell,’ the lake of fire.
... Hell is a place of torment and loneliness” (= Tempat permanen dari
penghukuman untuk orang-orang yang terhilang adalah ‘neraka’, lautan api. ...
Neraka adalah suatu tempat penyiksaan dan kesendirian).
Bible Knowledge Commentary: “Lazarus went to Abraham’s
side while the rich man... was buried and was in hell, a place of
conscious torment (vv. 24, 28). ... ‘Abraham’s side’ apparently refers to a
place of paradise for Old Testament believers at the time of death (cf.
Luke 23:43; 2 Cor 12:4)” [=
Lazarus pergi ke sisi Abraham sementara orang kaya ... dikubur dan ada di
neraka, suatu tempat penyiksaan yang bisa disadari / dirasakan (ay
24,28). ... Sisi Abraham kelihatannya menunjuk pada suatu tempat dari
Firdaus untuk orang-orang percaya Perjanjian Lama pada saat kematian (bdk. Luk
23:43; 2Kor 12:4)].
Catatan:
1. Penafsir ini, maupun William Hendriksen di atas, menganggap cerita
Lazarus dan orang kaya ini sebagai perumpamaan, tetapi mereka toh beranggapan
bahwa surga dan neraka merupakan tempat. Memang menurut saya kalaupun cerita
ini dianggap sebagai perumpamaan, itu tidak bisa menghindarkan seseorang dari
fakta bahwa surga dan neraka itu adalah suatu tempat.
2. Bagian akhir dari kata-kata dari Bible Knowledge Commentary ini perlu
diwaspadai karena orang ini bukan orang Reformed, tetapi dari kalangan
Dispensationalisme.
R. L. Dabney: “The
place of this eternal life is usually called heaven. It is undoubtedly a place
proper, and not merely a state” (= Tempat dari kehidupan kekal ini biasanya disebut
surga. Itu tak diragukan adalah suatu tempat tertentu, dan bukan semata-mata
suatu keadaan)
- ‘Lectures in Systematic Theology’,
hal 849.
b) Karena hanya ada 2 tempat setelah kematian, kalau saudara tidak
masuk ke surga, maka tidak ada tempat lain yang tersisa selain neraka! Karena
itu pastikan bahwa saudara sedang menuju ke surga!
Dalam tafsirannya
tentang Yoh 3:16 Leon Morris (NICNT) berkata: “John
sets perishing and life over against one another. He knows no other final
state” (= Yohanes mengkontraskan kebinasaan dan kehidupan satu
dengan yang lain. Ia tidak mengenal keadaan akhir yang lain) - hal 230.
Illustrasi: ada seorang yang
suka mengejek orang Kristen. Suatu hari ia bertanya untuk mengolok-olok, dengan
kata-kata sebagai berikut: “Apa benar Yunus itu ada dalam perut ikan 3 hari?”. Orang Kristen itu
tak terlalu mau meladeni, dan ia berkata: “Tak tahu. Nanti kalau aku masuk surga, aku
tanya Yunusnya sendiri”. Orang itu lalu berkata: “Bagaimana kalau Yunusnya tak ada di surga?”. Orang Kristen itu
menjawab: “Kalau
begitu, kamu yang tanya dia!”.
3) Setelah
kematian, kita akan langsung pergi ke surga atau ke neraka.
Memang yang masuk surga atau neraka hanya
jiwa / rohnya, sementara tubuhnya harus menantikan kedatangan Yesus yang
kedua-kalinya.
Tetapi, mengapa dalam cerita ini dikatakan
Abraham punya dada, Lazarus punya jari dan orang kaya punya lidah? Bukankah
mereka tidak mempunyai tubuh?
A. H. Strong: “Here many unanswerable questions may
be asked: Had the rich man a body before the resurrection, or is this
representation of a body only figuration? Did the soul still feel the body from
which it was temporarily separated, or have souls in the intermediate state
temporary bodies? However we may answer these questions, it is certain that the
rich man suffers, while probation still lasts for his brethren on earth” (= Di sini bisa ditanyakan banyak
pertanyaan yang tak bisa dijawab: apakah orang kaya itu mempunyai suatu tubuh
sebelum kebangkitan orang mati, atau apakah gambaran tentang suatu tubuh ini
hanya merupakan suatu kiasan? Apakah jiwa tetap merasakan tubuhnya dari mana
jiwa itu dipisahkan sementara, atau apakah jiwa dalam intermediate state
mempunyai tubuh sementara? Bagaimanapun kita menjawab pertanyaan-pertanyaan
ini, adalah jelas bahwa orang kaya itu menderita, sementara masa percobaan
masih berlangsung bagi saudara-saudaranya di bumi / dunia) - ‘Systematic
Theology’, hal 999-1000.
Kata-kata Strong selanjutnya di bawah ini merupakan jawab atas
pertanyaan-pertanyaan yang ia berikan di atas.
A. H. Strong: “In the parable of the rich man and
Lazarus, the body is buried, yet still the torments of the souls are described
as physical. Jesus here accommodates his teaching to the conceptions of his
time, or, better still, uses material figures to express spiritual realities” (= Dalam perumpamaan tentang orang kaya dan
Lazarus, tubuh dikuburkan, tetapi tetap siksaan terhadap jiwa digambarkan
sebagai bersifat fisik. Di sini Yesus menyesuaikan ajaranNya dengan
konsep-konsep dari jamanNya, atau lebih tepat, menggunakan kiasan yang
bersifat materi untuk menyatakan kenyataan / fakta rohani) - ‘Systematic
Theology’, hal 1000.
4) Cerita
tentang Lazarus dan orang kaya ini bertentangan dengan:
a) Pandangan
yang menyatakan adanya api pencucian (Roma Katolik).
Doktrin omong kosong ini memang tidak
pernah mempunyai dasar Kitab Suci kecuali yang diputarbalikkan semaunya
sendiri.
b) Pandangan yang berkata bahwa pada saat mati, jiwa kita terus
tertidur di kuburan sampai Yesus datang keduakalinya. Perhatikan bahwa baik
Lazarus maupun orang kaya bukannya tertidur / tidak sadar, tetapi sebaliknya
sangat sadar!
c) Kepercayaan
tentang adanya tempat penantian.
Orang yang percaya akan adanya tempat
penantian mengatakan bahwa antara kematian sampai kedatangan Yesus yang
keduakalinya kita ditaruh di tempat penantian itu. Tetapi perhatikan cerita
ini. Orang kaya itu masih mempunyai 5 saudara yang masih hidup (ay 28),
dan itu menunjukkan bahwa Yesus belum datang keduakalinya. Tetapi ia sudah ada
di neraka dan Lazarus sudah ada di surga. Jadi jelas bahwa tidak ada tempat
penantian.
