(Blog ini berisi kumpulan renungan, artikel dan khotbah pengajaran Kristen) Tujuan saya membuat blog ini adalah dengan kerendahan hati mengajak semua orang Kristen untuk kembali kepada pengajaran Alkitab (sola Scripture) yang ortodoks dan menjadikannya sebagai prinsip berkehidupan yang diperkenankan oleh TUHAN dalam menghadapi tantangan, nilai – nilai zaman yang tidak berdasarkan pengajaran Alkitab. Salam Reformasi!.
Jumat, 24 Oktober 2014
PENCOBAAN HIDUP & STRATEGI KEMENANGAN
Pencobaan
Hidup & Strategi Kemenangan
(Matius
4:1-10; Alkitab)
Oleh:
Nathan C. Ellyon
“Harta”, “tahta”, dan “wanita (nafsu)” atau disingkat menjadi “3’ta” adalah tiga kata yang digunakan oleh orang - orang yang
meyakini bahwa ke-tiga hal tersebut adalah pencobaan – pencobaan yang dapat
menjatuhkan umat manusia kepada kehancuran dan dosa. Saya rasa tidaklah
berlebihan jika melihat keadaan dunia saat ini, banyak kasus – kasus kejahatan
(dalam bentuk apa pun) terjadi karena alasan yang demikian. Berdasarkan informasi
yang saya terima dari acara berita Redaksi
di Trans 7, Senin 01 Septermber 2014_Red dikatakan bahwa di Madura
(tepatnya di Sampang) harta, tahta, dan wanita menjadi symbol kegagahan bagi seorang pria. Ketika merenungkannya lebih
dalam saya mencoba untuk bertanya dalam hati: “Apakah ada hubungan yang menarik dari ke-3 kata ini dengan kebenaran
firman Tuhan?” Ternyata sungguh luar biasa jawaban yang diberikan oleh Alkitab.
Firman Tuhan tidak hanya menjelaskan secara luas, akan tetapi Alkitab
memberitahukan apa penyebab dan bagaimana manusia harus menghadapinya!.
Misalnya tentang “harta” (kekayaan,
kemasyuran, uang banyak). Alkitab menjelaskan bahwa menjadi orang kaya itu
tidak salah; akan tetapi mencapai kekayaan dengan membenarkan segala cara itu yang
salah!. Alkitab cukup banyak memberikan contoh, seperti Abraham (band. Kej.
13:2) dan Ayub (band. Ayb. 1:3) yang menjadi sangat kaya karena diberkati oleh Tuhan. Alkitab sama
sekali tidak mengatakan bahwa menjadi kaya itu adalah dosa, akan tetapi Alkitab
juga berbicara lebih dalam mengenai bahaya
ketamakan, misalnya di kitab 1 Tim. 6:8-10. Rasul Paulus menekankan bahwa
kita harus berhati – hati terhadap “keinginan
akan harta”. Mengapa kita perlu
berhati – hati dengan harta atau lebih tepatnya Alkitab mengatakan “keinginan
akan harta”? Alkitab memberikan peringatan yang cukup jelas akan hal
ini. Karena harta orang dapat menjual imannya (Tuhan) hanya demi 30 keping perak
(band. Mat. 26:14-16). Karena harta orang dapat berbohong kepada Tuhan (band.
Kis. 5:1-11), dan karena cinta uang orang dapat jatuh ke dalam berbagai
pencobaan dan penyiksaan diri (band. 1 Tim. 6:10). Jika kita tidak mempunyai
iman yang kuat di dalam Tuhan, maka adalah lebih baik jika kita hidup
berkecukupan saja (1 Tim. 6:8).
Misalnya lagi tentang “tahta”
(jabatan, kedudukan, posisi, pangkat seseorang dalam sebuah organisasi). Dalam
hal ini pun Alkitab lebih mendalam dengan menekankan pentingnnya berhati – hati
terhadap “keinginan untuk mencapai
tahta” yang melampui apa yang Tuhan percayakan kepada kita. Setiap kita
harus mencapai suatu keberhasilan yang paling tinggi sesuai dengan kemampuan
yang telah Tuhan berikan kepada kita. Mengapa kita juga perlu berhati – hati
terhadap keinginan akan kedudukan yang tinggi? Hal ini dapat kita pelajari dari
kisah kejatuhan malaikat (band. Yes. 14:4-20). Alkitab menjelaskan alasan Tuhan
menghukum mereka, yaitu karena mereka ingin melampui batasan yang telah Tuhan
tetapkan bagi mereka untuk menyamai tahta Allah lalu memberontak kepada Tuhan
hingga akhirnya Tuhan menjatuhkan mereka ke tempat yang paling hina (band. Yes.
14:14).
Dalam hal “wanita” atau mungkin
lebih tepat jika saya sebut dengan “nafsu
seksual”. Tidak jarang kita membaca
kisah – kisah yang menceritakan kejatuhan manusia karena tidak dapat menahan
hasrat biologis (seks). Di kitab
Injil Mat. 5:28 Tuhan Yesus mengatakan bahwa: “…28 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang
memandang perempuan serta menginginkannya, sudah
berzinah dengan dia di dalam hatinya…”. Timbulnya “keinginan berzinah” yang meskipun belum dilakukan dengan tindakan, hanya diinginkan di dalam hati,
Alkitab dengan tegas menagatakan bahwa itu merupakan
dosa!. Dalam dunia nyata saat ini kasus seperti ini semakin tidak
terbendung lagi dengan berkembangnnya dunia teknologi dan informatika.
Permasalahan seksual yang menyimpnag dari norma – norma yang berlaku di
masyarakat, pornography, videography,
situs – situs porno (internet, band.
Mat. 6:22-23), tempat lokalisasi, club –
club malam, freesex (band. Kej. 18:16-33), perselingkuhan, kaum homoseksual
(band. 1 Kor. 6:9-10), meningkatnya kasus aborsi karena sex pre-nikah merupakan pekerjaan – pekerjaan Iblis yang sudah
banyak menjatuhkan dan menjerat umat manusia, termasuk orang percaya.
Alkitab menyimpulkan bahwa penyebab
manusia jatuh di dalam dosa adalah “keinginan yang tidak berkenan kepada Tuhan”
(band. Yak. 1:15). Dengan berbagai fakta – fakta
kehidupan umat manusia saat ini, kita menyadari bahwa keinginan – keinginan
manusia sudah banyak yang menyimpang dari kehendak Tuhan. Sebagai
orang percaya kita pun diperhadapkan dengan situasi ini. Bagaimana caranya agar kita tidak jatuh di dalam dosa pencobaan…?. Oleh
sebab itu, saya mengajak kita semua untuk merenungkan satu bagian firman Tuhan
yang mengisahkan tentang kehidupan Tuhan Yesus ketika Ia dicobai oleh Iblis
(Mat. 4:1-10). Melalui kisah ini, kita akan belajar bagaimana cara Tuhan Yesus
untuk bertahan dan melawan pencobaan si jahat.
Jika membaca sekilas kisah di Injil
Matius 4:1, maka secara ‘gamblang’
kita pasti akan mengambil kesimpulan bahwa Roh-lah yang membawa Tuhan Yesus
untuk dicobai. Lalu timbul sebuah pertanyaan, jika Roh yang membawa Tuhan Yesus
ke padang gurun untuk dicobai oleh Iblis, apakah
itu berarti pencobaan berasal dari Allah, dimana “posisi” Allah dalam sebuah
pencobaan? Di dalam kitab Yakobus 1:13, 14 sangat jelas diterangkan bahwa
Allah tidak pernah/bisa dicobai oleh yang jahat dan mencobai siapapun (band.
Yer. 29:11). Allah berdaulat untuk mengijinkan Iblis mencobai umat-Nya dengan maksud
dan tujuan yang baik.[1]
a. Tunduk di bawah Kehendak Tuhan & melawan dengan
kuasa firman-Nya
Lalu datanglah si pencoba itu
dan berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah,
perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti." Tetapi Yesus menjawab: "Ada
tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang
keluar dari mulut Allah." (Mat 4:3-4 ITB)
Kalimat “Jika Engkau Anak Allah…” dan perintah Iblis kepada Tuhan Yesus
untuk “menyuruh batu berubah menjadi
roti” merupakan kalimat yang bertujuan agar Tuhan Yesus “bersedia” melakukan perintah si jahat. Mengapa harus mengubah batu menjadi roti?
Di ayat 2 dijelaskan bahwa pada waktu itu Tuhan Yesus telah berada pada puncak
puasa-Nya yang telah Ia lakukan selama 40 hari/40 malam. Pasti sebagai manusia biasa,
Tuhan Yesus sangat membutuhkan makanan/roti sehingga (secara duniawi) saya
menyimpulkan bahwa kebutuhan utama Tuhan Yesus pada waktu itu adalah makanan. Kebutuhan
yang paling utama; paling mendesak dan sangat sulit untuk dipenuhi dengan cepat
adalah situasi yang paling menakutkan. Bagaimana jika saat ini ada
seorang dokter yang memvonis saya dan saudara mengalami kanker stadium 4 dan
tidak dapat bertahan hidup lebih lama lagi? Saya dan saudara sudah pergi
berobat ke berbagai rumah sakit, tapi tidak mendapatkan hasil yang maksimal,
maka jika dalam kebutuhan kesembuhan yang harus segera dipenuhi, yang mendesak,
yang paling diinginkan tidak dapat terwujud, maka Iblis akan mengambil
kesempatan ini, menjatuhkan kita ke dalam dosa untuk melakukan cara – cara pengobatan
yang tidak diperkenankan oleh TUHAN dan disaat ini pula kemurnian iman kita
sedang diuji.
Iblis melihat keadaan yang dialami
oleh Tuhan Yesus sebagai kesempatan yang sangat baik untuk mencobai-Nya. “Jika” Tuhan Yesus bersedia melakukan
apa yang diperintahkan oleh Iblis, maka Tuhan Yesus telah menyatakan bahwa
diri-Nya tunduk kepada Iblis, akan tetapi! faktanya jelas berbeda! Tuhan Yesus
tidak (dibaca: akan pernah) melakukan
apa yang diperintahkan oleh Iblis. Tuhan yang berdaulat tidak akan pernah
dipengaruhi oleh apa pun di luar diri-Nya (bandingkan dengan Rom. 9:30). Tuhan Yesus sebagai manusia
hanya menundukkan diri-Nya kepada perintah Bapa (bandingkan dengan Yoh. 4:34; 5:30; 6:38-39).
Keinginan yang paling kuat adalah kelemahan
yang paling mematikan. Memiliki sebuah keinginan itu adalah hal yang
sangat wajar, tapi jika keinginan tersebut sudah tidak dijalankan sesuai dengan
perkenanan Tuhan, maka Iblis akan dengan mudah menjatuhkan kita di dalam dosa. Rasul
Yakobus sendiri menjelaskan bahwa manusia terjerat oleh berbagai pencobaan
karena keinginan “yang tidak dipimpin
oleh Roh Kudus” (band. Yak. 1:13; Gal. 5:25). Bagaimana cara kita supaya
dapat bertahan dan tidak terjatuh di dalam dosa oleh karena keinginan?
Jawabannya hanya satu, yaitu tunduk dan taat kepada kehendak Tuhan
merupakan pertahanan yang paling kuat untuk menangkis setiap serangan dari si
jahat sebagaimana Kristus telah menundukkan keinginan-Nya kepada kehendak Bapa (band.
Yak. 4:7). Bagaimana cara kita bertahan akan sangat menentukan bagaimana cara
kita untuk melawan serangan si jahat. Tuhan Yesus bertahan dengan Ia
menaklukkan diri-Nya di bawah kuasa Bapa dan kemudian Ia menyerang si jahat
dengan kuasa firman Tuhan. Di dalam kisah ini (Mat. 4:1-10) kita akan menemukan
3 kata yang selalu digunakan oleh Tuhan Yesus untuk melawan perintah dan
tawaran si jahat.
Manusia mmbutuhkan firman Tuhan. Dunia
saat ini mungkin mengajarkan segudang solusi untuk mengatasi permasalahan hidup
(“saya tidak mengatakan bahwa berbagai
macam solusi yang ditawarkan semuanya tidak baik dan tidak sesuai dengan dasar – dasar iman kekristenan”),
akan tetapi bagi setiap orang percaya kita harus kembali kepada firman TUHAN (Sola Scripture). Tuhan Yesus sendiri menghadapi
pencobaan dari si jahat dengan menggunakan prinsip kebenaran firman “Ada
pula tertulis (ayat 4; 7; 10)”. Menghadapi dunia yang keras, penuh dengan
pekerjaan – pekerjaan si jahat (pencobaan) hanya dapat kita hadapi dengan hidup
berdasarkan prinsip – prinsip kebenaran firman TUHAN.
Jadi bagian pertama ini sangat penting
karena tunduk dibwah kehendak Tuhan dan melawan setiap tipu muslihat si jahat
dengan kuasa firman-Nya akan sangat menentukan cara kita menghadapi serangan
berikutnya dari si jahat; bahkan ini menjadi kunci kemenangan setiap orang
percaya untuk dapat menghadapi setiap tantangan hidup selama kita ada di dunia
ini.
b. Bersandar pada kebenaran firman Tuhan dan berhati –
hati dengan prinsip – prinsip dunia
Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan
Bait Allah, 6 lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah,
jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau
Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di
atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu." 7
Yesus berkata kepadanya: "Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan,
Allahmu!" (Mat 4:5-7 ITB)
Setelah Iblis gagal dalam
pencobaannya yang pertama, maka ia mulai membuat suatu varian serangan. Ini adalah strategi dari si jahat. Ketika ia gagal
dengan cara yang pertama, maka ia akan menggunakan cara yang lebih licik lagi.
Iblis mulai menggunakan firman yang palsu untuk mencobai Yesus “sebab ada tertulis”. Firman yang hidup hanya
ada satu, yaitu Tuhan Yesus Kristus sendiri (band. Yoh. 1:1). Firman adalah
setiap perkataan yang disampaikan kepada umat manusia oleh Allah sendiri maupun
menggunakan perantara (para nabi, rasul, raja-raja, hamba Tuhan, dll) dimana
Allah berkehendak di dalamnya (band. Yes. 55:11). Dengan tuntunan Firman, maka
manusia dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah (band. Maz. 17:4). Pada bagian
ini Iblis secara terang-terangan melawan Allah dan kebenaran firman-Nya dengan firman yang palsu dan tentu saja
Tuhan Yesus menjawab dengan perintah firman yang benar “jangan mencobai Tuhan, Allahmu!”. Cara seperti ini juga dipakai
oleh Iblis untuk menjatuhkan Adam dan Hawa ke dalam dosa (band. Kej. 3:1-5)
Sampai sekarang pun banyak orang percaya yang memiliki pemahaman yang keliru
akan pengajaran – pengajaran Alkitab, tidak sadar bahwa dirinya telah ditipu
oleh Iblis. Apakah arti mencobai Allah?
bukankah Allah itu tidak dapat dicobai
dan mencobai siapapun? (Yak. 1:13). Mencobai dalam pengertian yang negative dapat diartikan sebagai
tindakan untuk menjatuhkan (band. Kej. 39:7-12). Memang benar bahwa Allah tidak
dapat dipengaruhi oleh sesuatu apa pun diluar diri-Nya (band. Rom. 11:33-36). Ketika
Iblis mencobai Kristus itu tidak berarti bahwa Allah sedang “masuk” ke dalam lingkaran pencobaan si
jahat, akan tetapi Allah sedang melawan pencobaan si jahat dan Iblis sedang
menunjukkan dirinya sebagai oknum yang menentang Allah dan kebenaran firman-Nya.
Mencobai Allah berarti memaksakan kehendak diluar kehendak Allah untuk Allah
lakukan. Jika kita mempercayai firman yang palsu, maka kita juga akan taat dan
tunduk kepada “allah” yang palsu.
Kita perlu belajar firman dengan
sungguh – sungguh sehingga kita dapat mengenal TUHAN yang benar dan dapat
memiliki kehidupan iman yang diperkenankan oleh TUHAN. Kita harus kembali
kepada pengajaran gereja yang ortodoks.
