TANGGUNG JAWAB SEORANG
PENGAJAR FIRMAN
(Yak. 3:1-10; Yer.
15:19; Mat. 7: 15-23; Mat. 12:35-37; Alkitab)
Oleh:
Nathan C. Ellyon
(“Pengajar
firman TUHAN/Penyambung lidah TUHAN” yang saya maksudkan dalam bagian ini adalah
mereka yang berbicara, mengajar, menafsirkan firman Tuhan terutama para teolog,
para pengajar di seminari – seminari, para hamba TUHAN, para pendeta, mahasiswa
teologi dan siapa pun yang berbicara dan diberikan karunia oleh Roh Kudus untuk
mengajar tentang Alkitab.)
Ada
beberapa bagian di dalam Alkitab yang menjelaskan mengenai lidah (perkataan)
dan salah satunya yang cukup jelas dibahas terdapat pada surat Yakobus 3:1-10. Sangat
menarik ketika Yakobus memulai pembahasannya pada bagian ini dengan kalimat: “janganlah banyak orang diantara kamu mau
menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat….”. Mengapa
Yakobus melarang banyak orang percaya untuk menjadi seorang pengajar kebenaran
firman TUHAN? Apanya yang salah mempunyai keinginan
untuk menjadi seorang pengajar kebenaran firman TUHAN…?. Bukankah ini
adalah tugas yang istimewa di hadapan TUHAN?. Pada bagian ini Yakobus
sebenarnya ingin memberikan suatu pemahaman bahwa untuk menjadi seorang
pengajar firman itu tidaklah mudah, tidak hanya sebatas mempunyai sebuah
keinginan yang kuat untuk tujuan tertentu; tapi membutuhkan hal yang lebih. Dengan
demikian tidaklah mengherankan jika Yakobus mengawali pembahasannya pada bagian
ini dengan memberikan suatu peringatan yang jelas tentang pertanggungjawaban yang besar di hadapan TUHAN. Jika
demikian, apa yang kita butuhkan untuk menjadi seorang pengajar firman…?. Sepanjang
sejarah peradaban manusia dari permulaan sampai kepada zaman pelayanan TUHAN
Yesus, Allah telah banyak memakai para nabi untuk menyampaikan maksud dan
kehendak-Nya. Siapakah mereka? Mereka adalah orang – orang yang telah
dikenal, dikuduskan dan ditetapkan sendiri oleh Allah sebelum dibentuk dalam
rahim seorang ibu (Bandingkan dengan pemanggilan nabi Yeremia, Yeremia
1:5). Bahkan Alkitab menerangkan bahwa sebagian dari mereka pada awalnya tidak
mempunyai sedikitpun keinginan untuk dipakai oleh TUHAN menjadi penyambung
lidah-Nya malahan mereka “menolak” panggilan tersebut karena berbagai
macam alasan yang mereka kemukakan berdasarkan kekurangan yang ada pada diri
mereka ataupun alasan yang lainnya. Menyadari setiap kekurangan yang ada pada
diri kita itu sangat penting, tapi itu tidak boleh dijadikan sebagai alasan
untuk kita berpaling dari pengenalan, pengudusan, dan penetapan dari Allah. Tuhan
tidak pernah melarang kita untuk bersikap terbuka di hadapan-Nya, malahan TUHAN
ingin agar setiap kita menyadari setiap kekurangan dan mau mengandalkan
Ke-Mahakuasaan-Nya dimana TUHAN akan mencurahkan setiap karunia – karunia yang
akan kita perlukan.
Dalam
dunia pelayanan saat ini, memang kita membutuhkan banyak kemampuan agar dapat
melayani dengan maksimal. Ketika mengajar firman TUHAN kita butuh pencerahan
dari Roh Kudus untuk menafsirkan Alkitab dengan benar (band. 2 Pet. 1:20-21), kita
butuh kuasa dari TUHAN (band. Yer. 1:10), kita butuh hikmat berkata-kata (band.
Yer. 1:9; 2 Pet. 3:15), kita butuh kemampuan menyampaikan kebenaran firman
secara tepat (band. 1 Kor. 2:4-5), kita butuh kemampuan untuk memahami tingkat
pemahaman para pendengar (band. 1 Kol. 9:20-23), kita butuh penguasaan bahasa –
bahasa yang mudah untuk dimengerti (band. Kis. 2:4 dan 8), kita butuh partner
yang bisa saling mendukung (band. Kel. 4:15-17), dan lain sebagainya. Semuanya
ini kita perlukan, tapi apakah semuanya ini sudah kita miliki?. Dengan
kerendahan hati kita harus mengakui segala kekuarangan yang ada pada diri kita,
bahkan sesungguhnya tidak ada satupun dari semuanya itu yang sudah kita miliki
jika Roh Kudus tidak mengaruniakannya (1 Kor. 4-8). Mengakui segala kelemahan
di hadapan TUHAN bukan bertujuan untuk membuat kita rendah diri, tapi
sebaliknya membuat kita semakin sadar akan keberadaan kita di hadapan TUHAN dan
semakin membuat kita berserah dan mengandalkan segala kekuatan dan pertolongan
TUHAN.
Setiap
manusia yang dikenal, dikuduskan dan ditetapkan oleh Allah untuk menjadi pengajar
firman tidak akan dapat menolak panggilan Ilahi. TUHAN akan memakai berbagai
macam cara agar kita diyakinkan bahwa ini sudah dirancangkan sebelum dunia
dijadikan. Ini menjadi seperti sebuah I. D.
Card kita bagi TUHAN.
a.
“Penyambung” Lidah TUHAN
19 Karena itu
beginilah jawab TUHAN: "Jika engkau mau kembali, Aku akan mengembalikan
engkau menjadi pelayan di hadapan-Ku, dan jika engkau mengucapkan apa yang
berharga dan tidak hina, maka engkau akan menjadi penyambung lidah bagi-Ku.
Biarpun mereka akan kembali kepadamu, namun engkau tidak perlu kembali kepada
mereka. (Yer. 15:19 ITB)
Secara
pengertian sederhana mungkin kita sudah memahami arti “penyambung lidah TUHAN”. Jika kita umpamakan penyambung lidah
TUHAN adalah mereka yang mempunyai tugas seperti sebuah pipa yang menjadi
penghantar aliran air dari sumber mata air kepada orang yang membutuhkan. Tugas
atau fungsi pipa tersebut adalah untuk menyalurkan air dari sumber mata air
tersebut. Apa yang disalurkan sangat bergantung dari sumber mata air. Sebagai
seorang penyambung lidah Tuhanpun demikian, kita harus tahu fungsi kita dengan
benar. Menyampaikan maksud dan kehendak firman kepada pembaca pada zaman
sekarang ini merupakan focus utama seorang pengajar firman!. Kita tidak
menyampaikan atau mengabarkan firman ‘kita
sendiri’; bukan firman ‘para rasul
atau para penulis Alkitab’ tapi kita mengabarkan firman TUHAN yang
disampaikan (diilhami) oleh Roh Kudus melalui para nabi, para rasul dan para
penulis Alkitab lainnya yang disampaikan untuk diajarkan, untuk menjadi dasar
pernyataan kesalahan cara hidup, memperbaiki kelakuan dan mendidik dalam
kebenaran (Band. 2 Tim. 3:16) kepada para pembaca pada zaman mereka masing –
masing dan tentunya kepada setiap kita pada zaman sekarang ini. Ini adalah
suatu konsep yang sederhana, tapi jika kita tidak mengerti dengan baik, maka
kita bisa ditipu oleh Iblis. Kekawatiran tentang hal ini memang sudah menjadi boomerang yang sangat mematikan bagi
kekristenan. Banyak pengajar – pengajar Alkitab berbicara lantang di hadapan
ribuan ornag tentang pengajaran kekristenan, tapi sedikitpun tidak (dibca: mau)
belajar doktrin dan pengajaran – pengajaran dasar iman kekristenan sehingga
berbicara hanya untuk kepentingan kepuasaan manusia dan tidak sedikit juga
orang – orang Kristen awam yang hanya ingin menerima pengajaran – pengajaran
yang memuaskan nafsu keinginan duniawinya saja tanpa melihat kepada satu
keutuhan pengajaran Alkitab. (Band. 2 Tim. 4:3)
Pada
zaman sekarang ini tidak sedikit para pemberita dan pengajar firman yang tidak
memperhatikan bagian ini sehingga tidak sadar bahwa ia telah ditipu oleh Iblis
dan menipu banyak orang. Bukankah kejatuhan Adam dan Hawa disebabkan oleh
karena mereka tidak berpegang dengan teguh kepada maksud dan kehendak TUHAN (firman
TUHAN) yang telah disampaikan kepada Adam? (Kej. 3:1-5). Sedikit saja firman
dirubah, maka akan terjadi kesalahan yang sangat fatal. Alkitab (PL dan PB)
sudah ditulis ribuan tahun yang lalu dengan zaman yang berbeda, budaya yang
berbeda, tantangan yang berbeda, gaya penulisan yang berbeda, tujuan yang
berbeda. Alkitab memang “seperti” sebuah
buku kune, akan tetapi ada banyak makna; nilai – nilai dan prinsip – prinsip yang
diajarkan dan sangat dibutuhkan oleh umat TUHAN di segala zaman!. Malahan
setiap kekeliruan, penyimpangan dan penyesatan yang terjadi dalam dunia
kekristenan pada zaman sekarang ini telah ada dan terjadi karena kita tidak
merendahkan hati mau belajar sungguh sungguh. Jika kita tidak belajar sungguh –
sungguh tentang Alkitab, maka akan sangat mungkin kita dipakai oleh Iblis untuk
memiliki pemahaman yang keliru dan memberikan pengajaran – pengajaran yang
sebetulnya sudah lama ditentang oleh kekristenan tapi yang dimunculkan kembali
dengan ‘kemasan’ yang baru. Pengajaran – pengajaran yang patut ditiru adalah
pengajaran yang disampaikan oleh para nabi dan orang kudus di Perjanjian Lama
yang menubuatkan tentang kedatangan Kristus. Pengajaran Kristus (Sang Firman
yang Hidup) yang diteruskan oleh para rasul yang diperjuangkan kembali oleh
bapak – bapak gereja dan saat ini terus diperjuangkan oleh mereka yang teguh
berpegang kepada pengajaran tersebut. Pengajaran ortodoks yang seperti Inilah yang
seharusnya disambung oleh para pengajar firman pada zaman sekarang!. Setiap pengajar firman TUHAN harus taat dan tunduk
dibawah kuasa firman. Jika dalam hal pengajaran kita sudah ‘melebihi’ maksud
dan tujuan Alkitab ditulis, maka kita sudah tidak taat dan melebihi maksud yang
telah TUHAN tetapkan bahkan kita sudah melawan Allah!.
Banyak
hamba TUHAN yang tidak mau meneruskan pengajaran yang murni dari Alkitab.
Mereka membuat pengajaran – pengajaran yang sebetulnya sudah dicap tidak
berdasarkan kepada prinsip - prinsip Alkitab sehingga tidak sadar ditipu
kembali oleh Iblis. Jika muncul pengajaran – pengajaran yang tidak sesuai
dengan prinsip yang diajarkan oleh Alkitab, maka seluruh orang yang mengaku
berpegang teguh pada pengajaran Alkitab yang benar wajib menolak dengan tegas tanpa
ada kompromi!. Siapapun yang membuat sebuah pengajaran, doktrin – doktrin yang
tidak sesuai dengan prinsip – prinsip yang dimaksudkan oleh Alkitab,
terkutuklah ia! (Band. Galatia 1:6-10).
b.
“Pelaku” Lidah TUHAN
15
"Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar
seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. 16
Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah
anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? 17 Demikianlah
setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak
baik menghasilkan buah yang tidak baik. 18 Tidak mungkin
pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak
baik itu menghasilkan buah yang baik. 19 Dan setiap pohon yang tidak
menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. 20
Jadi dari
buahnyalah kamu akan mengenal mereka. 21 Bukan
setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan
Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. 22
Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah
kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan
banyak mujizat demi nama-Mu juga? 23 Pada waktu itulah Aku akan
berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu!
Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"
(Mat 7:15-23 ITB)
Apakah sebagai penyambung lidah
TUHAN, kita hanya bertugas untuk menyampaikan kehendak TUHAN saja? Jawabannya
bentul! Tapi tidak hanya sebatas itu!. Sebagai sebatang pipa yang bertugas
untuk menyalurkan sumber air ke tempat dimana orang membutuhkannya, maka
sebelum air tersebut sampai ke tempat yang tepat, maka air tersebut harus
terlebih dahulu melalui pipa.
Perkataan TUHAN pada bagian ini
sangat tegas dan keras!. Sebuah perkataan terus terang, blak-blakan yang terkadang tidak dapat kita terima dengan akal
sehat. Secara manusia saya tidak habis pikir mengapa TUHAN mengatakan suatu kalimat
penolakan yang sangat tajam kepada mereka yang ‘berkhotbah’; ‘mengusir setan’,
‘mengadakan banyak mujizat’ dengan mengatasnamakan TUHAN (Yesus)?. Jika nama
TUHAN dapat ‘dipalsukan’, mereka yang seperti apa yang dimaksudkan oleh TUHAN
Yesus...? Pada bagian sebelumnya (ayat 16 dan 20) TUHAN memberikan sebuah cara
untuk mengenal status panggilan seorang hamba TUHAN, yaitu “… dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka….”. Jika TUHAN
memanggil seorang manusia untuk menjadi alat-Nya dengan tiga kata penting,
yaitu pengenalan, pengudusan, dan
penetapan, maka pada bagian ini TUHAN secara terang – terangan menolak
pekerjaan – pekerjaan yang dilakukan oleh nabi palsu demi nama ‘TUHAN’ dengan 3
kalimat: Tidak pernah dikenal, ditolak
dengan tegas dan disebut sebagai
pembuat kejahatan!. Dan hal
ini dikatakan oleh TUHAN akan semakin banyak terjadi pada zaman akhir (zaman
sekarang). Dan inilah yang memang terjadi pada zaman sekarang ini. Sebagai
seorang pengajar firman, selain mengawasi pengajaran yang kita sampaikan maka
kita juga harus betul – betul memperhatikan kehidupan kita.
Pada zaman sekarang ini, tidak
sedikit para pengajar firman TUHAN yang tidak menghasilkan buah – buah yang
diperkenankan oleh TUHAN. “Mungkin” secara pengajaran mereka menyampaikan
dengan baik maksud dan kehendak TUHAN melalui firman, akan tetapi dalam
kehidupannya mereka tidak menjadi pelaku dari firman yang mereka sampaikan. Maka,
dengan kerendahan hati sebagai seorang hamba TUHAN, pengajar firman,
pengkhotbah kita perlu kembali kepada apa yang sudah pernah rasul Paulus
nasehatkan kepada anak rohaninya, Timotius, yaitu “…Awasilah dirimu sendiri dan
awasilah pengajaran-Mu…” (1 Tim. 4:16). Ini adalah buah ketaatan seorang pengajar
firman yang membawa kepada keselamatan. Rasul Paulus mengajarkan kepada
Timotius untuk memperhatikan hidupnya dengan sungguh – sungguh. Sebagai seorang
gembala yang masih sangat muda yang mengajar jemaatnya tentang kebenaran firman
TUHAN, ia harus memiliki teladan Kristus di dalam dirinya (1 Tim. 4:12-15). Dua
hal inilah yang memang harus diperhatikan dengan sungguh – sungguh oleh seorang
pengajar kebenaran firman TUHAN, yaitu cara kita hidup harus menjadi teladan
yang baik dan pengajaran yang kita sampaikan harus sesuai dengan maksud dan
kehendak firman TUHAN.
Menjadi
pelaku firman TUHAN merupakan suatu kewajiban bagi setiap orang yang mendengarkan kebenaran firman TUHAN. Bagi
seorang pengajar firman, menjadi pelaku firman merupakan sebuah identitas yang
menyatakan bahwa dia adalah seorang nabi TUHAN atau nabi palsu. Seorang
pengajar firman yang ‘dianggap sesat’ seringkali hanya dinilai dari apa yang ia
ajarkan. Ini memang perlu dan juga diajarkan oleh Alkitab, tapi belum sepenuhnya utuh. TUHAN Yesus sendiri
menjelaskan bahwa tidak hanya sebatas pengajarannya saja, kita bisa menilai
kepalsuan pengenalan, pengudusan dan penetapan yang ia anggap dari TUHAN
melalui cara ia hidup. TUHAN Yesus sendiri menjelaskan hal ini melalui
pandangan-Nya terhadap kaum farisi (Mat. 23:3). Meskipun secara pengajaran kaum
farisi patut untuk ditiru, namun secara praktek mereka menyangkali semua apa
yang mereka ajarkan. TUHAN Yesus dengan keras mengecam kehidupan pengajar
firman yang seperti ini (bandingkan Mat. 23:1-36).
Hal
ini memang sesuai dengan fakta Alkitab yang menerangkan bahwa tidak
ada seorang nabi, para rasul dan penyampai firman TUHAN yang tidak berjuang
dengan sungguh – sungguh untuk hidup taat dan giat bekerja bagi TUHAN,
meskipun ada dari antara mereka juga pernah terjatuh di dalam dosa. Bagi mereka
yang dikenal, dikuduskan, dan ditetapkan oleh TUHAN sendiri, maka TUHAN akan
terus memelihara iman dan panggilan mereka untuk terus berjuang di jalan yang
telah ditetapkan; tapi bagi mereka yang tidak sungguh – sungguh memperhatikan
tugas dan tanggungjawabnya di hadapan TUHAN, maka mereka akan berhenti dan pada
akhirnya meninggalkan TUHAN. Tidak jarang kita melihat dan mendengar maupun
menyaksikannya sendiri ada pelayan – pelayan TUHAN yang pada akhirnya berhenti
melayani TUHAN karena berbagai macam alasan. Tidak ada satupun manusia yang
dapat menjalani kehidupannya di dunia ini tanpa adanya keluh kesah yang
tersampaikan maupun cukup dipendam di dalam hati. Seorang hamba TUHAN pun
demikian. Dalam segala tantangan pelayanan yang mereka hadapi seringkali
terucap keluh kesah yang bahkan membuat mereka betul – betul tidak mempunyai
kekuatan sedikitpun dan seperti seorang anak yang harus bersandar (berserah
penuh) pada bahu Sang Bapa untuk mencurahkan air mata (segala kepenatan
pelayanan) dan memohon kekuatan-Nya.
Kehidupan
kaum farisi penuh dengan kemunafikan. Secara pengajaran mereka adalah pengajar
- pengajar yang ketat yang patut untuk dicontoh (Band. Mat. 23:3), tapi tujuan
kehidupan mereka tidak pernah benar di hadapan TUHAN yang mereka layani. Mereka
mencari kepuasaan pribadi, kepuasaan yang nampak bagi orang lain (band. Mat.
23:4). Hati mereka keras sehingga mata rohani mereka tidak pernah lagi menemukan
maksud (makna) yang TUHAN tanamkan di setiap firman-Nya. Apa yang mereka
sampaikan hanyalah bersifat hurufiah saja bahkan mereka lebih mementingkan
tradisi- tradisi lisan dibandingkan dengan tanggungjawab menemukan mutiara yang
TUHAN tanam dalam firman-Nya. TUHAN menentang dengan keras kehidupan dualism seorang
pengajar firman seperti ini!. TUHAN menuntut agar setiap pengajar firman
menghasilkan buah – buah yang sesuai dengan pengajaran yang mereka sampaikan.
c.
Pertanggungjawaban
34 Hai kamu keturunan ular beludak, bagaimanakah kamu dapat
mengucapkan hal-hal yang baik, sedangkan kamu sendiri jahat? Karena
yang diucapkan mulut meluap dari hati.35 Orang yang baik mengeluarkan
hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat
mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. 36
Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang
harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. 37
Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu
pula engkau akan dihukum." (Mat 12:34-37 ITB)
Perkataan
pada bagian firman TUHAN ini merupakan kalimat yang disampaikan oleh TUHAN
Yesus sendiri kepada kaum farisi (para pemimpin agama dan pengajar firman). Dalam
perjalanan pelayanan TUHAN Yesus tidak jarang kita sering menemukan kisah –
kisah dimana TUHAN sedang mempersoalkan beberapa hal dengan para pemimpin agama
pada waktu itu, seperti yang dikatakan oleh John Stott, “Kita lihat bahwa Yesus Kristus seringkali terlibat dalam kontroversi
melawan para pemimpin agama pada masa itu. Mereka kritis terhadap-Nya dan Ia
bahkan lebih kritis lagi terhadap mereka. Ia tidak ragu ketika tiba saatnya
menentang pandangan mereka secara public atau mengingatkan orang – orang untuk
mewaspadai ajaran mereka…” (John Stott, Christ The Controversialist, Literatur
Perkantas Jatim Maret 2014, Hlm. 63).
Menjadi
seorang penyambung/pengajar firman TUHAN bukanlah sebuah ‘profesi’ yang mudah. Seperti di awal pembahasan, kita sudah
dijelaskan oleh Yakobus bahwa sebagai seorang pengajar kita akan dihakimi
menurut ukuran yang lebih berat. Seperti sudah dibahas pada bagian sebelumnya,
ada dua pertanggungjawaban bagi seorang pengajar firman, yaitu pertanggungjawaban pengajaran dan pertanggungjawaban perbuatan berdasarkan apa
yang diajarkan. Dua hal ini akan dipertanggungjawabkan pada hari
penghakiman nanti. Kita tidak dapat mengajar banyak orang untuk hidup sesuai
dengan firman yang kita ajarkan, tapi kita sendiri tidak pernah melakukannya.
Ini menjadi catatan penting bagi semua pengajar Alkitab.
Alkitab
sebagai patokan pengajaran; pengajaran – pengajaran yang bersumber dari firman
Tuhan sebagai patokan bertingkahlaku; dan kedua – duanya sebagai materai
keselamatan yang diawali dari pengenalan, pengudusan, dan penetapan dari TUHAN.
Ini adalah sebuah prinsip yang harus diperhatikan dengan sungguh – sungguh bagi
semua penyambung lidah TUHAN/pengajar firman TUHAN karena selanjutnya Rasul
Paulus menasehatkan Timotius untuk …bertekun
dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan
dirimu sendiri dan semua orang yang mendengarkan engkau. (1 Tim. 4:16).
Pada
masa akhir kehidupan rasul Paulus ia mengucapkan satu kalimat yang selama ini
menjadi tujuan pelayanannya,
“…20 Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala
hal tidak akan beroleh malu,
melainkan seperti sediakala, demikianpun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku. 21 Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah
keuntungan. 22 Tetapi jika
aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi
mana yang harus kupilih, aku tidak tahu. 23 Aku didesak dari dua
pihak: aku ingin pergi dan diam
bersama-sama dengan Kristus itu memang jauh lebih baik; 24
tetapi lebih perlu untuk tinggal di
dunia ini karena kamu.
(Filipi 1:20-24 ITB)
Pernahkah
kita bertanya dalam diri kita (sebagai seorang pengajar firman atau seluruh
orang yang mengaku percaya kepada TUHAN Yesus Kristus) “…mengapa Rasul Paulus begitu yakin dan berani seolah – olah ia begitu
siap dipanggil oleh TUHAN…sehingga terucap kalimat …’hidup adalah Kristus dan mati
adalah keuntungan baginya.?” Mengapa kita perlu memperhatikan dengan
seksama bagian ini? jawabannya adalah karena setelah kematian kita tidak dapat
lagi berbuat sesuatu untuk memulikan TUHAN di dunia, selanjutnya yang kita
hadapi adalah tahta pengadilan Allah dimana semua orang mempertanggungjawabkan
kehidupannya dihadapan Dia yang mengetahui segala sesuatu. Mari kita perhatikan
setiap pengakuan rasul Paulus sebelum ia mengatakan hidup adalah Kristus dan mati
adalah keuntungan dan dijelaskan kembali dalam kalimat berikutnya. Rasul Paulus
mengatakan bahwa: “…Kristus dengan
nyata telah dimuliakan di dalam tubuhnya, hidupnya dan jika sudah waktunya
di dalam kematiannya juga dan kesempatan hidup adalah memberi buah…” (Filipus
1:20-24). Inilah kunci jawaban yang
menjelaskan kita mengapa rasul Paulus tidak pernah ragu akan jalan hidupnya.
Bahkan dalam bagian yang lain ia ‘seolah – olah’ dengan kerinduan yang teramat
sangat berharap agar TUHAN segera memanggilnya. Keselamatan hidup yang kekal
memang sepenuhnya dikerjakan oleh TUHAN melalui karya Anak-Nya tanpa sedikitpun
sumbangsih jasa dari pihak manusia yang berdosa. Anugerah Allah bukan hanya
sekedar datang kepada manusia yang berdosa dan selesai sampai disitu, tapi! Roh
Kudus terus aktif menggerakkannya untuk menghasilkan buah – buah pertobatan
yang bersumber dari kasih karunia Allah.
Sebagai
seorang rasul TUHAN, Paulus sudah menghasilkan buah – buah yang diperkenankan
oleh TUHAN sesuai dengan pengenalan, pengudusan, dan penetapan TUHAN bagi
dirinya sendiri. Ia teguh berdiri bagi Injil Kristus (Band. Rom. 1:16-17), ia mengajar
firman TUHAN yang sehat bahkan tidak segan – segan untuk menolak setiap
pengajaran yang bertentangan dengan firman itu sendiri (Band. Gal. 1:6-10).
Bukan hanya itu saja, karena ia memberitakan Injil, maka iapun melatih dirinya
untuk hidup berpadanan dengan Injil dan inilah yang juga ia ajarkan kepada
orang – orang yang ia layani. Inilah yang membuatnya tidak sedikitpun meragukan
keselamatan dan upah yang ia akan terima dari Tuan yang selama ini ia layani
dengan sepenuh hatinya. Kasih karunia Allah (pengenalan, pengudusan, dan
penetapan) telah membuat rasul Paulus bekerja segiat yang ia dapat lakukan
(band. 1 Kor. 15:10). Rasul Paulus dengan segala kehidupan yang ia telah
persembahkan untuk TUHAN dan melayani sesamanya dengan cara mengajar banyak
orang dengan pengajaran yang sehat dan hidup yang berpadanan dengan pengajaran
yang ia beritakan, maka ia sangat siap untuk menghadap tahta pengadilan
Kristus.
Menjadi
seorang penyambung lidah TUHAN, bukan hanya sekedar memiliki karunia – karunia
yang luar biasa, tugas yang mulia, jabatan rohani, tapi ada pertanggungjawaban
yang lebih berat, maka selama masih diberikan kesempatan oleh TUHAN untuk menatap
hari ini bahkan hari esok, itu
berarti masih ada kesempatan untuk bekerja semaksimal mungkin bagi TUHAN,
mengajar firman yang sehat dan hidup di dalamnya. Setiap dari kita yang diberikan kepercayaan mengajar
firman TUHAN, pasti tidak ingin ditolak oleh TUHAN karena ternyata apa yang kita (anggap) kerjakan
bagi-‘nya’ bukanlah bersumber dari maksud dan kehendak yang ingin Ia nyatakan.
Sebagai seorang
pengajar firman TUHAN (Pendeta; hamba TUHAN; Evangelist; Guru Injili; Mahasiswa
Teologi dan orang yang dipercaya dan diberikan karunia untuk mengajar, marilah
kita merenungkan dengan sungguh – sungguh arti sebuah tanggungjawab mengajarkan
kebenaran firman Tuhan karena apa yang kita sampaikan itulah yang akan
menghakimi kita nantinya. Apakah kita menyampaikan kebenaran firman yang
berasal dari TUHAN dan menjadi pelaku dari firman itu sendiri. Marilah kita
juga kembali kepada pengenalan, pengudusan dan penetapan dari TUHAN dan marilah
kita bekerja dengan giat dan memberi banyak buah yang diperkenankan oleh TUHAN
menjelang hari kedatangan Kristus yang semakin dekat. God bless!. Amin!.
Thx To God..hehe
BalasHapus