Memang sebelum kedatangan Yesus yang
keduakalinya, yang masuk surga / neraka hanya jiwa / rohnya. Nanti pada saat
Yesus datang keduakalinya, akan ada kebangkitan daging / orang mati dan barulah
jiwa / roh dipersatukan kembali dengan tubuh dan orang itu masuk surga / neraka
secara utuh (tubuh + jiwa / roh).
5) Dalam
keadaan setelah kematian ini keadaan dari dua orang ini menjadi terbalik; dan
kontrasnya menjadi lebih menyolok dari pada ketika mereka berdua masih hidup di
dunia.
a) Kontrasnya terlihat begitu mereka mati, karena untuk orang kaya
hanya dikatakan bahwa ia dikubur, sedangkan untuk Lazarus dikatakan bahwa ia
dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan / dada Abraham.
Wycliffe Bible Commentary: “The parable
emphasizes that the beggar was carried by angels into paradise; the best that
could be said for the rich man was that he was buried” (= Perumpamaan
ini menekankan bahwa si pengemis dibawa oleh malaikat-malaikat ke dalam Firdaus
/ surga; yang terbaik yang bisa dikatakan untuk orang kaya itu adalah bahwa ia
dikubur).
b) Orang kaya itu masuk alam maut (HADES), yang di sini jelas harus
diartikan sebagai ‘neraka’.
Ay 23-25: “(23)
Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara
di alam maut (HADES) ia memandang ke atas, dan
dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. (24) Lalu ia
berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya
ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab
aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. (25) Tetapi Abraham
berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu
hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan
engkau sangat menderita”.
Bandingkan keadaan orang kaya ini dengan
penggambaran dalam Maz 49:17-21 - “(17) Janganlah takut,
apabila seseorang menjadi kaya, apabila kemuliaan keluarganya bertambah, (18)
sebab pada waktu matinya semuanya itu tidak akan dibawanya serta, kemuliaannya
tidak akan turun mengikuti dia. (19) Sekalipun ia menganggap dirinya berbahagia
pada masa hidupnya, sekalipun orang menyanjungnya, karena ia berbuat baik
terhadap dirinya sendiri, (20) namun ia akan sampai kepada angkatan nenek
moyangnya, yang tidak akan melihat terang untuk seterusnya. (21) Manusia, yang
dengan segala kegemilangannya tidak mempunyai pengertian, boleh disamakan
dengan hewan yang dibinasakan”.
The Bible Exposition Commentary: New
Testament: “C.S.
Lewis was told about a gravestone inscription that read: ‘Here lies an atheist
- all dressed up and no place to go.’ Lewis quietly replied, ‘I bet he wishes
that were so!’” (= C.
S. Lewis diceritai tentang sebuah tulisan batu nisan yang berbunyi: ‘Di sini
berbaring seorang atheis - berpakaian lengkap dan tak ada tempat untuk pergi’.
Lewis menjawab dengan pelan, ‘Saya bertaruh / yakin ia berharap itu memang
begitu!’).
c) Lazarus
ada di pangkuan / dada Abraham, yang jelas menunjuk pada surga.
William G. T. Shedd
(vol II, hal 599) membuktikan bahwa ‘dada
Abraham’ menunjuk pada surga dengan cara yang menarik. Ia menunjuk pada
Mat 8:11 - “Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan
datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham,
Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga”.
Terjemahan hurufiah dari
Mat 8:11 seharusnya adalah seperti dalam NASB.
NASB: ‘many
shall come from east and west, and recline at the table with Abraham,
and Isaac, and Jacob, in the kingdom of heaven’ (= banyak orang akan datang
dari timur dan barat, dan bersandar / berbaring di meja dengan Abraham,
dan Ishak, dan Yakub, di dalam Kerajaan sorga).
Kata ‘bersandar /
berbaring’ ini menunjuk pada cara orang-orang Yahudi makan, khususnya kalau
mereka makan dalam Perjamuan Paskah. Mereka duduk miring ke kiri sehingga
kepala bisa bersandar pada dada dari orang di sebelah kirinya.
Bdk. Yoh 13:23
- “Seorang di antara murid Yesus, yaitu murid
yang dikasihiNya, bersandar dekat kepadaNya, di sebelah kananNya”.
KJV: ‘Now there was
leaning on Jesus’ bosom one of his disciples, whom Jesus loved’ (= Dan
disana bersandar pada dada Yesus satu dari murid-muridNya, yang dikasihi
oleh Yesus).
Kalau Lazarusnya
bersandar di dada Abraham, sedangkan Abrahamnya ada di surga (berdasarkan Mat
8:11 di atas), maka jelas bahwa Lazarus juga ada di surga.
Tetapi Lenski
mempunyai pandangan berbeda. Ia menganggap bahwa istilah ‘dada Abraham’ tidak
menunjuk pada perjamuan makan seperti digambarkan di atas, tetapi hanya sebagai
‘dalam pelukan Abraham’, tetapi ini tetap juga menunjuk kepada surga.
Lenski: “‘Abraham’s bosom’ is a Jewish designation for heaven” (= ‘Dada Abraham’ merupakan penggambaran / nama Yahudi untuk surga) - hal 849.
d) Orang kaya yang kehausan dalam api itu minta
setetes air kepada Lazarus! Sekarang ia yang mengemis kepada Lazarus, dan ia
tidak bisa mendapatkan sekalipun hanya setetes air yang begitu diinginkannya!
Bukan saja kontras dalam kehidupan di dunia menjadi terbalik, tetapi juga
kontrasnya menjadi bertambah hebat!
Lenski: “Do not ask what kind of fire caused the flame by which
the rich man was anguished. ... The fire torments the devils who have no
bodies, the spirits of the damned before they are reunited with their earthly
bodies, and finally also their bodies. ... Much is made of the fire, nothing
whatever of the water into which Lazarus was to dip the tip of his finger. When
Jesus speaks of things incompehensible in comprehensible language, let us
therewith rest content” (=
Jangan bertanya jenis api apa yang menyebabkan nyala api yang menyebabkan orang
kaya itu menderita. ... Api menyiksa setan-setan yang tidak mempunyai tubuh,
roh-roh dari orang-orang yang terkutuk sebelum mereka dipersatukan dengan
tubuh-tubuh duniawi mereka, dan akhirnya juga tubuh-tubuh mereka. ... Banyak
dibicarakan tentang api, tak ada apapun tentang air, ke dalam mana Lazarus
harus mencelupkan ujung jarinya. Pada waktu Yesus berbicara tentang hal-hal
yang tidak bisa dipengerti sepenuhnya dalam bahasa yang bisa dimengerti, hendaklah
kita puas dengan itu) - hal 854-855.
Lenski: “All mercy is ended in hell. Even the least mercy as
when a mere drop of water is asked for a tongue that is burned to a crisp; ...