Banyak gereja, hamba – hamba Tuhan, dan orang percaya di zaman sekarang ini
yang tidak mau belajar kebenaran firman TUHAN sehingga terjatuh di dalam
pencobaan yang Iblis kerjakan. Pendalaman firman Tuhan yang murni (Alkitabiah) tidak
dipentingkan lagi, menafsirkan Alkitab secara sembarangan untuk memuaskan
keinginan (band. 2 Pet. 1:20-21), orang – orang hanya memakai firman Tuhan yang
sesuai dengan keuntungan pribadi (band. 2 Tim. 4:3); bahkan ada gereja – gereja
ekstream yang mengatakan yang
terpenting adalah pujian dan penyembahan, mujizat kesembuhan, karunia Roh Kudus,
hidup yang sukses, terbebas dari segala penderitaan fisik, hidup bahagia. Ini
semua adalah pengajaran yang berlebihan, hanya menekankan kepada satu bagian
firman tertentu dan tidak melihat kepada keseluruhan pengajaran Alkitab. Kita
harus berhati – hati dengan situasi pengajaran firman yang sebenarnya
bertentangan dengan prinsip – prinsip firman itu sendiri. Ini sangat penting
karena kita tahu bahwa Adam-Hawa terjatuh ke dalam dosa karena ia tidak
berpegang teguh kepada firman Allah yang benar dan terbujuk oleh si ular dengan
firman yang “mirip/palsu” (band. Kej. 3:4).
Iblis akan terus berusaha untuk
menjatuhkan setiap orang percaya dengan firman yang “mirip”, tapi bukan firman Allah. Ia akan mengutus seluruh
nabi-nabi palsu, antikristus, guru – guru palsu untuk melawan Allah dan
kebenaran firman-Nya (band. 1 Yoh. 4:3; Mat. 7:15; 2 Pet. 2:3). Melawan firman
Tuhan tidak hanya ditujukan kepada mereka yang secara terang – terangan tidak
mau percaya bahwa Alkitab adalah firman Tuhan yang diilhamkan oleh Allah Roh
Kudus melalui para penulis Alkitab, akan tetapi melawan firman Tuhan juga
berarti setiap umat manusia yang tidak mau hidup sesuai dengan kebenaran firman
(band. Tit. 1:16). Meskipun kita telah menjadi seorang Kristen dan “percaya”
bahwa Akitab adalah firman Allah, tapi jika kita tidak mau hidup di dalamnya,
maka kita sedang berada pada posisi melawan (mencobai) Tuhan.
c. Hidup untuk
Tuhan Vs. Meninggalkan Tuhan (menikmati segala kenikamatan duniawi)
Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan
kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, 9
dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika
Engkau sujud menyembah aku." 10 Maka berkatalah Yesus
kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah
Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"
(Mat 4:8-10 ITB)
Setelah Iblis gagal untuk menjatuhkan
Tuhan Yesus pada pencobaan sebelumnya, Iblis mulai mencobai-Nya dengan membuat
sebuah penawaran yang sangat “menggairahkan” dan tentunya dengan sebuah syarat. Secara manusia Tuhan
Yesus adalah manusia yang miskin dengan status
social yang rendah sebagai anak tukang kayu yang tinggal di daerah yang
tidak diperhitungkan oleh orang – orang pada waktu itu (band. Mat. 13:55; Kis. 2:7). Tuhan Yesus menjadi
manusia yang miskin, yang hina, menderita, tidak dianggap oleh orang karena
Ia begitu mengasihi saya dan saudara (band. Yoh. 3:16). Allah yang
berkuasa atas segala sesuatu rela menanggalkan segala kemuliaan turun dan
bereinkarnasi menjadi manusia hanya untuk menyelamatkan umat-Nya dari hukuman
dosa melalui sebuah kematian yang sangat hina di kayu salib (band. Fil. 2:5-8).
“Jika”
Tuhan Yesus menerima tawaran si jahat, maka sangat mungkin bahwa Ia akan
terhindar dari segala kemiskinan, rasa lapar, status social yang rendah, penderitaan, yang semuanya akan
digantikan dengan segala kenikmatan dunia; tentunya dengan satu syarat, yaitu
meninggalkan penyembahan dan bakti Tuhan!. Tuhan Yesus dengan sangat keras
mengatakan bahwa manusia harus
menyembah dan berbakti kepada Tuhan!. Ini seharusnya menjadi prinsip hidup
seluruh orang percaya yang tidak boleh digantikan dengan apa pun, termasuk
segala kenikmatan duniawi yang sementara. Alkitab jelas mengatakan bahwa ini
merupakan kesia-siaan jika ada orang yang dapat memperoleh seluruh kenikmatan
dunia, tapi meninggalkan Tuhan dan kehilangan hidup yang kekal (band. Luk.
9:25).
Dunia saat ini begitu banyak
menawarkan segala kemudahan jika kita bersedia meninggalkan Tuhan. Banyak orang
– orang percaya yang akhirnya meninggalkan Tuhan demi kedudukan, popularitas,
uang, status social dan lain sebagainya. Sebagai orang Kristen mungkin kita
tidak sampai meninggalkan iman kita, tapi apakah Kristus sudah menjadi pusat
penyembahan dan bakti kita? Kristus menjadi pusat penyembahan dan bakti berarti
kita mengakui Dia sebagai yang utama dalam hidup kita dan hanya Dia yang harus
dipermulikan dalam setiap jalan kehidupan kita!. Apa pun keadaan, status,
pekerjaan kita saat ini, mari kita memuliakan Tuhan dengan melaksanakan tugas
dan tanggungjawab sesuai dengan firman-Nya, seperti yang pernah dikatakan oleh
rasul Paulus: “…31 Aku
menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan
sesuatu yang lain, lakukanlah
semuanya itu untuk kemuliaan Allah..” (1Kor. 10:31 ITB).
Pencobaan hidup
akan selalu diperhadapkan kepada kita. Jika TUHAN telah menang atas segala
kesulitan, tantangan, rintangan, permasalahan, pencobaan hidup, maka kita pun
(sebenarnya) telah diberikan kuasa dan hikmat yang diajarkan di dalam Alkitab. Firman
TUHAN sungguh sangat luar biasa. Di tengah kehidupan dan situasi dunia yang
sudah banyak terpengaruh oleh pengajaran, nilai – nilai, prinsip – prinsip
(pencobaan) yang tidak sesuai dengan iman keristenan, firman TUHAN mengajarkan
kepada kita untuk tunduk di bawah kuasa Allah dan kebenaran firman-Nya. Hanya
dengan cara seperti yang diajarkan oleh TUHAN Yesus pada bagian firman TUHAN
ini, maka kita akan dapat mengalami hidup yang berkemenangan. Amin!.
Kamis, 23 Oktober 2014
PUSAT KEHIDUPAN ORANG PERCAYA
PUSAT
KEHIDUPAN ORANG PERCAYA
(Yohanes
15:1-8; Alkitab)
Oleh:
Nathan C. Ellyon
Dalam segala aktifitas pekerjaan,
kita sering tidak menyadari bahwa ada Allah yang berdaulat atas segala sesuatu
(The Sovereighty of God), seperti
perkataan rasul Paulus: “…28 Sebab di
dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada, seperti yang telah juga
dikatakan oleh pujangga-pujanggamu: Sebab kita ini dari keturunan Allah juga…” (Kis. 17:28 ITB). Setelah kejatuhan di dalam
dosa, umat manusia ‘terlepas’ dari
pusat/sumber kehidupannya, yaitu Allah sehingga berada pada kondisi yang paling
membahayakan. Siapa pun manusia yang terlepas dari Allah pasti akan binasa!.
Itulah sebabnya TUHAN Yesus Kristus sebagai TUHAN yang sanggup memulihkan
hubungan yang rusak ini mengundang/mengajak setiap manusia yang berdosa untuk
kembali merekat dengan Dia sebagai sumber kehidupan dan kebenaran.
"Akulah pokok
anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. 2 Setiap ranting pada-Ku
yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah,
dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. 3 Kamu memang sudah
bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. 4 Tinggallah di
dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari
dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu
tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. 5 Akulah
pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku
dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat
berbuat apa-apa. 6 Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia
dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang
dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. 7 Jikalau kamu tinggal di
dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu
kehendaki, dan kamu akan menerimanya. 8 Dalam hal inilah Bapa-Ku
dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah
murid-murid-Ku." (Joh 15:1-8 ITB)
Ayat 1 pada bagian ini merupakan ayat yang sangat penting. TUHAN Yesus Kristus menyebut diri-Nya sebagai pokok anggur yang benar dan Allah Bapa sebagai pengusahanya. Dengan mengatakan demikian secara implisit TUHAN Yesus juga menyebut, memproklamasikan, memberitakan bahwa (dibaca: hanya) Dia-lah kebenaran. Manusia yang berdosa hanya dapat dibenarkan/melakukan kebenaran yang diperkenankan di hadapan Allah Bapa melalui/di dalam TUHAN Yesus Kristus (band. Rom. 3:24; 5:1; 1 Kor. 6:11; Gal. 2:16), maka tidak heran pada bagian ini TUHAN selalu mengajak semua orang percaya agar tinggal di dalam Dia dan sebaliknya TUHAN dan kebenaran firman-Nya tinggal di dalam kita. Allah Bapa sebagai pengusahanya, yang memelihara, merawat, dan memberikan pertumbuhan yang baik (band. 1 Kor. 3:6-7) agar tanaman anggur (ranting-Nya/umat-Nya, setiap orang percaya) dapat menghasilkan buah yang lebat melalui pokok yang benar (TUHAN Yesus Kristus). Setiap orang percaya yang dipilih dan merasakan kasih karunia Allah disebut sebagai ranting-Nya (band. Rom 11:17-24). Kehidupan orang percaya adalah sebuah progress yang pasti, jelas dan menuju kepada satu tujuan hidup bagi kemuliaan TUHAN (band. Ef. 2:10; 4:13; Ibr. 5:12-14; ). Sebuah kehidupan yang penuh dengan kemenangan. Banyak orang Kristen yang salah mengartikan hidup yang berkemenangan di dalam TUHAN ‘dianggap’ sebagai hidup yang selalu diberkati melimpah, seluruh kebutuhan hidup yang terpenuhi, terbebas dari semua permasalahan (bandingkan Dengan kehidupan pelayanan rasul Paulus yang mengucap kalimat firman TUHAN ini. Meskipun ia banyak mengalami tantangan hidup yang sangat berat (baca kisah perjalanan Misi rasul Paulus di kitab Kis. 9-28 dan curahan hatinya tentang kesusahan pelayanannya kepada jemaat di Korintus, 2 Kor. 23-27), namun ia mengatakan bahwa hidupnya selalu dipenuhi oleh kemenangan Ilahi karena baginya kemenangan orang yang lebih dari pemenang adalah bagi mereka yang dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang telah TUHAN percayakan, Rom. 8: 31-39). Hidup berkemenangan yang diajarkan oleh Alkitab adalah hidup yang mengalami kemenangan atas setiap kedagingan dan dapat menghasilkan buah – buah yang diperkenankan oleh TUHAN/melakukan kebenaran-Nya (band. Rom. 6:17-19) . “Bagaimana caranya supaya kita dapat mengalami hidup yang berkemenangan atas dosa dan dapat menghasilkan buah – buah yang diperkenakan oleh TUHAN…?”. Tinggal di dalam TUHAN Yesus Kristus dan kebenaran firman-Nya adalah sebuah kunci emas yang membawa setiap kita menuju kepada hidup berkemenangan. Jika kita tidak tinggal di dalam TUHAN, maka apa pun yang sudah kita lakukan sepanjang hari itu tidak ada satupun kegiatan yang diperkenankan oleh TUHAN!.
Berbicara tinggal di dalam Kristus
bukanlah berbicara soal dapat melakukan segala sesuatu dan tidak dapat
melakukan apa – apa di luar Kristus, tapi
berbicara soal tidak/dapat melakukan kebenaran yang diperkenankan oleh Allah
Bapa! (band. Rom. 14:17-18). Setiap orang yang telah diselamatkan oleh kasih
karunia Allah berkewajiban menghasilkan buah - buah kebenaran. Ini adalah tanda
pertobatan untuk umat-Nya yang telah percaya dan menjadi milik Kristus
(Ketekunan orang – orang kudus/Preseverence of Saints). Bagi mereka
yang mengaku percaya dalam nama TUHAN Yesus Kristus, namun tidak pernah
menjadikan dan melayani TUHAN Yesus sebagai Tuan atas seluruh hidupnya, maka
TUHAN tidak pernah memanggil dan menjadi Juruselamatmu! (band. Mat. 7:14; 22:14;
Tit. 1:16). Pada bagian yang lain TUHAN Yesus sendiri pernah berkata bahwa: “…21 Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke
dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang
melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. 22 Pada hari terakhir
banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi
nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi
nama-Mu juga? 23 Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada
mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu
sekalian pembuat kejahatan!" (Mat 7:21-23 ITB). Kita hanya akan dapat melakukan
kehendak/kebenaran yang diperkenankan oleh Bapa jika kita tinggal di dalam
TUHAN Yesus Kristus dan kebenaran firman-Nya. Sebagai orang percaya kita semua
harus sungguh – sungguh memperhatikan kehidupan kita agar tetap dan terus tinggal
di dalam Kristus dan kebenaran firman-Nya supaya setiap apa yang kita kerjakan selalu
diperkenankan oleh Allah Bapa. Jangan sampai kita menyia-nyiakan kesempatan
hidup yang TUHAN berikan dengan tidak menghasilkan buah – buah pertobatan
karena jika terjadi demikian TUHAN tidak akan segan - segan untuk memotong kita
dari sumber kehidupan yang kekal (TUHAN Yesus Kristus) dan dicampakkan ke dalam
kematian yang kekal di neraka dimana tidak ada lagi kesempatan yang TUHAN
ijinkan/berikan kepada kita untuk bertobat dan memperbaiki kelakuan hidup (band. Kisah Lazarus yang miskin dan seorang
kaya, Luk. 16:19-31). Selama masih ada hari ini, maka tidak terlambat bagi
saya dan saudara untuk mengambil keputusan hidup di dalam TUHAN Yesus Kristus
sebagai pokok anggur yang benar, di dalam kebenaran firman-Nya agar setiap
hidup kita diperkenankan oleh Allah Bapa dan kita semakin banyak menghasilkan
buah – buah yang tak bercacat dan tak bernoda menjelang hari kedatangan TUHAN (band.
2 Pet. 3:14-15).
Pada ayat yang ke-7 TUHAN Yesus
Kristus memperkatakan firman yang seringkali disalahpahami oleh orang – orang Kristen.
Perkatan – perkataan TUHAN seperti ini menjadi sebuah firman yang seringkali
menjadi ayat, kesempatan, doa favorit
bagi orang – orang Kristen. Banyak orang Kristen yang ‘keterlaluan’ dalam menafsirkan ayat firman ini dengan berfikir
bahwa TUHAN akan memenuhi segala keinginan’nya’ tanpa memperhatikan keseluruhan
dari perkataan TUHAN Yesus Kristus (maafkan
saya jika menggunakan kata ini karena saya melihat fenomena kekristenan pada
saat ini kebanyakan sudah bersikap demikian terhadap TUHAN-nya. Dalam hal
permohonan sebuah keinginan, saya ingin menegaskan bahwa TUHAN bukanlah
‘pembantumu’! bukan ‘pesuruhmu’! bukan ‘pelayanmu’! yang dapat engkau
perintahkan (“paksa”) untuk memenuhi segala keinginan dan kepuasanmu akan hal –
hal duniawi, tapi Dia adalah TUHAN di atas segala tuan yang harus kita hormati
sebagaimana Ia ada). Sebelum TUHAN mengatakan “…mintalah apa saja yang kamu kehendaki dan kamu akan menerimanya…” (ayat
7) ada kalimat – kalimat yang sangat penting yang sudah sedikit kita bahas
sebelumnya. Terjemahan Alkitab kita (LAI) kurang tepat dalam menterjemahkan
kalimat ini. The New International Version (NIV) lebih tepat menterjemahkannya
menjadi: If you remain in mea and my words remain in
you, ask whatever you wish,
and it will be given you.b (Joh 15:7 NIV). Tanyakanlah segala keinginanmu,
maka itu akan diberikan kepadamu…”. “Mengapa
harus (selalu) mempertanyakan kepada TUHAN apa yang menjadi keinginan kita,
seolah-olah kita sendiri tidak tahu keinginan kita yang diperkenankan oleh TUHAN?. Kita harus selalu mencari tahu apa
yang TUHAN inginkan dalam hidup kita karena itulah sebenarnya yang menjadi
keinginan yang terbaik dalam hidup kita (band. Yer. 29:11; Yes. 55:8-9). Jangan sampai kita menjadi anak TUHAN
yang memiliki iman yang manja, iman kekanak-kanakan yang keinginannya harus
selalu dipenuhi, tapi marilah kita menjadi anak TUHAN yang memiliki iman yang
taat, mau tunduk kepada TUHAN dan kebenaran firman-Nya dengan senantiasa
bertanya, mencari tahu apa yang TUHAN kehendaki untuk saya miliki, untuk saya
kerjakan, untuk saya berikan bagi orang lain, untuk saya berikan bagi pekerjaan
TUHAN (bandingkan pernyataan ketaatan
iman Sadrakh, Mesakh dan Abednego kepada kehendak TUHAN ketika akan dihukum
dimasukkan ke dalam perapian oleh raja Nebukadnezar karena tidak menyembah
patung emas ‘berhala’, Dan. 3:16-18).
Setiap
keinginan kita harus terlebih dahulu
tunduk kepada TUHAN Yesus dan kebenaran firman-Nya sehingga setiap apa yang
kita inginkan semuanya untuk memuliakan TUHAN bukan berdasarkan keinginan untuk
kepuasaan duniawi. TUHAN tidak pernah mengatakan bahwa kita akan mempermuliakan
Allah Bapa karena segala keinginan ‘kita’ yang telah terpenuhi, tapi karena
kita menghasilkan buah – buah kehidupan yang diajarkan oleh kebenaran firman
TUHAN, maka dengan berbuat demikian TUHAN menyebut kita sebagai murid –
murid-Nya (band. Ayat 8), seperti tujuan TUHAN menyuruh kita untuk tinggal di
dalam Dia sebagai pokok anggur yang benar, yaitu supaya kita semakin dapat
menghasilkan buah – buah firman.
Sebagai orang percaya, marilah kita
memiliki kehidupan yang berpusat kepada TUHAN Yesus Kristus (Christo Centris) sebagai pokok anggur
yang benar sehingga kita dapat menghasilkan buah – buah yang diperkenankan oleh
Allah Bapa di dalam firman Anak-Nya. Biarlah setiap apa yang kita lakukan
semuanya untuk TUHAN, seperti yang dikatakan oleh rasul Paulus: “…Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum,
atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah…” (1Kor. 10:31 ITB). Amin!.
Selasa, 21 Oktober 2014
JAMINAN KESELAMATAN OLEH KASIH KARUNIA ALLAH
JAMINAN KESELAMATAN
OLEH KASIH KARUNIA ALLAH
(Yohanes 14:1-3;
Efesus 2:8-9; Alkitab)
Oleh:
Nathan C. Ellyon
Melihat dunia
saat ini, kita dapat memperhatikan ada begitu banyak kebutuhan – kebutuhan
hidup yang harus dipenuhi. Tidak jarang bagi kita yang mempunyai tanggungjawab yang
lebih harus bekerja lebih keras pula.
Bekerja adalah salah satu kewajiban hidup yang
harus dijalani oleh manusia (band. Kej. 2:15). Ketika manusia jatuh di dalam
dosa, pekerjaan semakin sukar (band. Kej. 3:19). Di telinga kita sudah tidak asing lagi mendengar sebuah istilah yang berkata: “Time is Money”. Istilah ini menjadi
pinsip kehidupan (aktifitas) bagi mereka yang menghabiskan “hampir” seluruh
waktu hidupnya hanya untuk mendapatkan kekayaan, uang dan harta (bandingkan
dengan konsep waktu yang diajarkan oleh Alkitab bagi orang percaya di 1 Kor.
7:21; Ef. 5:16; Kol. 4:5 dimana firman TUHAN mengajarkan bahwa waktu adalah
kesempatan “Time is Opportunity” bandingkan
juga dengan nasehat rasul Paulus kepada Timotius tentang contoh kehidupan para
janda yang mempergunakan setiap waktunya sebagai kesempatan untuk berbuat
kebaikan, 1 Tim. 5:10). Hidup di
dunia yang semakin rumit ini memang tidak gampang’
butuh kerja keras, bahkan tidak sedikit kita yang mendengar atau
membaca kesaksian hidup orang - orang yang berjuang dengan mencucurkan air mata
sebelum dapat meraih dan menikmati kesuksesannya. Saya sangat mengapresiasi dan
terus belajar mencontoh orang – orang yang mempunyai prinsip hidup seorang
pekerja keras. Banyak orang telah bekerja dengan begitu giat untuk mencapai
segala kesuksesan dunia. Disadari ataupun tidak, kita sering menghabiskan semua
tenaga, waktu, kemampuan untuk mengejar segala ambisi dan kepuasaan dunia, tanpa!
kita sadari bahwa kita ini adalah manusia yang diciptakan untuk memuliakan
TUHAN yang lahir ke dalam dunia tanpa suatu apa pun dan yang pada waktunya akan
kembali menghadap tahta pengadilan Kristus dengan membawa pertangungjawaban
iman (band. Ayb. 1:21; 2:10; 2 Kor. 5:10).
. Siapapun saya dan saudara saat ini ingatlah
selalu akan satu hal yang pasti, yaitu bahwa semua manusia akan mati.
1. Jaminan
Keselamatan
"Janganlah
gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. 2
Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku
mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat
bagimu. 3 Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan
tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di
tempat di mana Aku berada, kamupun berada. (Yoh. 14:1-3 ITB)
15 Berharga di mata TUHAN kematian semua orang yang dikasihi-Nya.
(Maz. 116:15 ITB)
Kebutuhan utama dan yang paling
penting bagi umat manusia adalah jaminan keselamatan hidup yang kekal. Banyak
orang yang tidak sadar telah terlena dengan kenikmatan dunia sehingga tidak
peduli lagi, padahal Alkitab cukup banyak mengajarkan umat-Nya agar mempunyai
tujuan hidup yang jelas baik tujuan hidup selama TUHAN masih memperkenankannya
untuk menjalani kehidupan di dunia maupun kehidupan setelah kematian (band. Mat.
16:24-27). Menikmati setiap berkat – berkat TUHAN tidaklah salah; tetaplah ‘sah’ jika selalu dilakukan menurut perkenanan
Tuhan. Menikmati segala yang telah TUHAN sediakan akan menjadi salah jika kita
sampai melupakan tujuan utama kita diselamatkan menjadi ciptaan yang baru (lahir
baru) di dalam TUHAN Yesus Kristus (Band. Ef. 2:10).
Setiap orang yang tidak percaya
kepada nama TUHAN Yesus Kristus pasti tidak dapat memungkiri bahwa ada “keresahan jiwa/kegelisahan hati” akan
kepastian/jaminan keselamatan hidup yang kekal di sorga yang akan dijalani
setelah kematian di dunia ini (band. Yoh 3:36). “Mengapa bisa ada/timbul perasaan yang demikian…?” Tidak
ada satupun Pribadi yang berani memberikan jaminan/kepastian keselamatan hidup
yang kekal, kecuali hanya TUHAN Yesus sendiri. Semua pengajaran
konsep keselamatan agama – agama (kecuali keksritenan yang Alkitabiah)
mengajarkan konsep keselamatan yang berpusat kepada perilaku manusia. Setiap
perbuatan manusia selama ia hidup di dunia menjadi jaminan masuk sorga bagi
dirinya sendiri. Semuanya masih serba tidak menentu, tidak ada kepastian yang
membuat jiwa merasa damai dan tenang. Bagi setiap jiwa yang resah Injil
memberikan kabar sukacita bahwa berita pertobatan dan jaminan keselamatan telah
Allah anugerahkan di dalam Anak-Nya yang tunggal, yaitu TUHAN Yesus Kristus
(band. Luk 24:27; Kis. 4:12). Allah dengan kasih yang begitu besar telah rela
mengaruniakan Anak-Nya, TUHAN Yesus Kristus menjadi jalan pendamaian bagi
umat-Nya (band. Yoh. 3:16; Rom. 3:25-26; Kol. 1:20; Ibr. 9:14). Betapa luar
biasanya jika kita betul – betul memahami dan merasakan bagian ini, seperti apa
yang pernah dialami oleh rasul Paulus ketika kasih karunia Allah datang
kepadanya, mengubahkan hidupnya dan memberikan tujuan hidup untuk bekerja
memuliakan TUHAN, sampai – sampai ia pernah bersaksi di hadapan raja Agripa
pada waktu akan diadili dengan berkata: “…Sebab itu, ya raja Agripa, kepada penglihatan yang dari sorga itu tidak
pernah aku tidak taat.” (Kis. 26:19 ITB).
