JAMINAN KESELAMATAN
OLEH KASIH KARUNIA ALLAH
(Yohanes 14:1-3;
Efesus 2:8-9; Alkitab)
Oleh:
Nathan C. Ellyon
Melihat dunia
saat ini, kita dapat memperhatikan ada begitu banyak kebutuhan – kebutuhan
hidup yang harus dipenuhi. Tidak jarang bagi kita yang mempunyai tanggungjawab yang
lebih harus bekerja lebih keras pula.
Bekerja adalah salah satu kewajiban hidup yang
harus dijalani oleh manusia (band. Kej. 2:15). Ketika manusia jatuh di dalam
dosa, pekerjaan semakin sukar (band. Kej. 3:19). Di telinga kita sudah tidak asing lagi mendengar sebuah istilah yang berkata: “Time is Money”. Istilah ini menjadi
pinsip kehidupan (aktifitas) bagi mereka yang menghabiskan “hampir” seluruh
waktu hidupnya hanya untuk mendapatkan kekayaan, uang dan harta (bandingkan
dengan konsep waktu yang diajarkan oleh Alkitab bagi orang percaya di 1 Kor.
7:21; Ef. 5:16; Kol. 4:5 dimana firman TUHAN mengajarkan bahwa waktu adalah
kesempatan “Time is Opportunity” bandingkan
juga dengan nasehat rasul Paulus kepada Timotius tentang contoh kehidupan para
janda yang mempergunakan setiap waktunya sebagai kesempatan untuk berbuat
kebaikan, 1 Tim. 5:10). Hidup di
dunia yang semakin rumit ini memang tidak gampang’
butuh kerja keras, bahkan tidak sedikit kita yang mendengar atau
membaca kesaksian hidup orang - orang yang berjuang dengan mencucurkan air mata
sebelum dapat meraih dan menikmati kesuksesannya. Saya sangat mengapresiasi dan
terus belajar mencontoh orang – orang yang mempunyai prinsip hidup seorang
pekerja keras. Banyak orang telah bekerja dengan begitu giat untuk mencapai
segala kesuksesan dunia. Disadari ataupun tidak, kita sering menghabiskan semua
tenaga, waktu, kemampuan untuk mengejar segala ambisi dan kepuasaan dunia, tanpa!
kita sadari bahwa kita ini adalah manusia yang diciptakan untuk memuliakan
TUHAN yang lahir ke dalam dunia tanpa suatu apa pun dan yang pada waktunya akan
kembali menghadap tahta pengadilan Kristus dengan membawa pertangungjawaban
iman (band. Ayb. 1:21; 2:10; 2 Kor. 5:10).
. Siapapun saya dan saudara saat ini ingatlah
selalu akan satu hal yang pasti, yaitu bahwa semua manusia akan mati.
1. Jaminan
Keselamatan
"Janganlah
gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. 2
Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku
mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat
bagimu. 3 Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan
tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di
tempat di mana Aku berada, kamupun berada. (Yoh. 14:1-3 ITB)
15 Berharga di mata TUHAN kematian semua orang yang dikasihi-Nya.
(Maz. 116:15 ITB)
Kebutuhan utama dan yang paling
penting bagi umat manusia adalah jaminan keselamatan hidup yang kekal. Banyak
orang yang tidak sadar telah terlena dengan kenikmatan dunia sehingga tidak
peduli lagi, padahal Alkitab cukup banyak mengajarkan umat-Nya agar mempunyai
tujuan hidup yang jelas baik tujuan hidup selama TUHAN masih memperkenankannya
untuk menjalani kehidupan di dunia maupun kehidupan setelah kematian (band. Mat.
16:24-27). Menikmati setiap berkat – berkat TUHAN tidaklah salah; tetaplah ‘sah’ jika selalu dilakukan menurut perkenanan
Tuhan. Menikmati segala yang telah TUHAN sediakan akan menjadi salah jika kita
sampai melupakan tujuan utama kita diselamatkan menjadi ciptaan yang baru (lahir
baru) di dalam TUHAN Yesus Kristus (Band. Ef. 2:10).
Setiap orang yang tidak percaya
kepada nama TUHAN Yesus Kristus pasti tidak dapat memungkiri bahwa ada “keresahan jiwa/kegelisahan hati” akan
kepastian/jaminan keselamatan hidup yang kekal di sorga yang akan dijalani
setelah kematian di dunia ini (band. Yoh 3:36). “Mengapa bisa ada/timbul perasaan yang demikian…?” Tidak
ada satupun Pribadi yang berani memberikan jaminan/kepastian keselamatan hidup
yang kekal, kecuali hanya TUHAN Yesus sendiri. Semua pengajaran
konsep keselamatan agama – agama (kecuali keksritenan yang Alkitabiah)
mengajarkan konsep keselamatan yang berpusat kepada perilaku manusia. Setiap
perbuatan manusia selama ia hidup di dunia menjadi jaminan masuk sorga bagi
dirinya sendiri. Semuanya masih serba tidak menentu, tidak ada kepastian yang
membuat jiwa merasa damai dan tenang. Bagi setiap jiwa yang resah Injil
memberikan kabar sukacita bahwa berita pertobatan dan jaminan keselamatan telah
Allah anugerahkan di dalam Anak-Nya yang tunggal, yaitu TUHAN Yesus Kristus
(band. Luk 24:27; Kis. 4:12). Allah dengan kasih yang begitu besar telah rela
mengaruniakan Anak-Nya, TUHAN Yesus Kristus menjadi jalan pendamaian bagi
umat-Nya (band. Yoh. 3:16; Rom. 3:25-26; Kol. 1:20; Ibr. 9:14). Betapa luar
biasanya jika kita betul – betul memahami dan merasakan bagian ini, seperti apa
yang pernah dialami oleh rasul Paulus ketika kasih karunia Allah datang
kepadanya, mengubahkan hidupnya dan memberikan tujuan hidup untuk bekerja
memuliakan TUHAN, sampai – sampai ia pernah bersaksi di hadapan raja Agripa
pada waktu akan diadili dengan berkata: “…Sebab itu, ya raja Agripa, kepada penglihatan yang dari sorga itu tidak
pernah aku tidak taat.” (Kis. 26:19 ITB).
Ketaatan, kesetiaan, keteguhan hidup orang percaya hanya akan terlihat bagi
mereka yang sungguh – sungguh percaya dan merasakan, bahkan memberikan seluruh
hidupnya untuk dipakai oleh TUHAN dalam segala tugas dan tanggungjawab masing –
masing yang telah dipercayakan-Nya.
Saya akan menutup perenungan pada
bagian pertama ini dengan sebuah lagu yang begitu indah yang berjudul “Yesusku Jaminan Mulia” (PPK No. 27)
karya Fanny J. Crosby & Mrs. Joseph F. Knapp. Lagu ini menggambarkan tentang jaminan keselamatan yang diberikan
oleh TUHAN kepada mereka yang percaya sungguh – sungguh dan memiliki tujuan
hidup untuk memuliakan TUHAN Yesus Kristus.
#1
Sungguh
dan pasti jaminan Hu
Yesus
milikku selamanya…
Ku
mendapatkan kes’lamatan
Lahir
baru oleh Roh Kudus…
Reff:
Setiap
hari ku masyurkan
Memuji
Yesus Penebusku
Setiap
hari ku masyurkan
Memuji
Yesus Penebusku
#2
Aku
menyerah kepada-Nya
Kini
merasa sukacita
Malaikat
datang mewartakan
Anugerah
dan kasih TUHAN
#3
Kar’na
serahkan segalanya
Ku memperoleh
kelegaan
Dalam Penebus
tersedia
Berkat bahagia
yang berlimpah
2. Kasih Karunia
8 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil
usahamu, tetapi pemberian Allah,
9 itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. (Ef. 2:8-9 ITB)
Kasih karunia Allah adalah pemberian
keselamatan hidup yang kekal yang diberikan dengan cuma – cuma oleh Allah
kepada manusia yang berdosa sehingga dapat dibenarkan di dalam TUHAN Yesus
Kristus (band. Rom. 3:24). Setiap kita yang telah menerimanya harus, patut, dan wajib mengucap syukur atasnya dan senantiasa hidup memuliakan TUHAN
(band. 1 Kor. 1:4; 2 Kor. 9:15). Dasar kehidupan setiap orang percaya adalah
kasih karunia (band. Kis. 4:33; 13:43; Rom. 5:17; 2 Kor. 1:12). Kasih karunia
adalah pemberian terbesar dan terpenting bagi orang percaya (band. Yoh 3:16).