He whose tongue daily tasted the finest wines and the most delectable cooling
drinks now burns with ceaseless flame. Pitiless are the final judgments of God” (= Semua belas kasihan berhenti di neraka. Bahkan belas
kasihan yang terkecil seperti pada waktu hanya setetes air diminta untuk suatu
lidah yang dibakar sampai kering; ... Ia yang lidahnya setiap hari mencicipi
anggur yang terbaik dan minuman dingin yang paling lezat, sekarang terbakar
nyala api yang tak ada henti-hentinya. Penghakiman akhir dari Allah adalah
tanpa belas kasihan) - hal 855.
6) Keadaan
itu bersifat permanen / tidak bisa berubah (ay 25-26).
Ay 25-26: “(25)
Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang
baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat
hiburan dan engkau sangat menderita. (26) Selain dari pada itu di antara kami
dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau
pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami
tidak dapat menyeberang”.
Orang kaya itu minta Abraham menyuruh
Lazarus memberinya setetes air, tetapi Abraham menolak permintaan itu
(ay 25), dan mengatakan bahwa ada jurang yang tak terseberangi di antara
surga dan neraka, sehingga tidak ada yang bisa menyeberang, baik dari surga ke
neraka maupun dari neraka ke surga (ay 26). Ini bukan hanya menunjukkan
bahwa orang-orang di surga, seandainya mereka ingin, tak akan bisa membantu /
meringankan penderitaan orang-orang yang ada di neraka, dan ini bahkan juga menunjukkan
bahwa sekali masuk surga akan selama-lamanya di surga dan sekali masuk neraka
akan selama-lamanya di neraka!
Barnes’ Notes: “How can men believe that there will be a restoration of
all the wicked to heaven? The Saviour solemnly assures us that there can be no
passage from that world of woe to the abodes of the blessed. ... If there is
any thing certain from the Scripture, it is, that they who enter hell return no
more; they who sink there, sink for ever” (= Bagaimana manusia bisa percaya bahwa di
sana akan ada suatu pemulihan dari semua orang-orang jahat ke surga? Sang Juruselamat
dengan khidmat meyakinkan kita bahwa di sana tidak ada jalan lintas dari dunia
kesengsaraan ke tempat kediaman dari orang-orang yang diberkati. ... Jika ada
sesuatu yang pasti dari Kitab Suci, itu adalah, bahwa mereka yang masuk ke
neraka tidak akan kembali lagi; mereka yang tenggelam di sana, tenggelam
selama-lamanya) - hal 235.
Norval Geldenhuys
(NICNT): “After death the time of grace is past -
their fate has been sealed finally and forever” (= Setelah
kematian waktu kasih karunia telah lewat - nasib mereka telah disahkan untuk
terakhir-kalinya dan selama-lamanya) - hal 426.
Louis Berkhof: “Scripture represents the state of the unbelievers after
death as a fixed state. The most important passage that comes into
consideration here is Luke 16:19-31.” (= Kitab Suci menggambarkan keadaan
orang-orang yang tidak percaya setelah kematian sebagai suatu keadaan yang
tetap. Text yang paling penting untuk dipertimbangkan dalam persoalan ini
adalah Luk 16:19-31) - ‘Systematic
Theology’, hal 693.
Kepermanenan keberadaan di surga dan di
neraka ini bertentangan dengan:
a) Ajaran yang mengatakan adanya ‘second
chance’ (= kesempatan kedua), yang mengatakan bahwa kalau seseorang sampai
mati tidak percaya Yesus, maka nanti akan diberi kesempatan kedua, dimana mereka
akan diinjili di tempat penantian.
Juga ajaran Andereas Samudera, yang mengatakan bahwa setelah seseorang mati,
rohnya bisa gentayangan dan merasuk orang yang masih hidup, dan roh ini bisa
diinjili dan bisa bertobat dan diselamatkan.
Ini semua adalah ajaran sesat, dan jelas
bertentangan dengan cerita ini, karena dalam cerita ini orang kaya itu langsung
masuk ke neraka, dan sekalipun di sana ia jelas sekali menyesal / bertobat,
tetapi ia tidak bisa diselamatkan / diampuni!
Lenski memberi
komentar tentang ay 26 dengan kata-kata sebagai berikut: “The sense of the statement is that death decides
forever, it either heaven or hell. This is not stressed by those who believe
in the realm of the dead and make room for conversions in its lower part and
thus a transfer into the higher part” (= Arti dari pernyataan ini adalah bahwa kematian
menentukan selama-lamanya, atau surga atau neraka. Ini tidak ditekankan oleh
mereka yang percaya pada dunia orang mati dan membuat kemungkinan untuk
pertobatan-pertobatan di bagian yang lebih rendah dan lalu suatu perpindahan ke
bagian yang lebih tinggi) - hal 857.
William Hendriksen: “it will become clear that the one great truth here
emphasized is that once a person has died, his soul having been separated from
his body, his condition, whether blessed or doomed, is fixed forever. There is
no such thing as a ‘second’ chance” (= akan menjadi jelas bahwa satu kebenaran
besar / agung yang ditekankan di sini adalah bahwa sekali seseorang telah mati,
setelah jiwanya terpisah dari tubuhnya, kondisinya, apakah diberkati atau
dikutuk, tetap selama-lamanya. Tidak ada hal yang disebut ‘kesempatan kedua’) - hal 785.
b) Ajaran yang mengatakan bahwa hukuman di neraka itu hanya bersifat
sementara.
Maksudnya, kalau orang masuk neraka, maka
setelah sekian waktu, dimana Allah merasa hukuman orang itu sudah cukup, maka
orangnya akan diangkat dari neraka dan dimasukkan ke surga. Ini ajaran salah /
sesat, dan jelas bertentangan dengan cerita yang sedang kita bahas ini!
Saya ingin
memberikan beberapa kutipan kata-kata Spurgeon dari khotbahnya tentang
Luk 16:26 yang diberi judul ‘The
Bridgeless Gulf’ (= Jurang pemisah yang tidak mempunyai jembatan).
Charles Haddon
Spurgeon: “Human ingenuity has done very much to
bridge great gulfs. Scarcely has the world afforded a river so wide that its
floods could not be overleaped; or a torrent so furious that it could not be
made to pass under the yoke. High above the foam of Columbia’s glorious
cataract, man has hung aloft his slender but substantial road of iron, and the
shriek of the locomotive is heard above the roar of Niagara. This very week I
saw the first chains which span the deep rift through which the Bristol Avon
finds its way at Clifton; man has thrown his suspension bridge across the
chasm, and men will soon travel where only that which hath wings could a little
while ago have found a way. There is, however, one gulf which no human skill or
engineering ever shall be able to bridge; there is one chasm which no wing
shall ever be able to cross; it is the gulf which divide the world of joy in
which the righteous triumph, from that land of sorrow in which the wicked feel
the smart of Jehovah’s sword. ... there is a great gulf fixed, so that there
can be no passage from the one world to the other” (= Kepandaian
manusia telah menjembatani banyak jurang besar. Hampir tidak ada sungai yang
begitu lebar yang tidak bisa diseberangi; atau aliran air yang deras yang tidak
bisa dilalui. Di atas air terjun Kolumbia, manusia telah menggantung jalan dari
besi, dan bunyi lokomotif terdengar di atas gemuruh Niagara. Minggu yang baru
lalu ini saya melihat rantai pertama membentang antara Bristol Avon dan
Clifton; manusia telah membuat jembatan menyeberangi jurang itu, sehingga
manusia segera bisa menyeberangi jurang yang dulunya hanya bisa diseberangi
oleh burung yang bersayap. Tetapi ada satu jurang yang tidak pernah bisa
diseberangi oleh kepandaian dan teknologi manusia; ada satu jurang yang tidak
pernah bisa diseberangi oleh sayap manapun; itu adalah jurang yang memisahkan
dunia sukacita dalam mana orang-orang benar menang; dari tanah kesedihan dalam
mana orang-orang jahat merasakan tajamnya pedang Yehovah. ... disana terbentang
suatu jurang yang besar sehingga tidak bisa ada jalan dari satu dunia ke dunia
yang lain) - ‘A Treasury of Spurgeon on the
Life and Work of Our Lord’, Vol III, ‘The
Parables of Our Lord’, hal 414.
Charles Haddon
Spurgeon: “The lost spirits in hell are shut in for
ever” (= Roh-roh yang terhilang dalam neraka dikurung untuk
selama-lamanya) - ‘A Treasury of Spurgeon on the
Life and Work of Our Lord’, Vol III, ‘The
Parables of Our Lord’, hal 418.
Charles Haddon
Spurgeon: “You do not like the house of God; you shall
be shut out of it. You do not love the Sabbath; you are shut out from the
eternal Sabbath” (= Engkau tidak menyukai rumah Allah; engkau akan
dihalangi untuk memasukinya. Engkau tidak mencintai Sabat; engkau dihalangi
untuk memasuki Sabat yang kekal) - ‘A
Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, Vol III, ‘The Parables of Our Lord’, hal 419-420.
Catatan: kata-kata ini berhubungan dengan Ibr 4:1-11.
Charles Haddon
Spurgeon: “As nothing can come from hell to heaven, so
nothing heavenly can ever come to hell. ... Nay, Lazarus is not permitted to
dip the tip of his finger in water to administer the cooling drop to the
fire-tormented tongue. Not a drop of heavenly water can ever cross that chasm.
See then, sinner, heaven is rest, perfect rest - but there is no rest in hell;
it is labour in the fire, but no ease, no peace, no sleep, no calm, no quiet;
everlasting storm; eternal hurricane; unceasing tempest. In the worst disease,
there are some respites: spasms of agony, but then pauses of repose. There is
no pause in hell’s torments” (= Sebagaimana tidak ada apapun yang bisa datang dari
neraka ke surga, demikian juga tidak ada apapun yang bisa datang dari surga ke
neraka. ... Tidak, Lazarus tidak diijinkan untuk mencelupkan ujung jarinya
dalam air untuk memberikan tetesan penyejuk kepada lidah yang disiksa oleh api.
Tidak setetes air surgawipun bisa menyeberangi jurang itu. Maka, lihatlah orang
berdosa, surga adalah istirahat, istirahat yang sempurna - tetapi tidak ada
istirahat di neraka; itu merupakan pekerjaan berat dalam api, tetapi tidak ada
kesenangan, tidak ada damai, tidak ada tidur, tidak ada ketenangan; yang ada
adalah angin topan selama-lamanya, badai yang kekal, angin ribut yang tidak
henti-hentinya. Dalam penyakit yang terburuk, ada istirahat, kekejangan dari
penderitaan, tetapi lalu istirahat yang tenang. Tetapi tidak ada istirahat
dalam siksaan neraka) - ‘A Treasury of
Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, Vol III, ‘The Parables of Our Lord’, hal 421.
Charles Haddon
Spurgeon: “Heaven is the place of sweet communion with
God ... There is no communion with God in hell. There are prayers, but they are
unheard; there are tears, but they are unaccepted; there are cries for pity,
but they are all an abomination unto the Lord” (= Surga adalah
tempat persekutuan yang manis dengan Allah ... Tidak ada persekutuan dengan
Allah dalam neraka. Di sana ada doa-doa, tetapi mereka tidak dijawab; ada air
mata, tetapi tidak diterima; ada jeritan untuk belas kasihan, tetapi semuanya
merupakan sesuatu yang menjijikkan bagi Tuhan) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work
of Our Lord’, Vol III, ‘The Parables
of Our Lord’, hal 421.
Charles Haddon
Spurgeon: “heaven’s blessings cannot cross from the
celestial regions to the infernal prison-house. No, it is sorrow without
relief, misery without hope, and here is the pang of it - it is death without
end” (= berkat-berkat surgawi tidak bisa menyeberang dari
daerah surgawi ke rumah penjara neraka. Tidak, itu adalah kesedihan tanpa
keringanan, kesengsaraan tanpa pengharapan, dan inilah kepedihannya - itu
adalah kematian tanpa akhir) - ‘A
Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, Vol III, ‘The Parables of Our Lord’, hal 422.
Charles Haddon
Spurgeon: “There is only one thing that I know of in
which heaven is like hell - it is eternal. ‘The wrath to come, the wrath to
come, the wrath to come,’ for ever and for ever spending itself, and yet never
being spent” (= Hanya ada satu hal yang saya ketahui dimana surga
itu seperti neraka, yaitu bahwa itu bersifat kekal. ‘Murka yang akan datang,
murka yang akan datang, murka yang akan datang’ untuk selama-lamanya dan
selama-lamanya menghabiskan dirinya sendiri, tetapi tidak pernah habis) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work
of Our Lord’, Vol III, ‘The Parables
of Our Lord’, hal 422.
Kalau ada saudara yang belum sungguh-sungguh percaya kepada
Kristus, renungkanlah kata-kata Spurgeon yang mengerikan ini, dan cepatlah
datang kepada Kristus sebelum terlambat!
7) Penyesalan
tidak ada gunanya dalam kehidupan setelah kematian (ay 27-31).
Kalau orang kaya itu begitu ingin bahwa
saudara-saudaranya diinjili dan diselamatkan, maka pasti ia sendiri juga sangat
ingin untuk diselamatkan. Mungkin ia berpikir: ‘Andaikata aku dulu mau mempedulikan Injil yang diberitakan
oleh pendeta / orang kristen itu kepadaku ...’. Neraka penuh dengan ‘andaikata’ tetapi semua ‘andaikata’
ini sia-sia! Kalau mau bertobat dan percaya kepada Yesus, lakukanlah sekarang!
Dalam kehidupan setelah kematian, penyesalan dan semua ‘andaikata’, tidak berguna!
Norval Geldenhuys
(NICNT): “The Saviour related this parable not in order
to satisfy our curiosity about life after death but to emphasis vividly the
tremendous seriousness of life on this side of the grave - on the choice
made here by us depends our eternal weal or woe” (= Sang
Juruselamat menceritakan perumpamaan ini bukan untuk memuaskan keingin-tahuan
kita tentang kehidupan setelah kematian, tetapi untuk menekankan dengan
gamblang / hidup keseriusan yang sangat hebat dari kehidupan pada sisi ini
dari kubur - pada pilihan yang kita buat di sini, tergantung
kemakmuran / kesejahteraan atau kesengsaraan kekal kita) - hal 427.
Louis Berkhof: “It (Scripture) also
invariably represents the coming final judgment as determined by the things
that were done in the flesh, and never speaks of this as dependent in any way
on what occurred in the intermediate state” [= Itu (Kitab
Suci) juga selalu menggambarkan bahwa
penghakiman terakhir nanti ditentukan oleh hal-hal yang dilakukan dalam daging,
dan tidak pernah berbicara bahwa hal ini tergantung dengan cara apapun pada apa
yang terjadi pada saat antara kematian seseorang dan kedatangan Yesus yang
keduakalinya] - ‘Systematic Theology’, hal
693.
2Kor 5:10 - “Sebab kita semua
harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa
yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini,
baik ataupun jahat”.
Perhatikan kata-kata
yang saya garis bawahi itu, yang diterjemahkan secara berbeda oleh Kitab Suci
bahasa Inggris.
KJV: ‘in his body’ (= dalam tubuhnya).
RSV/NIV/NASB: ‘in the body’ (= dalam tubuh).
Dalam bahasa Yunani
memang digunakan kata SOMA, yang artinya adalah ‘tubuh’.
Ini ayat yang sangat jelas dan kuat dalam
persoalan ini. Penghakiman Kristus pada akhir jaman nanti hanya tergantung pada
apa yang dilakukan seseorang dalam hidupnya / dalam tubuhnya, bukan pada
apa yang dilakukannya setelah ia mati / ada di luar tubuhnya.
Jadi, seandainya penginjilan terhadap
orang mati itu memungkinkan untuk dilakukan, dan seandainya orang mati
itu bisa bertobat dan percaya kepada Yesus, itu tetap tidak akan diperhitungkan
dalam penghakiman akhir jaman. Yang diperhitungkan hanyalah
tindakan-tindakannya selama ia berada dalam tubuhnya.
Karena itu, kalau mau bertobat / percaya
kepada Kristus, lakukan itu sekarang! Jangan menunda, karena besok mungkin
sudah terlambat!
IV) Mengapa Lazarus masuk surga
dan orang kaya masuk neraka?
1) Apakah ay 25
menunjukkan bahwa Lazarus masuk surga karena Lazarus miskin dan menderita
selama hidupnya di dunia, sedangkan orang kaya masuk neraka karena selama di
dunia hidupnya enak? Jadi setelah kematian keadaan lalu dibalik?
Ay 25: “Tetapi Abraham berkata: Anak,
ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu,
sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau
sangat menderita”.
Sepintas lalu kelihatannya ay 25 menunjukkan hal itu. Tetapi tidak, pasti bukan itu
alasannya. Ini terlihat dari fakta bahwa Abraham kaya semasa hidupnya, tetapi
ia toh masuk surga! Dan bisa saja seseorang miskin di dunia, dan setelah mati
lalu masuk neraka!
Mari kita melihat
beberapa kutipan dari tafsiran Calvin tentang ay 25 ini.
Calvin: “When it is said
that he is tormented in hell, because he had received his good things in his
lifetime, we must not understand the meaning to be, that eternal destruction awaits
all who have enjoyed prosperity in the world. On the contrary, as Augustine has
judiciously observed, poor Lazarus was carried into the bosom of rich Abraham,
to inform us, that riches do not shut up against any man the gate of the
kingdom of heaven, but that it is open alike to all who have either made a
sober use of riches, or patiently endured the want of them. All that is meant
is, that the rich man, who yielded to the allurements of the present life,
abandoned himself entirely to earthly enjoyments, and despised God and His
kingdom, now suffers the punishment of his own neglect” (= Pada waktu dikatakan bahwa ia disiksa dalam
neraka, karena ia telah menerima hal-hal baiknya dalam hidupnya, kita tidak
boleh mengerti bahwa artinya adalah bahwa kehancuran kekal menunggu semua yang
di sini menikmati kemakmuran dalam dunia ini. Sebaliknya, seperti telah diamati
oleh Agustinus dengan bijaksana, Lazarus yang miskin dibawa ke dada Abraham
yang kaya, untuk memberi informasi kepada kita bahwa kekayaan tidak menutup
terhadap siapapun pintu gerbang kerajaan surga, tetapi bahwa itu terbuka secara
sama bagi semua yang atau telah menggunakan kekayaan dengan waras, atau dengan
sabar menanggung ketiadaan dari kekayaan. Semua yang dimaksudkan adalah, bahwa
orang kaya, yang menyerah pada daya tarik dari hidup yang sekarang ini,
membuang dirinya sendiri sepenuhnya pada penikmatan duniawi, dan meremehkan
Allah dan kerajaanNya, sekarang menderita hukuman dari pengabaiannya sendiri) - hal 189.
Calvin: “When it is said
of Lazarus, on the other hand, that he enjoys comfort, because he had suffered
many distresses in the world, it would be idle to apply this to all whose
condition is wretched; because their afflictions, in many cases, are so far
from having been of service to them, that they ought rather to bring upon them
severer punishment. But Lazarus is commended for patient endurance of the
cross, which always springs from faith and a genuine fear of God; for he who
obstinately resists his sufferings, and whose ferocity remains unsubdued, has
no claim to be rewarded for patience, by receiving from God comfort in exchange
for the cross” (= Sebaliknya,
pada waktu dikatakan tentang Lazarus, bahwa ia menikmati hiburan, karena ia
telah menderita banyak penderitaan dalam dunia ini, merupakan sesuatu yang tak
berdasar untuk menerapkan hal ini kepada semua yang kondisinya buruk; karena
penderitaan mereka, dalam banyak kasus, bukannya melayani mereka tetapi malahan
membawa kepada mereka hukuman yang lebih berat. Tetapi Lazarus dipuji untuk
sikap menahan salib yang sabar, yang selalu muncul dari iman dan suatu rasa
takut yang asli terhadap Allah; karena ia yang dengan tegar tengkuk menolak
penderitaan-penderitaannya, dan yang kegarangannya tetap tidak ditundukkan,
tidak berhak untuk diberi pahala untuk kesabaran, dengan menerima dari Allah
penghiburan untuk mengganti salibnya)
- hal 190.
Calvin: “To sum up the
whole, they who have patiently endured the burden of the cross laid upon them,
and have not been rebellious against the yoke and chastisements of God, but,
amidst uninterrupted sufferings, have cherished the hope of a better life, have
a rest laid up for them in heaven, when the period of their warfare shall be
terminated. On the contrary, wicked despisers of God, who are wholly engrossed
in the pleasures of the flesh, and who, by a sort of mental intoxication, drown
every feeling of piety, will experience, immediately after death, such torments
as will efface their empty enjoyments”
(= Untuk meringkas seluruhnya, mereka yang dengan sabar telah menanggung beban
dari salib yang diletakkan pada diri mereka, dan tidak memberontak terhadap kuk
dan hajaran dari Allah, tetapi di tengah-tengah penderitaan-penderitaan yang
terus menerus, telah memegang dalam pikirannya pengharapan tentang kehidupan
yang lebih baik, mempunyai suatu istirahat yang disimpan di surga bagi mereka
di surga, pada waktu masa peperangan mereka diakhiri. Sebaliknya,
penghina-penghina yang jahat dari Allah, yang sepenuhnya dipikat / diasyikkan
dalam kesenangan-kesenangan daging, dan yang, oleh suatu jenis kemabukan
mental, menenggelamkan setiap perasaan kesalehan, akan mengalami, segera
setelah kematian, siksaan-siksaan yang akan menghapuskan kenikmatan-kenikmatan
kosong mereka) - hal 190.
2) Kalau begitu mengapa Lazarus masuk surga dan
mengapa orang kaya masuk neraka?
a) Untuk orang kaya.
1. Ia jelas mempunyai banyak dosa, khususnya dosa
pasif, dimana ia tidak menolong Lazarus.
William Barclay: “As someone said, ‘It was not what Dives did that got
him into gaol; it was what he did not do that got him into hell.’ ... It is a
terrible warning that the sin of Dives was not that he did wrong things, but
that he did nothing” [= Seperti dikatakan seseorang: ‘Bukan apa yang
dilakukan oleh Dives (= orang kaya) yang memasukkannya ke dalam penjara; tetapi apa yang tidak
dilakukannya yang memasukkannya ke dalam neraka’. ... Merupakan suatu
peringatan yang mengerikan bahwa dosa Dives bukanlah bahwa ia melakukan hal-hal
yang salah, tetapi bahwa ia tidak melakukan apa-apa] - hal 214.
Adam Clarke: “our blessed Lord has not represented this man as a
monster of inhumanity, but merely as an indolent man, who sought and had his
portion in this life, and was not at all concerned about another” (= Tuhan yang
terpuji tidak menggambarkan orang ini sebagai suatu monster yang kejam, tetapi
semata-mata sebagai seorang manusia yang malas / tidak berbuat apa-apa, yang
mencari dan mendapatkan bagiannya dalam hidup ini tetapi tidak peduli sama
sekali kepada orang lain) - hal 464.
Bandingkan dengan:
·
Yak 4:17 - “Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus
berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa”.
·
Mat 25:41-45 - “(41) Dan Ia akan berkata juga kepada mereka
yang di sebelah kiriNya: Enyahlah dari hadapanKu, hai kamu orang-orang
terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan
malaikat-malaikatnya. (42) Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku
makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; (43) ketika Aku seorang
asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak
memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat
Aku. (44) Lalu merekapun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami
melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau
sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? (45) Maka Ia akan
menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak
kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak
melakukannya juga untuk Aku”.
Karena itu pada saat
memikirkan dosa, jangan hanya memikirkan hal salah apa yang saudara perbuat,
tetapi pikirkan juga hal baik apa yang tidak saudara lakukan, seperti:
¨
tidak ke gereja.
¨
tidak belajar Firman Tuhan.
¨
tidak berdoa.
¨
tidak melayani Tuhan / memberitakan Injil.
¨
tidak mengasihi Allah.
¨
tidak menolong orang yang membutuhkan pertolongan.
¨
dan sebagainya.
2. Ia tidak
percaya.
a. Ini
sebetulnya terlihat dari seluruh Kitab Suci yang secara jelas menunjukkan bahwa
orang-orang yang akan masuk neraka adalah orang-orang yang tidak percaya kepada
Kristus!
b. Ketidak-percayaannya
juga terlihat dari fakta bahwa dalam cerita ini ia tidak diberi nama / tidak
mempunyai nama.
Bandingkan dengan Wah 20:15 - “Dan
setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan
itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu”.
Dalam cerita ini
orang kaya itu tidak mempunyai nama; itu menunjukkan ia bukan orang percaya.
c. Ketidak-percayaannya
juga terlihat dari fakta bahwa ia tidak mendengar / mempedulikan Firman Tuhan.
Ay 29: “Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka
kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu”.
Tentang ay 29 ini, Norval
Geldenhuys (NICNT) berkata: “From these words it follows
that the rich man was lost because he did not listen to the Law and the
Prophets, and not because he was rich” (= Dari kata-kata ini terlihat bahwa orang kaya itu
terhilang karena ia tidak mendengarkan pada Hukum Taurat dan kitab para nabi,
dan bukan karena ia kaya) - hal 430.
Kata-kata ini memang masuk akal, karena Abraham
mengatakan bahwa supaya kelima saudara orang kaya itu tidak menyusulnya ke
neraka, mereka harus mendengar pada hukum Taurat dan kitab para nabi. Jadi,
orang kaya itu sendiri, seandainya dalam hidupnya di dunia ia mendengar pada
hukum Taurat dan kitab para nabi, ia tentu tidak akan berada dalam neraka pada
saat ini. Tetapi ternyata ia berada dalam neraka, dan itu membuktikan bahwa
dalam hidupnya ia tidak mendengar, atau tidak mempedulikan hukum Taurat dan
kitab para nabi (Firman Tuhan). Dan ini jelas menunjukkan ketidak-percayaan,
karena iman timbul dari pendengaran.
Ro 10:17 - “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan
pendengaran oleh firman Kristus”.
d. Ketidak-percayaannya
tidak berubah sekalipun ada peringatan baginya pada saat Lazarus mati.
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “The fact that Lazarus died first was a strong
witness to the rich man, a reminder that one day he would also die, but even a
death at his very doorstep did not melt the man’s heart” (= Fakta bahwa Lazarus mati dulu merupakan suatu
kesaksian yang kuat kepada orang kaya itu, suatu peringatan bahwa suatu hari ia
juga akan mati, tetapi bahkan kematian di pintu rumahnya tidak mencairkan hati
orang ini).