Ketaatan, kesetiaan, keteguhan hidup orang percaya hanya akan terlihat bagi
mereka yang sungguh – sungguh percaya dan merasakan, bahkan memberikan seluruh
hidupnya untuk dipakai oleh TUHAN dalam segala tugas dan tanggungjawab masing –
masing yang telah dipercayakan-Nya.
Saya akan menutup perenungan pada
bagian pertama ini dengan sebuah lagu yang begitu indah yang berjudul “Yesusku Jaminan Mulia” (PPK No. 27)
karya Fanny J. Crosby & Mrs. Joseph F. Knapp. Lagu ini menggambarkan tentang jaminan keselamatan yang diberikan
oleh TUHAN kepada mereka yang percaya sungguh – sungguh dan memiliki tujuan
hidup untuk memuliakan TUHAN Yesus Kristus.
#1
Sungguh
dan pasti jaminan Hu
Yesus
milikku selamanya…
Ku
mendapatkan kes’lamatan
Lahir
baru oleh Roh Kudus…
Reff:
Setiap
hari ku masyurkan
Memuji
Yesus Penebusku
Setiap
hari ku masyurkan
Memuji
Yesus Penebusku
#2
Aku
menyerah kepada-Nya
Kini
merasa sukacita
Malaikat
datang mewartakan
Anugerah
dan kasih TUHAN
#3
Kar’na
serahkan segalanya
Ku memperoleh
kelegaan
Dalam Penebus
tersedia
Berkat bahagia
yang berlimpah
2. Kasih Karunia
8 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil
usahamu, tetapi pemberian Allah,
9 itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. (Ef. 2:8-9 ITB)
Kasih karunia Allah adalah pemberian
keselamatan hidup yang kekal yang diberikan dengan cuma – cuma oleh Allah
kepada manusia yang berdosa sehingga dapat dibenarkan di dalam TUHAN Yesus
Kristus (band. Rom. 3:24). Setiap kita yang telah menerimanya harus, patut, dan wajib mengucap syukur atasnya dan senantiasa hidup memuliakan TUHAN
(band. 1 Kor. 1:4; 2 Kor. 9:15). Dasar kehidupan setiap orang percaya adalah
kasih karunia (band. Kis. 4:33; 13:43; Rom. 5:17; 2 Kor. 1:12). Kasih karunia
adalah pemberian terbesar dan terpenting bagi orang percaya (band. Yoh 3:16).
Di atas kasih karunia setiap orang percaya wajib untuk membangun segala
kebaikan – kebaikan yang telah Allah rancangkan sebelum dunia dijadikan (band.
Ef. 2:4-10). Yohanes Pembaptis merangkumnya dengan sebuah kesaksian yang indah.
Ia mengatakan: “…Karena dari kepenuhan-Nya kita
semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia…;” (Yoh 1:16). Kita mempunyai sumber keselamatan yang jelas dan tujuan
hidup yang jelas.
“Mengapa harus dengan kasih karunia Allah di
dalam TUHAN Yesus kristus…?; adakah cara ‘alternatif’ yang diberikan sehingga
manusia beroleh selamat karena cara yang demikian…?”. Ahli – ahli Taurat
Yahudi percaya dan mengajarkan bahwa manusia hanya dapat memperkenankan TUHAN
karena ketaatan menjalankan ritual agamawi (Hukum Taurat). Hukum Taurat adalah
jasa – jasa kebaikan umat manusia yang berharap agar ia memperkenankan TUHAN
menerima segala perbuatannya; sedangkan kasih karunia Allah adalah jasa – jasa
kasih, kebaikan, pengorbanan, kemurahan Allah di dalam TUHAN Yesus Kristus
tanpa sedikitpun sumbangsih dari pihak manusia. Ada perbedaan konsep yang
sangat tajam. Ketika TUHAN Yesus mulai mengajar banyak orang untuk percaya
kepada-Nya (menggantungkan keselamatan kepada pihak lain ‘TUHAN Yesus sendiri’),
maka mereka mulai curiga dan terus membuntuti pelayanan dan pengajaran TUHAN
Yesus. Pada suatu kesempatan, ketika banyak orang berkerumun untuk mendengarkan
pengajaran-Nya, TUHAN berkata: "Janganlah
kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para
nabi. Aku datang bukan untuk
meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya...” (Mat 5:17 ITB).
TUHAN Yesus sendiri tidak pernah memiliki niat untuk membatalkan perintah –
perintah hukum Taurat, justru maksud dan kedatangan-Nya ialah untuk
menyempurnakannya (Band. Mat. 5:18-19). Mengapa hukum Taurat tidak dapat
membawa manusia kepada jalan keselamatan?. Tuhan sebagai Allah yang empunya
sorga mempunyai standard yang
mustahil bagi kita, yaitu sempurna
100% menurut cara pandang Ilahi, tidak ada sedikitpun cacat cela (band. Mat. 5:48; Kol. 13:12).
Sekalipun kita dapat melaksanakan 99,9% seluruh perintah hukum Taurat, maka itu
tidak dapat memenuhi standard yang
Allah telah tetapkan untuk dapat menikmati Dia di sorga (Bandingkan dengan kisah kejatuhan umat manusia di kitab Kejadian
3:1-24, hanya karena satu perbuatan dosa ketidaktaatan kepada perintah Allah
“mencuri” buah yang dilarang dan memakannya, maka akibat yang ditimbulkan
adalah begitu fatal bagi semua manusia). Sedikit saja cacat cela,
maka sudah membuat kita tidak layak di hadapan Allah yang Mahakudus. Jadi
mampukah kita berharap kepada perbuatan – perbuatan hukum Taurat…?. Rasul
Paulus memberikan pemahaman dari sudut pandang yang berbeda. Ia mengatakan bahwa:
“…Sebab tidak seorangpun yang dapat
dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang
mengenal dosa…” (Rom 3:20 ITB) dan lebih jauh lagi ia
berkata: “…4 Kamu lepas dari
Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di
luar kasih karunia...” (Gal 5:4 ITB; band. Rom. 3:28; ). Tuntutan sempurna hukum Taurat adalah
dapat melakukannya tanpa cacat cela sedikitpun (band. Gal. 5:3). Jadi hukum
Taurat menuntut dari pihak manusia untuk terus aktif menjalankannya di setiap
menit kehidupannya! (band. Gal. 3:10-11; Ul. 27:26). Setiap perintah hukum
Taurat yang kita lalaikan untuk
dilakukan disetiap bagian kehidupan kita, itu adalah dosa meskipun kita
mengklaim tidak berbuat kejahatan!. (band. Mat. 7:8, 23:23; Yak. 4:17). Jasa –
jasa yang ada cacatnya di hadapan TUHAN membuat kita tidak layak di hadapan-Nya
sehingga mustahil bagi manusia untuk dapat memperkenankan Allah (band. 64:6;
Rom. 3:23). Dalam bagian ini, dengan kerendahan hati kita harus mengakui bahwa
kita tidak dapat memenuhi semua tuntutan hukum Taurat, kita butuh cara yang
lain yang kita sendiri tidak dapat melakukannya (band. Luk. 1:37; Mat. 19:25).
“Jika adalah kemustahilan dengan jasa –
jasa, perbuatan – perbuatan kebaikan yang dicantumkan di seluruh perintah hukum
Taurat, mengapa hanya kasih karunia Allah yang dapat menyelamatkan orang
berdosa?”. Sedikit tidaknya kita
sudah menemukan jawabannya pada pembahasan sebelumnya. Jika standard Allah adalah sebuah
kesempurnaan menurut cara pandang Ilahi, maka kita membutuhkan kesempurnaan Ilahi
itu sendiri untuk dapat membawa kita kepada jalan keselamatan hidup yang kekal.
Kita membutuhkan cara yang sempurna untuk membawa kepada keselamatan hidup yang
kekal. Cara Ilahi yang sempurna, tanpa cacat cela yang dapat memperkenankan
Allah hanyalah melalui pengorbanan TUHAN Yesus Kristus di kayu salib. Maka
tepatlah pandangan rasul Paulus yang berkata bahwa: “…betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah
mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani
kita dari perbuatan-perbuatan yang
sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup…”
(Ibr. 9:14 ITB). Allah Bapa memperkenankan diri-Nya di dalam
Allah Anak (TUHAN Yesus Kristus) untuk menyatakan keselamatan hidup yang kekal
bagi manusia yang berdosa yang juga telah kehilangan pengharapan di dalam hukum
Taurat yang ketat. Inilah yang juga saya sebut sebagai “cara Allah memperkenankan diri-Nya sendiri dalam konsep keselamatan
Ilahi” (sempurna, tak bercacat cela, sesuai dengan standard Ilahi). Inilah yang selalu diproklamasikan oleh Kristus
ketika Ia datang ke dunia (band. Yoh. 4:21; Yoh. 10:38; Yoh. 14:1). Mari,
sebagai orang percaya kita kembali kepada dasar pemanggilan kita, yaitu kasih
karunia agar kita selalu mengucap syukur kepada Allah di dalam TUHAN Yesus
Kristus dan dengan sukacita, damai sejahtera di dalam jiwa yang telah diberikan
jaminan/kepastian hidup yang kekal untuk terus mengiring TUHAN dan bekerja
semakin giat walau setiap permasalahan
TUHAN ijinkan terjadi untuk memurnikan setiap iman kita (band. Yes. 48:10; Maz.
26:2; Rom. 1:17; 1 Tim. 1:18).
Saya juga akan menutup perenungan
pada bagian ke-2, sekaligus menjadi penutup seluruh pembahasan pada bagian ini dengan
sebuah lagu yang berjudul “Nyamanlah
jiwaku” (PPK No. 138 karya H. G. Spafford & P. P. Bliss). Setiap syair dituliskan dengan begitu
indah dan penuh dengan makna. Biarlah seluruh jalan kehidupan yang akan kita
tapaki berdasarkan kasih karunia Allah yang membawa kita kepada Allah Sang
Pemberi kasih karunia. Amin!.
#1
“Bila
damai mengiring jalan hidupku,
rasa
aman di hatiku…,
dan
kesusahan menimpaku
t’lah
Kau ajarku mengingat firman-Mu”
Reff:
Nyamanlah
jiwaku…
Nyamanlah,
nyamanlah jiwaku
#2
Dalam
pergumulan dan pencobaan
Kristus
memb’rikan jaminan
Dan memperdulikan
kepapaanku
Darah-Nya
membasuh jiwaku
#3
TUHAN lekaskanlah
harinya tiba
Imanpun
akan tampaklah
Dn sangkakalapun
akan berbunyi
TUHAN akan
turun ke bumi
Senin, 20 Oktober 2014
BERSERAH DI DALAM PIMPINAN ROH KUDUS
BERSERAH
DI DALAM PIMPINAN ROH KUDUS
(Galatia
5:16-26)
Oleh: Nathan C. Ellyon
Beberapa waktu
yang lalu salah seorang sahabat saya mengirimkan sebuah pesan singkat melalui
media social Facebook. Ia bertanya kepada
saya mengenai suatu topik yang sangat sederhana tapi yang sebenarnya menjadi
pergumulan terberat orang yang percaya. Sahabat saya bertanya : “kak, jadi orang benar, baik, taat, n patuh
kog susah ya???..” Pertanyaan ini begitu sederhana, namun terkandung suatu
keputusasaan karena “mungkin” begitu sulitnya untuk menjadi orang percaya yang
dipertanyakan oleh sahabat saya ini sehingga ia mengakhiri kalimat pertanyaan
tersebut dengan berkata…kog susah ya???..
Benarkah menjadi orang Kristen yang hidup benar di
hadapan Tuhan adalah sebuah “usaha” yang sangat sulit? Jika mem ang sulit, apa
penyebabnya sehingga saya dan saudara kesulitan untuk hidup berkenan kepada
Allah…? Tentu jika kita ingin menyelesaikan suatu permasalahan, kita harus
terlebih dahulu mengetahui akar penyebabnya. Kita harus jujur mengakui bahwa
kegagalan – kegagalan yang terjadi dalam hidup kita bukan disebabkan oleh
karena Tuhan tidak menolong atau Tuhan tidak menjaga umat-Nya, tapi dengan
kerendahan hati kita harus sadar bahwa kitalah yang menyerahkan diri untuk dipimpin
oleh keegoisan dan nafsu kedagingan kita.
a.
Hidup (berjalanlah) oleh Roh
16. Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh,
maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging.
(Gal 5:16 ITB)
Frase “hiduplah oleh Roh” yang diterjemahkan oleh Lembaga Alkitab
Indonesia (LAI) sama dengan terjemahan New International Version (NIV)“live by the Spirit”. Kalimat ini
diterjemahkan dari kalimat πνεύματι περιπατεῖτε
yang jika diterjemahkan secara hurufiah dapat diartikan menjadi “Berjalanlah oleh Roh”; “digerakkan oleh
Roh”; “serahkan dirimu untuk digerakkan oleh Roh”. Alkitab terjemahan New
American Standard Bible (NAS) lebih tepat menterjemahkannya menjadi “walk by the Spirit”. Apa maksud rasul
Paulus mengatakan kepada jemaat di Galatia bahwa mereka harus memiliki hidup
yang sepenuhnya dijalankan oleh Roh Kudus? Bukankah mereka adalah orang – orang
Kristen yang sudah percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat…? Pada
pasal sebelumnya, tepatnya di pasal 5:13 rasul Paulus berkata:
Saudara-saudara, memang kamu
telah dipanggil untuk merdeka.
Tetapi janganlah kamu
mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan
untuk kehidupan dalam dosa,
melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih. (Gal 5:13 ITB)
Di Galatia ada beberapa orang
percaya yang meremehkan anugerah Tuhan dengan hidup tetap di dalam dosa. Meskipun mereka percaya bahwa Tuhan
Yesus telah memerdekakan mereka dari hukuman kekal namun mereka tidak memiliki
kehidupan yang berserah untuk dijalankan oleh pimpinan Roh. Kondisi ini sangat
ironi dimana mereka telah dikenal sebagai orang percaya namun kehidupannya
tidak seperti teladan yang Tuhan Yesus ajarkan. Sampai saat ini pun banyak
orang Kristen yang percaya bahwa Yesus Kristus telah menyelamatkan mereka dari
hukuman kekal dengan mati di kayu salib sesuai dengan isi kitab suci, namun
yang kenyataannya tidak pernah menjadikan Kristus sebagai Tuan pemilik hidup
yang berhak mengatur dan menjalankan seluruh kehiduapannya. Pdt. DR. Stephen
Tong pernah mengatakan satu kalimat yang sangat tajam “…if Jesus saves you but not your Lord, He’s not your Savior at all…”
(Kalau Yesus hanya menyelamatkan engkau, tidak pernah menjadi Tuan-mu, dan ‘tak
pernah jadi Juruselamatmu!).
b.
Keinginan Daging dan Roh
17 Sebab keinginan daging berlawanan
dengan keinginan Roh dan keinginan
Roh berlawanan dengan keinginan daging karena keduanyabertentangan
sehingga
kamu setiap kali tidak melakukan
apa yang kamu kehendaki. 18 Akan tetapi jikalau
kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh,
maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat.
(Gal 5:16-18 ITB)
“Keinginan”
adalah cikal bakal dimana seseorang akan memulai melakukan sebuah tindakan
nyata. Rasul Paulus memulai pembahasannya dengan menekankan antara keinginan
daging dan keinginan Roh dan dikatakan bahwa keduanya bertentangan. Alkitab mengajarkan bahwa dosa tidak
hanya dikenal dalam bentuk perbuatan saja, tapi jika keinginan kitapun tidak
sesuai dengan pimpinan Roh, maka kita sudah mulai berada di depan pintu dosa yang
sudah sangat menggoda untuk segera dibuka. Jika ada seseorang yang mencuri
barang milik orang lain, maka kita mengatakan bahwa ia telah melakukan dosa
mencuri. Jika ada seseorang yang membunuh sesamanya dengan alasan apa pun, kita
mengatakan bahwa orang tersebut telah melakukan dosa pembunuhan. Banyak orang
menganggap bahwa seseorang hanya dianggap berdosa jika ia telah melakukan dosa
secara langsung melalui tindakan. Di dalam Injil Matius 5:28, Tuhan Yesus
berkata:
Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya,
sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya. (Mat 5:28 ITB).
Doktrin – doktrin yang terdapat di
dalam Alkitab adalah sebuah pengajaran yang sangat ketat. Tidak ada pengajaran
yang begitu jelas tentang dosa selain apa yang dijelaskan di dalam Alkitab. Dosa
tidak dipandang hanya sebagai suatu tindakan yang bertentangan dengan cara
hidup yang diperintahkan oleh Tuhan. Keinginan adalah awal dari tindakan
seseorang untuk melakukan perbuatan dosa. Ketika Tuhan lebih mengindahkan
persembahan Habel, maka timbullah keinginan untuk iri hati kepada adiknya,
sehingga ia berencana untuk membunuh adik kandungnnya sendiri. Sebenarnya Allah
sudah memperingatkan Kain terlebih dahulu tentang keinginan yang salah.
6 Firman TUHAN kepada Kain:
"Mengapa hatimu panas dan mukamu muram?
7 Apakah
mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau
tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu;
ia sangat menggoda engkau,
tetapi engkau harus berkuasa atasnya."
(Gen 4:6-7 ITB)
Tuhan sudah memberikan peringatan
yang sangat jelas kepada Kain untuk berhenti dari keinginan – keinginan yang
membawanya kepada dosa yang lebih besar, namun ia tidak memperdulikannya dan
akhirnya ia jatuh kepada perbuatan dosa yang lebih besar dengan membunuh adik
kandungnnya sendiri.
Salah satu pekerjaan Roh Kudus
adalah menginsyafkan kita dari perbuatan dosa (bandingkan dengan Yoh. 14:26). Roh
Kudus selalu memperingatkan anak – anak Tuhan agar selalu memiliki keinginan –
keinginan yang berkenan kepada Tuhan. Kita harus menjaga hati dan pikiran dari
keinginan – keinginan yang tidak berkenan kepada Allah. Apabila mulai tumbuh di
dalam hati dan pikiran kita keinginan – keinginan yang tidak benar, maka kita
harus dengan cepat meminta pertolongan Tuhan karena kalau keinginan tersebut
tetap dibiarkan, maka cepat atau lambat akan menimbulkan dosa yang lebih besar,
yaitu perbuatan dosa dalam tindakan nyata.
c.
Perbuatan Daging dan Roh
19 Perbuatan daging telah nyata,
yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu,
20
penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah,
kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah,21
kedengkian, kemabukan,
pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu
kuperingatkan kamu seperti
yang telah kubuat dahulu bahwa barangsiapa melakukan hal-hal
yang demikian,
ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. 22 Tetapi buah Roh ialah:
kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan,
kebaikan, kesetiaan,
23
kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal
itu.
(Gal 5:19-23 ITB)
Rasul
Paulus memberikan contoh – contoh nyata dari perbuatan – perbuatan dosa jika
kita menyerahkan diri untuk dipimpin oleh nafsu kedagingan dan juga contoh
nyata dari perbuatan – perbuatan (karakteristik) seseorang yang menyerahkan
dirinya untuk dipimpin oleh Roh. Dosa dimulai dari keinginan dan jika keinginan
itu tidak segera kita bereskan maka akan menimbulkan dosa yang lebih besar yang
dilakukan melalui tindakan yang nyata. Dosa dimulai dari keinginan yang tidak
benar yang jika tidak di-stop! maka
akan menimbulkan perbuatan dosa dan perbuatan dosa yang dilakukan terus
menerus; berulang kali (hidup didalamnya), menjadi kebiasaan yang tidak dapat
diberhentikan, maka pada akhirnya akan
melahirkan maut seperti yang diurutkan oleh Yakobus,
Dan apabila keinginan
itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila
dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.
(Jam 1:15 ITB)
Alkitab
menjelaskan betapa mengerikannya dosa yang menggerogoti umat manusia jika kita
tidak sepenuhnya bersandar di dalam pimpinan Roh Kudus. Kita sebagai orang
percaya harus terus berhati – hati menjaga hati dan pikiran dari keinginan –
keinginan yang berakibat kepada perbuatan dosa. Banyak orang yang berfikir
bahwa adalah hal yang biasa jika kita melakukan 1x kesalahan yang mendukakan
hati Tuhan sehingga seringkali meremahkan dosa dan tanpa disadari karena
sikapnya yang demikian akhirnya menjadi sebuah kebiasaan yang dilakukan terus
menerus dan sulit untuk berubah. Jika kita bertanya kepada seorang mantan
pengguna narkoba tentang perjuangan mereka untuk terlepas dari jerat
“kenikmatan” sesaat yang membunuh mereka secara perlahan, mereka pasti! akan
menjawab betapa sulitnya menjalani hari – hari untuk terbebas dari keinginan
mengkonsumsi obat – obatan tersebut. Begitu juga dengan seseorang yang telah
membuka pintu dan masuk ke dalam “rumah dosa” maka akan sangat sulit untuk
keluar dari kurungan tersebut.
d. Menjadi Milik Kristus
24 Barangsiapa menjadi milik
Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging
dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. 25
Jikalau kita hidup oleh Roh,
baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh, 26 dan
janganlah kita gila hormat,
janganlah kita saling menantang dan saling mendengki.
(Gal 5:24-26 ITB)
Keselamatan memang adalah sepenuhnya
merupakan karya Allah tanpa sedikitpun campur tangan dari umat manusia yang
dipilih-Nya. Anugerah Allah datang ke atas setiap orang – orang yang tidak
layak untuk menerimanya. Anugerah Allah diberikan bukan untuk membuat seseorang
semakin jauh dari kehendak Allah. Anugerah Allah diberikan supaya setiap orang
sadar sepenuhnya bahwa ia adalah manusia berdosa yang mendapat belas kasihan
dari Allah dan anugerah itulah yang mendorong ia untuk memiliki kehidupan yang
terus diubahkan dan menaklukkan diri dibawah pimpinan Roh. Keinginan dan
perbuatan seseorang adalah bukti nyata bagi dirinya apakah ia sudah menerima
keselamatan atau sebenarnya hanyalah menjadi “Kristen” saja sebagai pilihan
agamanya. Anugerah Allah seharusnya menyadarkan kita bahwa kita sudah ditebus
dengan darah dan pengorbanan Kristus yang tiada taranya dan kita sudah
sepenuhnya menjadi milik Kristus. Tidak ada lagi hidup yang dipimpin oleh
keegoisan dan nafsu kedagingan yang membawa kepada keinginan dan perbuatan
dosa, tapi kita harus menaklukkan diri dibawah kehendak Roh karena Kristus
adalah Tuan dan kita adalah hamba-hamba-Nya (bandingkan dengan Kol. 3:24).
Menjadi orang percaya yang memiliki cara hidup yang berkenan
kepada Tuhan bukanlah soal masalah susah atau gampang tapi masalah maukah hidup
kita berserah di dalam pimpinan Roh Kudus….?.
Langganan:
Postingan (Atom)