Di atas kasih karunia setiap orang percaya wajib untuk membangun segala
kebaikan – kebaikan yang telah Allah rancangkan sebelum dunia dijadikan (band.
Ef. 2:4-10). Yohanes Pembaptis merangkumnya dengan sebuah kesaksian yang indah.
Ia mengatakan: “…Karena dari kepenuhan-Nya kita
semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia…;” (Yoh 1:16). Kita mempunyai sumber keselamatan yang jelas dan tujuan
hidup yang jelas.
“Mengapa harus dengan kasih karunia Allah di
dalam TUHAN Yesus kristus…?; adakah cara ‘alternatif’ yang diberikan sehingga
manusia beroleh selamat karena cara yang demikian…?”. Ahli – ahli Taurat
Yahudi percaya dan mengajarkan bahwa manusia hanya dapat memperkenankan TUHAN
karena ketaatan menjalankan ritual agamawi (Hukum Taurat). Hukum Taurat adalah
jasa – jasa kebaikan umat manusia yang berharap agar ia memperkenankan TUHAN
menerima segala perbuatannya; sedangkan kasih karunia Allah adalah jasa – jasa
kasih, kebaikan, pengorbanan, kemurahan Allah di dalam TUHAN Yesus Kristus
tanpa sedikitpun sumbangsih dari pihak manusia. Ada perbedaan konsep yang
sangat tajam. Ketika TUHAN Yesus mulai mengajar banyak orang untuk percaya
kepada-Nya (menggantungkan keselamatan kepada pihak lain ‘TUHAN Yesus sendiri’),
maka mereka mulai curiga dan terus membuntuti pelayanan dan pengajaran TUHAN
Yesus. Pada suatu kesempatan, ketika banyak orang berkerumun untuk mendengarkan
pengajaran-Nya, TUHAN berkata: "Janganlah
kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para
nabi. Aku datang bukan untuk
meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya...” (Mat 5:17 ITB).
TUHAN Yesus sendiri tidak pernah memiliki niat untuk membatalkan perintah –
perintah hukum Taurat, justru maksud dan kedatangan-Nya ialah untuk
menyempurnakannya (Band. Mat. 5:18-19). Mengapa hukum Taurat tidak dapat
membawa manusia kepada jalan keselamatan?. Tuhan sebagai Allah yang empunya
sorga mempunyai standard yang
mustahil bagi kita, yaitu sempurna
100% menurut cara pandang Ilahi, tidak ada sedikitpun cacat cela (band. Mat. 5:48; Kol. 13:12).
Sekalipun kita dapat melaksanakan 99,9% seluruh perintah hukum Taurat, maka itu
tidak dapat memenuhi standard yang
Allah telah tetapkan untuk dapat menikmati Dia di sorga (Bandingkan dengan kisah kejatuhan umat manusia di kitab Kejadian
3:1-24, hanya karena satu perbuatan dosa ketidaktaatan kepada perintah Allah
“mencuri” buah yang dilarang dan memakannya, maka akibat yang ditimbulkan
adalah begitu fatal bagi semua manusia). Sedikit saja cacat cela,
maka sudah membuat kita tidak layak di hadapan Allah yang Mahakudus. Jadi
mampukah kita berharap kepada perbuatan – perbuatan hukum Taurat…?. Rasul
Paulus memberikan pemahaman dari sudut pandang yang berbeda. Ia mengatakan bahwa:
“…Sebab tidak seorangpun yang dapat
dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang
mengenal dosa…” (Rom 3:20 ITB) dan lebih jauh lagi ia
berkata: “…4 Kamu lepas dari
Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di
luar kasih karunia...” (Gal 5:4 ITB; band. Rom. 3:28; ). Tuntutan sempurna hukum Taurat adalah
dapat melakukannya tanpa cacat cela sedikitpun (band. Gal. 5:3). Jadi hukum
Taurat menuntut dari pihak manusia untuk terus aktif menjalankannya di setiap
menit kehidupannya! (band. Gal. 3:10-11; Ul. 27:26). Setiap perintah hukum
Taurat yang kita lalaikan untuk
dilakukan disetiap bagian kehidupan kita, itu adalah dosa meskipun kita
mengklaim tidak berbuat kejahatan!. (band. Mat. 7:8, 23:23; Yak. 4:17). Jasa –
jasa yang ada cacatnya di hadapan TUHAN membuat kita tidak layak di hadapan-Nya
sehingga mustahil bagi manusia untuk dapat memperkenankan Allah (band. 64:6;
Rom. 3:23). Dalam bagian ini, dengan kerendahan hati kita harus mengakui bahwa
kita tidak dapat memenuhi semua tuntutan hukum Taurat, kita butuh cara yang
lain yang kita sendiri tidak dapat melakukannya (band. Luk. 1:37; Mat. 19:25).
“Jika adalah kemustahilan dengan jasa –
jasa, perbuatan – perbuatan kebaikan yang dicantumkan di seluruh perintah hukum
Taurat, mengapa hanya kasih karunia Allah yang dapat menyelamatkan orang
berdosa?”. Sedikit tidaknya kita
sudah menemukan jawabannya pada pembahasan sebelumnya. Jika standard Allah adalah sebuah
kesempurnaan menurut cara pandang Ilahi, maka kita membutuhkan kesempurnaan Ilahi
itu sendiri untuk dapat membawa kita kepada jalan keselamatan hidup yang kekal.
Kita membutuhkan cara yang sempurna untuk membawa kepada keselamatan hidup yang
kekal. Cara Ilahi yang sempurna, tanpa cacat cela yang dapat memperkenankan
Allah hanyalah melalui pengorbanan TUHAN Yesus Kristus di kayu salib. Maka
tepatlah pandangan rasul Paulus yang berkata bahwa: “…betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah
mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani
kita dari perbuatan-perbuatan yang
sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup…”
(Ibr. 9:14 ITB). Allah Bapa memperkenankan diri-Nya di dalam
Allah Anak (TUHAN Yesus Kristus) untuk menyatakan keselamatan hidup yang kekal
bagi manusia yang berdosa yang juga telah kehilangan pengharapan di dalam hukum
Taurat yang ketat. Inilah yang juga saya sebut sebagai “cara Allah memperkenankan diri-Nya sendiri dalam konsep keselamatan
Ilahi” (sempurna, tak bercacat cela, sesuai dengan standard Ilahi). Inilah yang selalu diproklamasikan oleh Kristus
ketika Ia datang ke dunia (band. Yoh. 4:21; Yoh. 10:38; Yoh. 14:1). Mari,
sebagai orang percaya kita kembali kepada dasar pemanggilan kita, yaitu kasih
karunia agar kita selalu mengucap syukur kepada Allah di dalam TUHAN Yesus
Kristus dan dengan sukacita, damai sejahtera di dalam jiwa yang telah diberikan
jaminan/kepastian hidup yang kekal untuk terus mengiring TUHAN dan bekerja
semakin giat walau setiap permasalahan
TUHAN ijinkan terjadi untuk memurnikan setiap iman kita (band. Yes. 48:10; Maz.
26:2; Rom. 1:17; 1 Tim. 1:18).
Saya juga akan menutup perenungan
pada bagian ke-2, sekaligus menjadi penutup seluruh pembahasan pada bagian ini dengan
sebuah lagu yang berjudul “Nyamanlah
jiwaku” (PPK No. 138 karya H. G. Spafford & P. P. Bliss). Setiap syair dituliskan dengan begitu
indah dan penuh dengan makna. Biarlah seluruh jalan kehidupan yang akan kita
tapaki berdasarkan kasih karunia Allah yang membawa kita kepada Allah Sang
Pemberi kasih karunia. Amin!.
#1
“Bila
damai mengiring jalan hidupku,
rasa
aman di hatiku…,
dan
kesusahan menimpaku
t’lah
Kau ajarku mengingat firman-Mu”
Reff:
Nyamanlah
jiwaku…
Nyamanlah,
nyamanlah jiwaku
#2
Dalam
pergumulan dan pencobaan
Kristus
memb’rikan jaminan
Dan memperdulikan
kepapaanku
Darah-Nya
membasuh jiwaku
#3
TUHAN lekaskanlah
harinya tiba
Imanpun
akan tampaklah
Dn sangkakalapun
akan berbunyi
TUHAN akan
turun ke bumi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar