Minggu, 19 Oktober 2014

TANGGUNG JAWAB SEORANG PENGAJAR FIRMAN

TANGGUNG JAWAB SEORANG PENGAJAR FIRMAN
(Yak. 3:1-10; Yer. 15:19; Mat. 7: 15-23; Mat. 12:35-37; Alkitab)
Oleh: Nathan C. Ellyon


            (“Pengajar firman TUHAN/Penyambung lidah TUHAN” yang saya maksudkan dalam bagian ini adalah mereka yang berbicara, mengajar, menafsirkan firman Tuhan terutama para teolog, para pengajar di seminari – seminari, para hamba TUHAN, para pendeta, mahasiswa teologi dan siapa pun yang berbicara dan diberikan karunia oleh Roh Kudus untuk mengajar tentang Alkitab.)
            Ada beberapa bagian di dalam Alkitab yang menjelaskan mengenai lidah (perkataan) dan salah satunya yang cukup jelas dibahas terdapat pada surat Yakobus 3:1-10. Sangat menarik ketika Yakobus memulai pembahasannya pada bagian ini dengan kalimat: “janganlah banyak orang diantara kamu mau menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat….”.  Mengapa Yakobus melarang banyak orang percaya untuk menjadi seorang pengajar kebenaran firman TUHAN? Apanya yang salah mempunyai keinginan untuk menjadi seorang pengajar kebenaran firman TUHAN…?. Bukankah ini adalah tugas yang istimewa di hadapan TUHAN?. Pada bagian ini Yakobus sebenarnya ingin memberikan suatu pemahaman bahwa untuk menjadi seorang pengajar firman itu tidaklah mudah, tidak hanya sebatas mempunyai sebuah keinginan yang kuat untuk tujuan tertentu; tapi membutuhkan hal yang lebih. Dengan demikian tidaklah mengherankan jika Yakobus mengawali pembahasannya pada bagian ini dengan memberikan suatu peringatan yang jelas tentang pertanggungjawaban yang besar di hadapan TUHAN. Jika demikian, apa yang kita butuhkan untuk menjadi seorang pengajar firman…?. Sepanjang sejarah peradaban manusia dari permulaan sampai kepada zaman pelayanan TUHAN Yesus, Allah telah banyak memakai para nabi untuk menyampaikan maksud dan kehendak-Nya. Siapakah mereka? Mereka adalah orang – orang yang telah dikenal, dikuduskan dan ditetapkan sendiri oleh Allah sebelum dibentuk dalam rahim seorang ibu (Bandingkan dengan pemanggilan nabi Yeremia, Yeremia 1:5). Bahkan Alkitab menerangkan bahwa sebagian dari mereka pada awalnya tidak mempunyai sedikitpun keinginan untuk dipakai oleh TUHAN menjadi penyambung lidah-Nya malahan mereka “menolak” panggilan tersebut karena berbagai macam alasan yang mereka kemukakan berdasarkan kekurangan yang ada pada diri mereka ataupun alasan yang lainnya. Menyadari setiap kekurangan yang ada pada diri kita itu sangat penting, tapi itu tidak boleh dijadikan sebagai alasan untuk kita berpaling dari pengenalan, pengudusan, dan penetapan dari Allah. Tuhan tidak pernah melarang kita untuk bersikap terbuka di hadapan-Nya, malahan TUHAN ingin agar setiap kita menyadari setiap kekurangan dan mau mengandalkan Ke-Mahakuasaan-Nya dimana TUHAN akan mencurahkan setiap karunia – karunia yang akan kita perlukan.
            Dalam dunia pelayanan saat ini, memang kita membutuhkan banyak kemampuan agar dapat melayani dengan maksimal. Ketika mengajar firman TUHAN kita butuh pencerahan dari Roh Kudus untuk menafsirkan Alkitab dengan benar (band. 2 Pet. 1:20-21), kita butuh kuasa dari TUHAN (band. Yer. 1:10), kita butuh hikmat berkata-kata (band. Yer. 1:9; 2 Pet. 3:15), kita butuh kemampuan menyampaikan kebenaran firman secara tepat (band. 1 Kor. 2:4-5), kita butuh kemampuan untuk memahami tingkat pemahaman para pendengar (band. 1 Kol. 9:20-23), kita butuh penguasaan bahasa – bahasa yang mudah untuk dimengerti (band. Kis. 2:4 dan 8), kita butuh partner yang bisa saling mendukung (band. Kel. 4:15-17), dan lain sebagainya. Semuanya ini kita perlukan, tapi apakah semuanya ini sudah kita miliki?. Dengan kerendahan hati kita harus mengakui segala kekuarangan yang ada pada diri kita, bahkan sesungguhnya tidak ada satupun dari semuanya itu yang sudah kita miliki jika Roh Kudus tidak mengaruniakannya (1 Kor. 4-8). Mengakui segala kelemahan di hadapan TUHAN bukan bertujuan untuk membuat kita rendah diri, tapi sebaliknya membuat kita semakin sadar akan keberadaan kita di hadapan TUHAN dan semakin membuat kita berserah dan mengandalkan segala kekuatan dan pertolongan TUHAN.
            Setiap manusia yang dikenal, dikuduskan dan ditetapkan oleh Allah untuk menjadi pengajar firman tidak akan dapat menolak panggilan Ilahi. TUHAN akan memakai berbagai macam cara agar kita diyakinkan bahwa ini sudah dirancangkan sebelum dunia dijadikan. Ini menjadi seperti sebuah I. D. Card kita bagi TUHAN.

a. “Penyambung” Lidah TUHAN

19 Karena itu beginilah jawab TUHAN: "Jika engkau mau kembali, Aku akan mengembalikan engkau menjadi pelayan di hadapan-Ku, dan jika engkau mengucapkan apa yang berharga dan tidak hina, maka engkau akan menjadi penyambung lidah bagi-Ku. Biarpun mereka akan kembali kepadamu, namun engkau tidak perlu kembali kepada mereka. (Yer. 15:19 ITB)

            Secara pengertian sederhana mungkin kita sudah memahami arti “penyambung lidah TUHAN”. Jika kita umpamakan penyambung lidah TUHAN adalah mereka yang mempunyai tugas seperti sebuah pipa yang menjadi penghantar aliran air dari sumber mata air kepada orang yang membutuhkan. Tugas atau fungsi pipa tersebut adalah untuk menyalurkan air dari sumber mata air tersebut. Apa yang disalurkan sangat bergantung dari sumber mata air. Sebagai seorang penyambung lidah Tuhanpun demikian, kita harus tahu fungsi kita dengan benar. Menyampaikan maksud dan kehendak firman kepada pembaca pada zaman sekarang ini merupakan focus utama seorang pengajar firman!. Kita tidak menyampaikan atau mengabarkan firman ‘kita sendiri’; bukan firman ‘para rasul atau para penulis Alkitab’ tapi kita mengabarkan firman TUHAN yang disampaikan (diilhami) oleh Roh Kudus melalui para nabi, para rasul dan para penulis Alkitab lainnya yang disampaikan untuk diajarkan, untuk menjadi dasar pernyataan kesalahan cara hidup, memperbaiki kelakuan dan mendidik dalam kebenaran (Band. 2 Tim. 3:16) kepada para pembaca pada zaman mereka masing – masing dan tentunya kepada setiap kita pada zaman sekarang ini. Ini adalah suatu konsep yang sederhana, tapi jika kita tidak mengerti dengan baik, maka kita bisa ditipu oleh Iblis. Kekawatiran tentang hal ini memang sudah menjadi boomerang yang sangat mematikan bagi kekristenan. Banyak pengajar – pengajar Alkitab berbicara lantang di hadapan ribuan ornag tentang pengajaran kekristenan, tapi sedikitpun tidak (dibca: mau) belajar doktrin dan pengajaran – pengajaran dasar iman kekristenan sehingga berbicara hanya untuk kepentingan kepuasaan manusia dan tidak sedikit juga orang – orang Kristen awam yang hanya ingin menerima pengajaran – pengajaran yang memuaskan nafsu keinginan duniawinya saja tanpa melihat kepada satu keutuhan pengajaran Alkitab. (Band. 2 Tim. 4:3)