Dalam kontex Kitab Suci maka jelaslah bahwa ketidak-percayaannya ini
harus lebih ditekankan dari pada dosanya. Mengapa? Karena semua orang mempunyai banyak
dosa, baik aktif maupun pasif. Itu tidak menghalangi mereka masuk ke surga asal
mereka mau percaya kepada Kristus. Tetapi orang yang tidak percaya kepada
Kristus, betapapun baik / saleh hidupnya dan betapapun sedikitnya dosanya, akan
masuk ke neraka, karena ia tetap adalah orang berdosa yang harus dihukum untuk
dosa-dosanya.
b) Untuk
Lazarus.
Ia pasti juga adalah orang berdosa, tetapi ia adalah
orang yang percaya. Dari mana kita tahu hal itu?
1. Dari
seluruh Kitab Suci yang menunjukkan bahwa hanya orang percaya kepada Yesus yang
bisa masuk ke surga!
2. Dalam
cerita ini Lazarus mempunyai nama.
Wah 20:15 - “Dan setiap orang yang tidak ditemukan
namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan
api itu”.
Lazarus mempunyai
nama; itu menunjukkan ia orang percaya. Sudahkah nama saudara tertulis dalam
kitab kehidupan?
V) Tanggapan kita.
1) Untuk orang
yang belum percaya.
Cepatlah bertobat dan percaya kepada Kristus.
Kis 16:31 - “Jawab mereka: ‘Percayalah kepada Tuhan
Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.’”.
Kis 10:43 - “Tentang Dialah semua nabi bersaksi,
bahwa barangsiapa percaya kepadaNya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh
karena namaNya.’”.
a) Jangan
mencari mujijat dulu baru mau percaya. Mengapa?
1. Karena
Tuhan tidak selalu mau memberi mujijat.
Dalam kasus kelima saudara orang kaya itu, tidak
dilakukan mujijat supaya mereka bertobat.
Bandingkan dengan 1Kor 1:22-23 - “(22)
Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat,
(23) tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi
suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan”.
2. Tuhan
menggunakan firman, bukan mujijat, untuk mempertobatkan orang.
Ay 30-31: “(30) Jawab orang itu: Tidak, bapa
Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada
mereka, mereka akan bertobat. (31) Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak
mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau
diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati.’”.
Calvin: “all that is
here affirmed by Christ is, that even the dead could not reform, or bring to a
sound mind, those who are deaf and obstinate against the instructions of the
law” (= semua yang
ditegaskan di sini oleh Kristus adalah, bahwa bahkan orang mati tidak bisa
mereformasi, atau membawa pada pikiran yang sehat, mereka yang tuli dan tegar
tengkuk terhadap pengajaran-pengajaran dari hukum Taurat).
Calvin: “Some would
desire that angels should descend from heaven; others, that the dead should
come out of their graves; others, that new miracles should be performed every
day to sanction what they hear; and others, that voices should be heard from
the sky. But if God were pleased to comply with all their foolish wishes, it
would be of no advantage to them; for God has included in his word all that is
necessary to be known, and the authority of this word has been attested and
proved by authentic seals. Besides, faith does not depend on miracles, or any
extraordinary sign, but is the peculiar gift of the Spirit, and is produced by
means of the word. Lastly, it is the prerogative of God to draw us to himself,
and he is pleased to work effectually through his own word” (= Sebagian orang menginginkan supaya
malaikat-malaikat turun dari surga; yang lain supaya orang mati keluar dari
kubur; yang lain supaya mujijat-mujijat yang baru dilakukan setiap hari untuk
menyetujui / mendukung apa yang mereka dengar; dan yang lain supaya suara
terdengar dari langit. Tetapi seandainya Allah berkenan untuk menuruti semua
keinginan tolol mereka, itu tidak akan ada gunanya bagi mereka; karena Allah
telah memasukkan dalam firmanNya semua yang perlu untuk diketahui, dan otoritas
dari firman ini telah diperlihatkan dan dibuktikan oleh meterai-meterai yang
otentik / asli. Disamping itu, iman tidak tergantung pada mujijat-mujijat, atau
tanda luar biasa apapun, tetapi merupakan pemberian khusus dari Roh, dan
dihasilkan dengan menggunakan firman. Terakhir, merupakan hak khusus dari Allah
untuk menarik kita kepada diriNya sendiri, dan Ia berkenan untuk bekerja secara
efektif melalui firmanNya).
Tentang kata-kata
orang kaya dalam ay 30, William Hendriksen berkata: “How
wrong he was! Someone from the dead did actually appear to the people. And his
name was Lazarus (though not the Lazarus of the parable). The story is found in
John 11. Was the result that everybody was converted? Not at all. The result
was that Christ’s enemies planned to put to death the risen Lazarus (John
12:10), and were more determined than ever to destroy Jesus (John 11:47-50).
... Jesus rose from the dead. But those who refused to believe Moses and the
Prophets were not convinced, and certainly not converted. Read Matt. 28:11-15” [= Alangkah
salahnya ia! Seseorang dari orang mati betul-betul muncul kepada orang-orang.
Dan namanya adalah Lazarus (sekalipun bukan Lazarus dari perumpamaan ini).
Cerita itu ditemukan dalam Yoh 11. Apakah ini menyebabkan setiap orang
bertobat? Sama sekali tidak. Hasilnya adalah bahwa musuh-musuh Kristus
merencanakan untuk membunuh Lazarus yang bangkit itu (Yoh 12:10), dan lebih
berketetapan hati dari sebelumnya untuk menghancurkan Yesus (Yoh 11:47-50). ...
Yesus bangkit dari antara orang mati. Tetapi mereka yang menolak untuk percvaya
kepada Musa dan nabi-nabi tidak diyakinkan, dan pasti tidak bertobat. Bacalah
Mat 28:11-15] - hal 787.
Yoh 11:47-53 - “(47) Lalu imam-imam kepala dan
orang-orang Farisi memanggil Mahkamah Agama untuk berkumpul dan mereka berkata:
‘Apakah yang harus kita buat? Sebab orang itu membuat banyak mujizat. (48)
Apabila kita biarkan Dia, maka semua orang akan percaya kepadaNya dan
orang-orang Roma akan datang dan akan merampas tempat suci kita serta bangsa
kita.’ (49) Tetapi seorang di antara mereka, yaitu Kayafas, Imam Besar pada
tahun itu, berkata kepada mereka: ‘Kamu tidak tahu apa-apa, (50) dan kamu tidak
insaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari
pada seluruh bangsa kita ini binasa.’ (51) Hal itu dikatakannya bukan dari
dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam Besar pada tahun itu ia bernubuat, bahwa
Yesus akan mati untuk bangsa itu, (52) dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi
juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai.
(53) Mulai dari hari itu mereka sepakat untuk membunuh Dia”.
Yoh 12:9-11 - “(9) Sejumlah besar orang Yahudi
mendengar, bahwa Yesus ada di sana dan mereka datang bukan hanya karena Yesus,
melainkan juga untuk melihat Lazarus, yang telah dibangkitkanNya dari antara
orang mati. (10) Lalu imam-imam kepala bermupakat untuk membunuh Lazarus juga,
(11) sebab karena dia banyak orang Yahudi meninggalkan mereka dan percaya kepada
Yesus”.
Mat 28:11-15 - “(11) Ketika mereka di tengah jalan, datanglah beberapa
orang dari penjaga itu ke kota dan memberitahukan segala yang terjadi itu
kepada imam-imam kepala. (12) Dan sesudah berunding dengan tua-tua, mereka
mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu
itu (13) dan berkata: ‘Kamu harus mengatakan, bahwa murid-muridNya datang
malam-malam dan mencuriNya ketika kamu sedang tidur. (14) Dan apabila hal ini
kedengaran oleh wali negeri, kami akan berbicara dengan dia, sehingga kamu
tidak beroleh kesulitan apa-apa.’ (15) Mereka menerima uang itu dan berbuat
seperti yang dipesankan kepada mereka. Dan ceritera ini tersiar di antara orang
Yahudi sampai sekarang ini”.
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “Though miracles can attest to the authority of the
preacher, they cannot produce either conviction or conversion in the hearts of
the lost. Faith that is based solely on miracles is not saving faith (John
2:23-25). A man named Lazarus did come back from the dead, and some of the
people wanted to kill him! (see John 11:43-57; 12:10) Those who claim that
there can be no effective evangelism without ‘signs and wonders’ need to ponder
this passage and also John 10:41-42”
[= Sekalipun mujijat-mujijat bisa meneguhkan otoritas dari si pengkhotbah,
mujijat-mujijat itu tidak bisa menghasilkan keyakinan atau pertobatan dalam
hati dari orang-orang yang terhilang. Iman yang didasarkan semata-mata pada
mujijat-mujijat bukanlah iman yang menyelamatkan (Yoh 2:23-25). Seseorang
bernama Lazarus betul-betul kembali dari antara orang mati, dan beberapa dari
orang-orang itu ingin membunuhnya! (Lihat Yoh 11:43-57; 12:10). Mereka yang
mengclaim bahwa di sana tidak mungkin
ada penginjilan yang efektif tanpa ‘tanda-tanda dan keajaiban-keajaiban’ perlu
merenungkan text ini dan juga Yoh 10:41-42].
Yoh 2:23-25 - “(23) Dan sementara Ia di Yerusalem
selama hari raya Paskah, banyak orang percaya dalam namaNya, karena mereka
telah melihat tanda-tanda yang diadakanNya. (24) Tetapi Yesus sendiri tidak
mempercayakan diriNya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua, (25) dan
karena tidak perlu seorangpun memberi kesaksian kepadaNya tentang manusia,
sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia”.
Yoh 10:41-42 - “(41) Dan banyak orang datang
kepadaNya dan berkata: ‘Yohanes memang tidak membuat satu tandapun, tetapi
semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar.’ (42) Dan
banyak orang di situ percaya kepadaNya”.
Norval Geldenhuys (NICNT): “These last words
of the parable were undoubtedly uttered by the Saviour with a view to His
own resurrection. The sign for which the Jews had so often asked would be
given by His resurrection, but He knew that even this would not move the
worldly-minded to a saving faith in Him. And this was abundantly proved by
the actual course of events” (= Kata-kata terakhir dari perumpamaan ini tidak diragukan diucapkan
oleh sang Juruselamat dengan suatu pandangan pada kebangkitanNya sendiri.
Tanda yang telah begitu sering diminta oleh orang-orang Yahudi akan diberikan
oleh kebangkitanNya, tetapi Ia tahu bahwa bahkan ini, tidak akan menggerakkan
pikiran duniawi pada suatu iman yang menyelamatkan kepadaNya. Dan ini
secara berlimpah-limpah dibuktikan oleh jalannya peristiwa-peristiwa dalam
realitanya) -
hal 427.
b) Sekarang
kita mempunyai Kitab Suci lengkap, bukan hanya Perjanjian Lama.
Calvin: “The division of
the word of God, which Abraham makes into the Law and the Prophets, refers to
the time of the Old Testament. Now that the more ample explanation of the
Gospel has been added, there is still less excuse for our wickedness, if our
dislike of that doctrine hurries us in every possible direction, and, in a
word, if we do not permit ourselves to be regulated by the word of God” (= Pembagian firman Allah, yang Abraham buat
menjadi hukum Taurat dan nabi-nabi, menunjuk pada jaman Perjanjian Lama.
Sekarang bahwa lebih banyak penjelasan dari Injil telah ditambahkan, di sana
ada lebih sedikit lagi dalih / alasan untuk kejahatan kita, jika
ketidak-senangan kita tentang ajaran / doktrin itu menggerakkan kita ke setiap
arah yang memungkinkan, dan singkatnya, jika kita tidak mengijinkan diri kita
sendiri untuk diatur oleh firman Allah)
- hal 193.
Dengan Perjanjian Lama saja seseorang seharusnya sudah
bisa percaya (ay 29-31), dan kalau ia tidak percaya itu adalah salahnya
sendiri, dan itu membuat ia masuk neraka selama-lamanya. Apalagi bagi kita pada
jaman sekarang, yang mempunyai Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru! Kitab Suci
ini, khususnya Perjanjian Barunya, memberitahu kita tentang kematian Yesus
untuk dosa-dosa kita dan bahwa dengan percaya kepada Yesus kita pasti selamat,
dan bahwa itu adalah satu-satunya jalan ke surga! Adanya terang yang lebih
besar ini, memberikan kita tanggung jawab yang juga lebih besar (Luk 12:47-48)!
Karena itu cepatlah percaya, sebelum terlambat.
2) Untuk
saudara yang sudah percaya tetapi hidup menderita.
Penderitaan bisa disebabkan karena dosa. Jadi
periksalah hidup saudara. Kalau memang ada dosa, bertobatlah.
Tetapi penderitaan belum tentu karena dosa. Bisa saja
penderitaan muncul justru karena saudara taat kepada Tuhan, seperti dalam kasus
Ayub. Kalau ini kasus saudara, maka jangan menganggap Tuhan tidak adil. Jangan
hanya melihat bagian yang kelihatan, lihatlah / renungkanlah bagian yang tidak
kelihatan dalam cerita ini.
Tetaplah ikut Tuhan dalam suka maupun duka. Nanti
saudara akan bertemu Dia dalam Kerajaan Surga.
-AMIN-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar