Selasa, 21 Oktober 2014

JAMINAN KESELAMATAN OLEH KASIH KARUNIA ALLAH

JAMINAN KESELAMATAN OLEH KASIH KARUNIA ALLAH
(Yohanes 14:1-3; Efesus 2:8-9; Alkitab)
Oleh: Nathan C. Ellyon

            Melihat dunia saat ini, kita dapat memperhatikan ada begitu banyak kebutuhan – kebutuhan hidup yang harus dipenuhi. Tidak jarang bagi kita yang mempunyai tanggungjawab yang lebih harus bekerja lebih keras pula.
            Bekerja adalah salah satu kewajiban hidup yang harus dijalani oleh manusia (band. Kej. 2:15). Ketika manusia jatuh di dalam dosa, pekerjaan semakin sukar (band. Kej. 3:19). Di telinga kita sudah tidak asing lagi mendengar sebuah istilah yang berkata: “Time is Money”. Istilah ini menjadi pinsip kehidupan (aktifitas) bagi mereka yang menghabiskan “hampir” seluruh waktu hidupnya hanya untuk mendapatkan kekayaan, uang dan harta (bandingkan dengan konsep waktu yang diajarkan oleh Alkitab bagi orang percaya di 1 Kor. 7:21; Ef. 5:16; Kol. 4:5 dimana firman TUHAN mengajarkan bahwa waktu adalah kesempatan “Time is Opportunity” bandingkan juga dengan nasehat rasul Paulus kepada Timotius tentang contoh kehidupan para janda yang mempergunakan setiap waktunya sebagai kesempatan untuk berbuat kebaikan, 1 Tim. 5:10). Hidup di dunia yang semakin rumit ini memang tidak gampang’ butuh kerja keras, bahkan tidak sedikit kita yang mendengar atau membaca kesaksian hidup orang - orang yang berjuang dengan mencucurkan air mata sebelum dapat meraih dan menikmati kesuksesannya. Saya sangat mengapresiasi dan terus belajar mencontoh orang – orang yang mempunyai prinsip hidup seorang pekerja keras. Banyak orang telah bekerja dengan begitu giat untuk mencapai segala kesuksesan dunia. Disadari ataupun tidak, kita sering menghabiskan semua tenaga, waktu, kemampuan untuk mengejar segala ambisi dan kepuasaan dunia, tanpa! kita sadari bahwa kita ini adalah manusia yang diciptakan untuk memuliakan TUHAN yang lahir ke dalam dunia tanpa suatu apa pun dan yang pada waktunya akan kembali menghadap tahta pengadilan Kristus dengan membawa pertangungjawaban iman (band. Ayb. 1:21; 2:10; 2 Kor. 5:10).
.           Siapapun saya dan saudara saat ini ingatlah selalu akan satu hal yang pasti, yaitu bahwa semua manusia akan mati.

1. Jaminan Keselamatan

"Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. 2 Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. 3 Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada. (Yoh. 14:1-3 ITB)
15 Berharga di mata TUHAN kematian semua orang yang dikasihi-Nya. (Maz. 116:15 ITB)

            Kebutuhan utama dan yang paling penting bagi umat manusia adalah jaminan keselamatan hidup yang kekal. Banyak orang yang tidak sadar telah terlena dengan kenikmatan dunia sehingga tidak peduli lagi, padahal Alkitab cukup banyak mengajarkan umat-Nya agar mempunyai tujuan hidup yang jelas baik tujuan hidup selama TUHAN masih memperkenankannya untuk menjalani kehidupan di dunia maupun kehidupan setelah kematian (band. Mat. 16:24-27). Menikmati setiap berkat – berkat TUHAN tidaklah salah; tetaplah ‘sah’ jika selalu dilakukan menurut perkenanan Tuhan. Menikmati segala yang telah TUHAN sediakan akan menjadi salah jika kita sampai melupakan tujuan utama kita diselamatkan menjadi ciptaan yang baru (lahir baru) di dalam TUHAN Yesus Kristus (Band. Ef. 2:10).
            Setiap orang yang tidak percaya kepada nama TUHAN Yesus Kristus pasti tidak dapat memungkiri bahwa ada “keresahan jiwa/kegelisahan hati” akan kepastian/jaminan keselamatan hidup yang kekal di sorga yang akan dijalani setelah kematian di dunia ini (band. Yoh 3:36). “Mengapa bisa ada/timbul perasaan yang demikian…?” Tidak ada satupun Pribadi yang berani memberikan jaminan/kepastian keselamatan hidup yang kekal, kecuali hanya TUHAN Yesus sendiri. Semua pengajaran konsep keselamatan agama – agama (kecuali keksritenan yang Alkitabiah) mengajarkan konsep keselamatan yang berpusat kepada perilaku manusia. Setiap perbuatan manusia selama ia hidup di dunia menjadi jaminan masuk sorga bagi dirinya sendiri. Semuanya masih serba tidak menentu, tidak ada kepastian yang membuat jiwa merasa damai dan tenang. Bagi setiap jiwa yang resah Injil memberikan kabar sukacita bahwa berita pertobatan dan jaminan keselamatan telah Allah anugerahkan di dalam Anak-Nya yang tunggal, yaitu TUHAN Yesus Kristus (band. Luk 24:27; Kis. 4:12). Allah dengan kasih yang begitu besar telah rela mengaruniakan Anak-Nya, TUHAN Yesus Kristus menjadi jalan pendamaian bagi umat-Nya (band. Yoh. 3:16; Rom. 3:25-26; Kol. 1:20; Ibr. 9:14). Betapa luar biasanya jika kita betul – betul memahami dan merasakan bagian ini, seperti apa yang pernah dialami oleh rasul Paulus ketika kasih karunia Allah datang kepadanya, mengubahkan hidupnya dan memberikan tujuan hidup untuk bekerja memuliakan TUHAN, sampai – sampai ia pernah bersaksi di hadapan raja Agripa pada waktu akan diadili dengan berkata: Sebab itu, ya raja Agripa, kepada penglihatan yang dari sorga itu tidak pernah aku tidak taat.” (Kis. 26:19 ITB). Ketaatan, kesetiaan, keteguhan hidup orang percaya hanya akan terlihat bagi mereka yang sungguh – sungguh percaya dan merasakan, bahkan memberikan seluruh hidupnya untuk dipakai oleh TUHAN dalam segala tugas dan tanggungjawab masing – masing yang telah dipercayakan-Nya.
            Saya akan menutup perenungan pada bagian pertama ini dengan sebuah lagu yang begitu indah yang berjudul “Yesusku Jaminan Mulia” (PPK No. 27) karya Fanny J. Crosby & Mrs. Joseph F. Knapp. Lagu ini menggambarkan tentang jaminan keselamatan yang diberikan oleh TUHAN kepada mereka yang percaya sungguh – sungguh dan memiliki tujuan hidup untuk memuliakan TUHAN Yesus Kristus.

#1
Sungguh dan pasti jaminan Hu
Yesus milikku selamanya…
Ku mendapatkan kes’lamatan
Lahir baru oleh Roh Kudus…

Reff:
Setiap hari ku masyurkan
Memuji Yesus Penebusku
Setiap hari ku masyurkan
Memuji Yesus Penebusku

#2
Aku menyerah kepada-Nya
Kini merasa sukacita
Malaikat datang mewartakan
Anugerah dan kasih TUHAN

#3
Kar’na serahkan segalanya
Ku memperoleh kelegaan
Dalam Penebus tersedia
Berkat bahagia yang berlimpah         
2. Kasih Karunia

8 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,
9 itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. (Ef. 2:8-9 ITB)

            Kasih karunia Allah adalah pemberian keselamatan hidup yang kekal yang diberikan dengan cuma – cuma oleh Allah kepada manusia yang berdosa sehingga dapat dibenarkan di dalam TUHAN Yesus Kristus (band. Rom. 3:24). Setiap kita yang telah menerimanya harus, patut, dan wajib mengucap syukur atasnya dan senantiasa hidup memuliakan TUHAN (band. 1 Kor. 1:4; 2 Kor. 9:15). Dasar kehidupan setiap orang percaya adalah kasih karunia (band. Kis. 4:33; 13:43; Rom. 5:17; 2 Kor. 1:12). Kasih karunia adalah pemberian terbesar dan terpenting bagi orang percaya (band. Yoh 3:16). Di atas kasih karunia setiap orang percaya wajib untuk membangun segala kebaikan – kebaikan yang telah Allah rancangkan sebelum dunia dijadikan (band. Ef. 2:4-10). Yohanes Pembaptis merangkumnya dengan sebuah kesaksian yang indah. Ia mengatakan:Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia…;” (Yoh 1:16). Kita mempunyai sumber keselamatan yang jelas dan tujuan hidup yang jelas.
            “Mengapa harus dengan kasih karunia Allah di dalam TUHAN Yesus kristus…?; adakah cara ‘alternatif’ yang diberikan sehingga manusia beroleh selamat karena cara yang demikian…?”. Ahli – ahli Taurat Yahudi percaya dan mengajarkan bahwa manusia hanya dapat memperkenankan TUHAN karena ketaatan menjalankan ritual agamawi (Hukum Taurat). Hukum Taurat adalah jasa – jasa kebaikan umat manusia yang berharap agar ia memperkenankan TUHAN menerima segala perbuatannya; sedangkan kasih karunia Allah adalah jasa – jasa kasih, kebaikan, pengorbanan, kemurahan Allah di dalam TUHAN Yesus Kristus tanpa sedikitpun sumbangsih dari pihak manusia. Ada perbedaan konsep yang sangat tajam. Ketika TUHAN Yesus mulai mengajar banyak orang untuk percaya kepada-Nya (menggantungkan keselamatan kepada pihak lain ‘TUHAN Yesus sendiri’), maka mereka mulai curiga dan terus membuntuti pelayanan dan pengajaran TUHAN Yesus. Pada suatu kesempatan, ketika banyak orang berkerumun untuk mendengarkan pengajaran-Nya, TUHAN berkata: "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya...” (Mat 5:17 ITB). TUHAN Yesus sendiri tidak pernah memiliki niat untuk membatalkan perintah – perintah hukum Taurat, justru maksud dan kedatangan-Nya ialah untuk menyempurnakannya (Band. Mat. 5:18-19). Mengapa hukum Taurat tidak dapat membawa manusia kepada jalan keselamatan?. Tuhan sebagai Allah yang empunya sorga mempunyai standard yang mustahil bagi kita, yaitu sempurna 100% menurut cara pandang Ilahi, tidak ada sedikitpun cacat cela (band. Mat. 5:48; Kol. 13:12). Sekalipun kita dapat melaksanakan 99,9% seluruh perintah hukum Taurat, maka itu tidak dapat memenuhi standard yang Allah telah tetapkan untuk dapat menikmati Dia di sorga (Bandingkan dengan kisah kejatuhan umat manusia di kitab Kejadian 3:1-24, hanya karena satu perbuatan dosa ketidaktaatan kepada perintah Allah “mencuri” buah yang dilarang dan memakannya, maka akibat yang ditimbulkan adalah begitu fatal bagi semua manusia). Sedikit saja cacat cela, maka sudah membuat kita tidak layak di hadapan Allah yang Mahakudus. Jadi mampukah kita berharap kepada perbuatan – perbuatan hukum Taurat…?. Rasul Paulus memberikan pemahaman dari sudut pandang yang berbeda. Ia mengatakan bahwa: “…Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa…” (Rom 3:20 ITB) dan lebih jauh lagi ia berkata: “…4 Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia...” (Gal 5:4 ITB; band. Rom. 3:28;  ). Tuntutan sempurna hukum Taurat adalah dapat melakukannya tanpa cacat cela sedikitpun (band. Gal. 5:3). Jadi hukum Taurat menuntut dari pihak manusia untuk terus aktif menjalankannya di setiap menit kehidupannya! (band. Gal. 3:10-11; Ul. 27:26). Setiap perintah hukum Taurat yang kita lalaikan untuk dilakukan disetiap bagian kehidupan kita, itu adalah dosa meskipun kita mengklaim tidak berbuat kejahatan!. (band. Mat. 7:8, 23:23; Yak. 4:17). Jasa – jasa yang ada cacatnya di hadapan TUHAN membuat kita tidak layak di hadapan-Nya sehingga mustahil bagi manusia untuk dapat memperkenankan Allah (band. 64:6; Rom. 3:23). Dalam bagian ini, dengan kerendahan hati kita harus mengakui bahwa kita tidak dapat memenuhi semua tuntutan hukum Taurat, kita butuh cara yang lain yang kita sendiri tidak dapat melakukannya (band. Luk. 1:37; Mat. 19:25).
            “Jika adalah kemustahilan dengan jasa – jasa, perbuatan – perbuatan kebaikan yang dicantumkan di seluruh perintah hukum Taurat, mengapa hanya kasih karunia Allah yang dapat menyelamatkan orang berdosa?”.  Sedikit tidaknya kita sudah menemukan jawabannya pada pembahasan sebelumnya. Jika standard Allah adalah sebuah kesempurnaan menurut cara pandang Ilahi, maka kita membutuhkan kesempurnaan Ilahi itu sendiri untuk dapat membawa kita kepada jalan keselamatan hidup yang kekal. Kita membutuhkan cara yang sempurna untuk membawa kepada keselamatan hidup yang kekal. Cara Ilahi yang sempurna, tanpa cacat cela yang dapat memperkenankan Allah hanyalah melalui pengorbanan TUHAN Yesus Kristus di kayu salib. Maka tepatlah pandangan rasul Paulus yang berkata bahwa: “…betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup…” (Ibr. 9:14 ITB). Allah Bapa memperkenankan diri-Nya di dalam Allah Anak (TUHAN Yesus Kristus) untuk menyatakan keselamatan hidup yang kekal bagi manusia yang berdosa yang juga telah kehilangan pengharapan di dalam hukum Taurat yang ketat. Inilah yang juga saya sebut sebagai “cara Allah memperkenankan diri-Nya sendiri dalam konsep keselamatan Ilahi” (sempurna, tak bercacat cela, sesuai dengan standard Ilahi). Inilah yang selalu diproklamasikan oleh Kristus ketika Ia datang ke dunia (band. Yoh. 4:21; Yoh. 10:38; Yoh. 14:1). Mari, sebagai orang percaya kita kembali kepada dasar pemanggilan kita, yaitu kasih karunia agar kita selalu mengucap syukur kepada Allah di dalam TUHAN Yesus Kristus dan dengan sukacita, damai sejahtera di dalam jiwa yang telah diberikan jaminan/kepastian hidup yang kekal untuk terus mengiring TUHAN dan bekerja semakin giat walau setiap permasalahan TUHAN ijinkan terjadi untuk memurnikan setiap iman kita (band. Yes. 48:10; Maz. 26:2; Rom. 1:17; 1 Tim. 1:18).
           
            Saya juga akan menutup perenungan pada bagian ke-2, sekaligus menjadi penutup seluruh pembahasan pada bagian ini dengan sebuah lagu yang berjudul “Nyamanlah jiwaku” (PPK No. 138   karya H. G. Spafford & P. P. Bliss). Setiap syair dituliskan dengan begitu indah dan penuh dengan makna. Biarlah seluruh jalan kehidupan yang akan kita tapaki berdasarkan kasih karunia Allah yang membawa kita kepada Allah Sang Pemberi kasih karunia. Amin!.

#1
“Bila damai mengiring jalan hidupku,
rasa aman di hatiku…,
dan kesusahan menimpaku
t’lah Kau ajarku mengingat firman-Mu”

Reff:
Nyamanlah jiwaku…
Nyamanlah, nyamanlah jiwaku

#2
Dalam pergumulan dan pencobaan
Kristus memb’rikan jaminan
Dan memperdulikan kepapaanku
Darah-Nya membasuh jiwaku

#3
TUHAN lekaskanlah harinya tiba
Imanpun akan tampaklah
Dn sangkakalapun akan berbunyi
TUHAN akan turun ke bumi



Tidak ada komentar:

Posting Komentar