            Pada zaman sekarang ini tidak sedikit para pemberita dan pengajar firman yang tidak memperhatikan bagian ini sehingga tidak sadar bahwa ia telah ditipu oleh Iblis dan menipu banyak orang. Bukankah kejatuhan Adam dan Hawa disebabkan oleh karena mereka tidak berpegang dengan teguh kepada maksud dan kehendak TUHAN (firman TUHAN) yang telah disampaikan kepada Adam? (Kej. 3:1-5). Sedikit saja firman dirubah, maka akan terjadi kesalahan yang sangat fatal. Alkitab (PL dan PB) sudah ditulis ribuan tahun yang lalu dengan zaman yang berbeda, budaya yang berbeda, tantangan yang berbeda, gaya penulisan yang berbeda, tujuan yang berbeda. Alkitab memang “seperti” sebuah buku kune, akan tetapi ada banyak makna; nilai – nilai dan prinsip – prinsip yang diajarkan dan sangat dibutuhkan oleh umat TUHAN di segala zaman!. Malahan setiap kekeliruan, penyimpangan dan penyesatan yang terjadi dalam dunia kekristenan pada zaman sekarang ini telah ada dan terjadi karena kita tidak merendahkan hati mau belajar sungguh sungguh. Jika kita tidak belajar sungguh – sungguh tentang Alkitab, maka akan sangat mungkin kita dipakai oleh Iblis untuk memiliki pemahaman yang keliru dan memberikan pengajaran – pengajaran yang sebetulnya sudah lama ditentang oleh kekristenan tapi yang dimunculkan kembali dengan ‘kemasan’ yang baru. Pengajaran – pengajaran yang patut ditiru adalah pengajaran yang disampaikan oleh para nabi dan orang kudus di Perjanjian Lama yang menubuatkan tentang kedatangan Kristus. Pengajaran Kristus (Sang Firman yang Hidup) yang diteruskan oleh para rasul yang diperjuangkan kembali oleh bapak – bapak gereja dan saat ini terus diperjuangkan oleh mereka yang teguh berpegang kepada pengajaran tersebut. Pengajaran ortodoks yang seperti Inilah yang seharusnya disambung oleh para pengajar firman pada zaman sekarang!. Setiap pengajar firman TUHAN harus taat dan tunduk dibawah kuasa firman. Jika dalam hal pengajaran kita sudah ‘melebihi’ maksud dan tujuan Alkitab ditulis, maka kita sudah tidak taat dan melebihi maksud yang telah TUHAN tetapkan bahkan kita sudah melawan Allah!.
            Banyak hamba TUHAN yang tidak mau meneruskan pengajaran yang murni dari Alkitab. Mereka membuat pengajaran – pengajaran yang sebetulnya sudah dicap tidak berdasarkan kepada prinsip - prinsip Alkitab sehingga tidak sadar ditipu kembali oleh Iblis. Jika muncul pengajaran – pengajaran yang tidak sesuai dengan prinsip yang diajarkan oleh Alkitab, maka seluruh orang yang mengaku berpegang teguh pada pengajaran Alkitab yang benar wajib menolak dengan tegas tanpa ada kompromi!. Siapapun yang membuat sebuah pengajaran, doktrin – doktrin yang tidak sesuai dengan prinsip – prinsip yang dimaksudkan oleh Alkitab, terkutuklah ia! (Band. Galatia 1:6-10).
           
b. “Pelaku” Lidah TUHAN

15 "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. 16 Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? 17 Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. 18 Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. 19 Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. 20 Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. 21 Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. 22 Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? 23 Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" (Mat 7:15-23 ITB)
           
            Apakah sebagai penyambung lidah TUHAN, kita hanya bertugas untuk menyampaikan kehendak TUHAN saja? Jawabannya bentul! Tapi tidak hanya sebatas itu!. Sebagai sebatang pipa yang bertugas untuk menyalurkan sumber air ke tempat dimana orang membutuhkannya, maka sebelum air tersebut sampai ke tempat yang tepat, maka air tersebut harus terlebih dahulu melalui pipa.
            Perkataan TUHAN pada bagian ini sangat tegas dan keras!. Sebuah perkataan terus terang, blak-blakan yang terkadang tidak dapat kita terima dengan akal sehat. Secara manusia saya tidak habis pikir mengapa TUHAN mengatakan suatu kalimat penolakan yang sangat tajam kepada mereka yang ‘berkhotbah’; ‘mengusir setan’, ‘mengadakan banyak mujizat’ dengan mengatasnamakan TUHAN (Yesus)?. Jika nama TUHAN dapat ‘dipalsukan’, mereka yang seperti apa yang dimaksudkan oleh TUHAN Yesus...? Pada bagian sebelumnya (ayat 16 dan 20) TUHAN memberikan sebuah cara untuk mengenal status panggilan seorang hamba TUHAN, yaitu “… dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka….”. Jika TUHAN memanggil seorang manusia untuk menjadi alat-Nya dengan tiga kata penting, yaitu pengenalan, pengudusan, dan penetapan, maka pada bagian ini TUHAN secara terang – terangan menolak pekerjaan – pekerjaan yang dilakukan oleh nabi palsu demi nama ‘TUHAN’ dengan 3 kalimat: Tidak pernah dikenal, ditolak dengan tegas  dan disebut sebagai pembuat kejahatan!. Dan hal ini dikatakan oleh TUHAN akan semakin banyak terjadi pada zaman akhir (zaman sekarang). Dan inilah yang memang terjadi pada zaman sekarang ini. Sebagai seorang pengajar firman, selain mengawasi pengajaran yang kita sampaikan maka kita juga harus betul – betul memperhatikan kehidupan kita.
            Pada zaman sekarang ini, tidak sedikit para pengajar firman TUHAN yang tidak menghasilkan buah – buah yang diperkenankan oleh TUHAN. “Mungkin” secara pengajaran mereka menyampaikan dengan baik maksud dan kehendak TUHAN melalui firman, akan tetapi dalam kehidupannya mereka tidak menjadi pelaku dari firman yang mereka sampaikan. Maka, dengan kerendahan hati sebagai seorang hamba TUHAN, pengajar firman, pengkhotbah kita perlu kembali kepada apa yang sudah pernah rasul Paulus nasehatkan kepada anak rohaninya, Timotius, yaitu “…Awasilah dirimu sendiri dan awasilah pengajaran-Mu…” (1 Tim. 4:16).  Ini adalah buah ketaatan seorang pengajar firman yang membawa kepada keselamatan. Rasul Paulus mengajarkan kepada Timotius untuk memperhatikan hidupnya dengan sungguh – sungguh. Sebagai seorang gembala yang masih sangat muda yang mengajar jemaatnya tentang kebenaran firman TUHAN, ia harus memiliki teladan Kristus di dalam dirinya (1 Tim. 4:12-15). Dua hal inilah yang memang harus diperhatikan dengan sungguh – sungguh oleh seorang pengajar kebenaran firman TUHAN, yaitu cara kita hidup harus menjadi teladan yang baik dan pengajaran yang kita sampaikan harus sesuai dengan maksud dan kehendak firman TUHAN.
            Menjadi pelaku firman TUHAN merupakan suatu kewajiban bagi setiap orang yang mendengarkan kebenaran firman TUHAN. Bagi seorang pengajar firman, menjadi pelaku firman merupakan sebuah identitas yang menyatakan bahwa dia adalah seorang nabi TUHAN atau nabi palsu. Seorang pengajar firman yang ‘dianggap sesat’ seringkali hanya dinilai dari apa yang ia ajarkan. Ini memang perlu dan juga diajarkan oleh Alkitab, tapi belum sepenuhnya utuh. TUHAN Yesus sendiri menjelaskan bahwa tidak hanya sebatas pengajarannya saja, kita bisa menilai kepalsuan pengenalan, pengudusan dan penetapan yang ia anggap dari TUHAN melalui cara ia hidup. TUHAN Yesus sendiri menjelaskan hal ini melalui pandangan-Nya terhadap kaum farisi (Mat. 23:3). Meskipun secara pengajaran kaum farisi patut untuk ditiru, namun secara praktek mereka menyangkali semua apa yang mereka ajarkan. TUHAN Yesus dengan keras mengecam kehidupan pengajar firman yang seperti ini (bandingkan Mat. 23:1-36).
            Hal ini memang sesuai dengan fakta Alkitab yang menerangkan bahwa tidak ada seorang nabi, para rasul dan penyampai firman TUHAN yang tidak berjuang dengan sungguh – sungguh untuk hidup taat dan giat bekerja bagi TUHAN, meskipun ada dari antara mereka juga pernah terjatuh di dalam dosa. Bagi mereka yang dikenal, dikuduskan, dan ditetapkan oleh TUHAN sendiri, maka TUHAN akan terus memelihara iman dan panggilan mereka untuk terus berjuang di jalan yang telah ditetapkan; tapi bagi mereka yang tidak sungguh – sungguh memperhatikan tugas dan tanggungjawabnya di hadapan TUHAN, maka mereka akan berhenti dan pada akhirnya meninggalkan TUHAN. Tidak jarang kita melihat dan mendengar maupun menyaksikannya sendiri ada pelayan – pelayan TUHAN yang pada akhirnya berhenti melayani TUHAN karena berbagai macam alasan. Tidak ada satupun manusia yang dapat menjalani kehidupannya di dunia ini tanpa adanya keluh kesah yang tersampaikan maupun cukup dipendam di dalam hati. Seorang hamba TUHAN pun demikian. Dalam segala tantangan pelayanan yang mereka hadapi seringkali terucap keluh kesah yang bahkan membuat mereka betul – betul tidak mempunyai kekuatan sedikitpun dan seperti seorang anak yang harus bersandar (berserah penuh) pada bahu Sang Bapa untuk mencurahkan air mata (segala kepenatan pelayanan) dan memohon kekuatan-Nya.
            Kehidupan kaum farisi penuh dengan kemunafikan. Secara pengajaran mereka adalah pengajar - pengajar yang ketat yang patut untuk dicontoh (Band. Mat. 23:3), tapi tujuan kehidupan mereka tidak pernah benar di hadapan TUHAN yang mereka layani. Mereka mencari kepuasaan pribadi, kepuasaan yang nampak bagi orang lain (band. Mat. 23:4). Hati mereka keras sehingga mata rohani mereka tidak pernah lagi menemukan maksud (makna) yang TUHAN tanamkan di setiap firman-Nya. Apa yang mereka sampaikan hanyalah bersifat hurufiah saja bahkan mereka lebih mementingkan tradisi- tradisi lisan dibandingkan dengan tanggungjawab menemukan mutiara yang TUHAN tanam dalam firman-Nya. TUHAN menentang dengan keras kehidupan dualism seorang pengajar firman seperti ini!. TUHAN menuntut agar setiap pengajar firman menghasilkan buah – buah yang sesuai dengan pengajaran yang mereka sampaikan.
           
c. Pertanggungjawaban

34 Hai kamu keturunan ular beludak, bagaimanakah kamu dapat mengucapkan hal-hal yang baik, sedangkan kamu sendiri jahat? Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati.35 Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. 36 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. 37 Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum." (Mat 12:34-37 ITB)

            Perkataan pada bagian firman TUHAN ini merupakan kalimat yang disampaikan oleh TUHAN Yesus sendiri kepada kaum farisi (para pemimpin agama dan pengajar firman). Dalam perjalanan pelayanan TUHAN Yesus tidak jarang kita sering menemukan kisah – kisah dimana TUHAN sedang mempersoalkan beberapa hal dengan para pemimpin agama pada waktu itu, seperti yang dikatakan oleh John Stott, “Kita lihat bahwa Yesus Kristus seringkali terlibat dalam kontroversi melawan para pemimpin agama pada masa itu. Mereka kritis terhadap-Nya dan Ia bahkan lebih kritis lagi terhadap mereka. Ia tidak ragu ketika tiba saatnya menentang pandangan mereka secara public atau mengingatkan orang – orang untuk mewaspadai ajaran mereka…” (John Stott, Christ The Controversialist, Literatur Perkantas Jatim Maret 2014, Hlm. 63).
            Menjadi seorang penyambung/pengajar firman TUHAN bukanlah sebuah ‘profesi’ yang mudah. Seperti di awal pembahasan, kita sudah dijelaskan oleh Yakobus bahwa sebagai seorang pengajar kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat. Seperti sudah dibahas pada bagian sebelumnya, ada dua pertanggungjawaban bagi seorang pengajar firman, yaitu pertanggungjawaban pengajaran dan pertanggungjawaban perbuatan berdasarkan apa yang diajarkan. Dua hal ini akan dipertanggungjawabkan pada hari penghakiman nanti. Kita tidak dapat mengajar banyak orang untuk hidup sesuai dengan firman yang kita ajarkan, tapi kita sendiri tidak pernah melakukannya. Ini menjadi catatan penting bagi semua pengajar Alkitab.
            Alkitab sebagai patokan pengajaran; pengajaran – pengajaran yang bersumber dari firman Tuhan sebagai patokan bertingkahlaku; dan kedua – duanya sebagai materai keselamatan yang diawali dari pengenalan, pengudusan, dan penetapan dari TUHAN. Ini adalah sebuah prinsip yang harus diperhatikan dengan sungguh – sungguh bagi semua penyambung lidah TUHAN/pengajar firman TUHAN karena selanjutnya Rasul Paulus menasehatkan Timotius untuk …bertekun dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu sendiri dan semua orang yang mendengarkan engkau. (1 Tim. 4:16).
            Pada masa akhir kehidupan rasul Paulus ia mengucapkan satu kalimat yang selama ini menjadi tujuan pelayanannya,

“…20 Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikianpun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku. 21 Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. 22 Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu. 23 Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus itu memang jauh lebih baik; 24 tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu.
 (Filipi 1:20-24 ITB)

            Pernahkah kita bertanya dalam diri kita (sebagai seorang pengajar firman atau seluruh orang yang mengaku percaya kepada TUHAN Yesus Kristus) “…mengapa Rasul Paulus begitu yakin dan berani seolah – olah ia begitu siap dipanggil oleh TUHAN…sehingga terucap kalimat …’hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan baginya.?” Mengapa kita perlu memperhatikan dengan seksama bagian ini? jawabannya adalah karena setelah kematian kita tidak dapat lagi berbuat sesuatu untuk memulikan TUHAN di dunia, selanjutnya yang kita hadapi adalah tahta pengadilan Allah dimana semua orang mempertanggungjawabkan kehidupannya dihadapan Dia yang mengetahui segala sesuatu. Mari kita perhatikan setiap pengakuan rasul Paulus sebelum ia mengatakan hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan dan dijelaskan kembali dalam kalimat berikutnya. Rasul Paulus mengatakan bahwa: “…Kristus dengan nyata telah dimuliakan di dalam tubuhnya, hidupnya dan jika sudah waktunya di dalam kematiannya juga dan kesempatan hidup adalah memberi buah…” (Filipus 1:20-24). Inilah kunci jawaban yang menjelaskan kita mengapa rasul Paulus tidak pernah ragu akan jalan hidupnya. Bahkan dalam bagian yang lain ia ‘seolah – olah’ dengan kerinduan yang teramat sangat berharap agar TUHAN segera memanggilnya. Keselamatan hidup yang kekal memang sepenuhnya dikerjakan oleh TUHAN melalui karya Anak-Nya tanpa sedikitpun sumbangsih jasa dari pihak manusia yang berdosa. Anugerah Allah bukan hanya sekedar datang kepada manusia yang berdosa dan selesai sampai disitu, tapi! Roh Kudus terus aktif menggerakkannya untuk menghasilkan buah – buah pertobatan yang bersumber dari kasih karunia Allah.
            Sebagai seorang rasul TUHAN, Paulus sudah menghasilkan buah – buah yang diperkenankan oleh TUHAN sesuai dengan pengenalan, pengudusan, dan penetapan TUHAN bagi dirinya sendiri. Ia teguh berdiri bagi Injil Kristus (Band. Rom. 1:16-17), ia mengajar firman TUHAN yang sehat bahkan tidak segan – segan untuk menolak setiap pengajaran yang bertentangan dengan firman itu sendiri (Band. Gal. 1:6-10). Bukan hanya itu saja, karena ia memberitakan Injil, maka iapun melatih dirinya untuk hidup berpadanan dengan Injil dan inilah yang juga ia ajarkan kepada orang – orang yang ia layani. Inilah yang membuatnya tidak sedikitpun meragukan keselamatan dan upah yang ia akan terima dari Tuan yang selama ini ia layani dengan sepenuh hatinya. Kasih karunia Allah (pengenalan, pengudusan, dan penetapan) telah membuat rasul Paulus bekerja segiat yang ia dapat lakukan (band. 1 Kor. 15:10). Rasul Paulus dengan segala kehidupan yang ia telah persembahkan untuk TUHAN dan melayani sesamanya dengan cara mengajar banyak orang dengan pengajaran yang sehat dan hidup yang berpadanan dengan pengajaran yang ia beritakan, maka ia sangat siap untuk menghadap tahta pengadilan Kristus.
            Menjadi seorang penyambung lidah TUHAN, bukan hanya sekedar memiliki karunia – karunia yang luar biasa, tugas yang mulia, jabatan rohani, tapi ada pertanggungjawaban yang lebih berat, maka selama masih diberikan kesempatan oleh TUHAN untuk menatap hari ini bahkan hari esok, itu berarti masih ada kesempatan untuk bekerja semaksimal mungkin bagi TUHAN, mengajar firman yang sehat dan hidup di dalamnya.            Setiap dari kita yang diberikan kepercayaan mengajar firman TUHAN, pasti tidak ingin ditolak oleh TUHAN  karena ternyata apa yang kita (anggap) kerjakan bagi-‘nya’ bukanlah bersumber dari maksud dan kehendak yang ingin Ia nyatakan.
           

            Sebagai seorang pengajar firman TUHAN (Pendeta; hamba TUHAN; Evangelist; Guru Injili; Mahasiswa Teologi dan orang yang dipercaya dan diberikan karunia untuk mengajar, marilah kita merenungkan dengan sungguh – sungguh arti sebuah tanggungjawab mengajarkan kebenaran firman Tuhan karena apa yang kita sampaikan itulah yang akan menghakimi kita nantinya. Apakah kita menyampaikan kebenaran firman yang berasal dari TUHAN dan menjadi pelaku dari firman itu sendiri. Marilah kita juga kembali kepada pengenalan, pengudusan dan penetapan dari TUHAN dan marilah kita bekerja dengan giat dan memberi banyak buah yang diperkenankan oleh TUHAN menjelang hari kedatangan Kristus yang semakin dekat. God bless!. Amin!.

1 komentar: