Jumat, 24 Oktober 2014

TIPE - TIPE PENDENGAR FIRMAN TUHAN (rangkuman/gambar)


PENCOBAAN HIDUP & STRATEGI KEMENANGAN

Pencobaan Hidup & Strategi Kemenangan
(Matius 4:1-10; Alkitab)
Oleh: Nathan C. Ellyon

            “Harta”, “tahta”, dan “wanita (nafsu)” atau disingkat menjadi “3’ta” adalah tiga kata yang digunakan oleh orang - orang yang meyakini bahwa ke-tiga hal tersebut adalah pencobaan – pencobaan yang dapat menjatuhkan umat manusia kepada kehancuran dan dosa. Saya rasa tidaklah berlebihan jika melihat keadaan dunia saat ini, banyak kasus – kasus kejahatan (dalam bentuk apa pun) terjadi karena alasan yang demikian. Berdasarkan informasi yang saya terima dari acara berita Redaksi di Trans 7, Senin 01 Septermber 2014_Red dikatakan bahwa di Madura (tepatnya di Sampang) harta, tahta, dan wanita menjadi symbol kegagahan bagi seorang pria. Ketika merenungkannya lebih dalam saya mencoba untuk bertanya dalam hati: “Apakah ada hubungan yang menarik dari ke-3 kata ini dengan kebenaran firman Tuhan?” Ternyata sungguh luar biasa jawaban yang diberikan oleh Alkitab. Firman Tuhan tidak hanya menjelaskan secara luas, akan tetapi Alkitab memberitahukan apa penyebab dan bagaimana manusia harus menghadapinya!.
            Misalnya tentang “harta” (kekayaan, kemasyuran, uang banyak). Alkitab menjelaskan bahwa menjadi orang kaya itu tidak salah; akan tetapi mencapai kekayaan dengan membenarkan segala cara itu yang salah!. Alkitab cukup banyak memberikan contoh, seperti Abraham (band. Kej. 13:2) dan Ayub (band. Ayb. 1:3) yang menjadi sangat kaya karena diberkati oleh Tuhan. Alkitab sama sekali tidak mengatakan bahwa menjadi kaya itu adalah dosa, akan tetapi Alkitab juga berbicara lebih dalam mengenai bahaya ketamakan, misalnya di kitab 1 Tim. 6:8-10. Rasul Paulus menekankan bahwa kita harus berhati – hati terhadap “keinginan akan harta”. Mengapa kita perlu berhati – hati dengan harta atau lebih tepatnya Alkitab mengatakan “keinginan akan harta”? Alkitab memberikan peringatan yang cukup jelas akan hal ini. Karena harta orang dapat menjual imannya (Tuhan) hanya demi 30 keping perak (band. Mat. 26:14-16). Karena harta orang dapat berbohong kepada Tuhan (band. Kis. 5:1-11), dan karena cinta uang orang dapat jatuh ke dalam berbagai pencobaan dan penyiksaan diri (band. 1 Tim. 6:10). Jika kita tidak mempunyai iman yang kuat di dalam Tuhan, maka adalah lebih baik jika kita hidup berkecukupan saja (1 Tim. 6:8).
            Misalnya lagi tentang “tahta” (jabatan, kedudukan, posisi, pangkat seseorang dalam sebuah organisasi). Dalam hal ini pun Alkitab lebih mendalam dengan menekankan pentingnnya berhati – hati terhadap “keinginan untuk mencapai tahta” yang melampui apa yang Tuhan percayakan kepada kita. Setiap kita harus mencapai suatu keberhasilan yang paling tinggi sesuai dengan kemampuan yang telah Tuhan berikan kepada kita. Mengapa kita juga perlu berhati – hati terhadap keinginan akan kedudukan yang tinggi? Hal ini dapat kita pelajari dari kisah kejatuhan malaikat (band. Yes. 14:4-20). Alkitab menjelaskan alasan Tuhan menghukum mereka, yaitu karena mereka ingin melampui batasan yang telah Tuhan tetapkan bagi mereka untuk menyamai tahta Allah lalu memberontak kepada Tuhan hingga akhirnya Tuhan menjatuhkan mereka ke tempat yang paling hina (band. Yes. 14:14).
            Dalam hal “wanita” atau mungkin lebih tepat jika saya sebut dengan “nafsu seksual”.  Tidak jarang kita membaca kisah – kisah yang menceritakan kejatuhan manusia karena tidak dapat menahan hasrat biologis (seks). Di kitab Injil Mat. 5:28 Tuhan Yesus mengatakan bahwa: “…28 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya…”. Timbulnya “keinginan berzinah” yang meskipun belum dilakukan dengan tindakan, hanya diinginkan di dalam hati, Alkitab dengan tegas menagatakan bahwa itu merupakan dosa!. Dalam dunia nyata saat ini kasus seperti ini semakin tidak terbendung lagi dengan berkembangnnya dunia teknologi dan informatika. Permasalahan seksual yang menyimpnag dari norma – norma yang berlaku di masyarakat, pornography, videography, situs – situs porno (internet, band. Mat. 6:22-23), tempat lokalisasi, club – club malam,  freesex (band. Kej. 18:16-33), perselingkuhan, kaum homoseksual (band. 1 Kor. 6:9-10), meningkatnya kasus aborsi karena sex pre-nikah merupakan pekerjaan – pekerjaan Iblis yang sudah banyak menjatuhkan dan menjerat umat manusia, termasuk orang percaya.
            Alkitab menyimpulkan bahwa penyebab manusia jatuh di dalam dosa adalah “keinginan yang tidak berkenan kepada Tuhan” (band. Yak. 1:15). Dengan berbagai fakta – fakta kehidupan umat manusia saat ini, kita menyadari bahwa keinginan – keinginan manusia sudah banyak yang menyimpang dari kehendak Tuhan. Sebagai orang percaya kita pun diperhadapkan dengan situasi ini. Bagaimana caranya agar kita tidak jatuh di dalam dosa pencobaan…?. Oleh sebab itu, saya mengajak kita semua untuk merenungkan satu bagian firman Tuhan yang mengisahkan tentang kehidupan Tuhan Yesus ketika Ia dicobai oleh Iblis (Mat. 4:1-10). Melalui kisah ini, kita akan belajar bagaimana cara Tuhan Yesus untuk bertahan dan melawan pencobaan si jahat.
            Jika membaca sekilas kisah di Injil Matius 4:1, maka secara ‘gamblang’ kita pasti akan mengambil kesimpulan bahwa Roh-lah yang membawa Tuhan Yesus untuk dicobai. Lalu timbul sebuah pertanyaan, jika Roh yang membawa Tuhan Yesus ke padang gurun untuk dicobai oleh Iblis, apakah itu berarti pencobaan berasal dari Allah, dimana “posisi” Allah dalam sebuah pencobaan? Di dalam kitab Yakobus 1:13, 14 sangat jelas diterangkan bahwa Allah tidak pernah/bisa dicobai oleh yang jahat dan mencobai siapapun (band. Yer. 29:11). Allah berdaulat untuk mengijinkan Iblis mencobai umat-Nya dengan maksud dan tujuan yang baik.[1]
a. Tunduk di bawah Kehendak Tuhan & melawan dengan kuasa firman-Nya
Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti." Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (Mat 4:3-4 ITB)
           
            Kalimat “Jika Engkau Anak Allah…” dan perintah Iblis kepada Tuhan Yesus untuk “menyuruh batu berubah menjadi roti” merupakan kalimat yang bertujuan agar Tuhan Yesus “bersedia” melakukan perintah si jahat. Mengapa harus mengubah batu menjadi roti? Di ayat 2 dijelaskan bahwa pada waktu itu Tuhan Yesus telah berada pada puncak puasa-Nya yang telah Ia lakukan selama 40 hari/40 malam. Pasti sebagai manusia biasa, Tuhan Yesus sangat membutuhkan makanan/roti sehingga (secara duniawi) saya menyimpulkan bahwa kebutuhan utama Tuhan Yesus pada waktu itu adalah makanan. Kebutuhan yang paling utama; paling mendesak dan sangat sulit untuk dipenuhi dengan cepat adalah situasi yang paling menakutkan. Bagaimana jika saat ini ada seorang dokter yang memvonis saya dan saudara mengalami kanker stadium 4 dan tidak dapat bertahan hidup lebih lama lagi? Saya dan saudara sudah pergi berobat ke berbagai rumah sakit, tapi tidak mendapatkan hasil yang maksimal, maka jika dalam kebutuhan kesembuhan yang harus segera dipenuhi, yang mendesak, yang paling diinginkan tidak dapat terwujud, maka Iblis akan mengambil kesempatan ini, menjatuhkan kita ke dalam dosa untuk melakukan cara – cara pengobatan yang tidak diperkenankan oleh TUHAN dan disaat ini pula kemurnian iman kita sedang diuji.
            Iblis melihat keadaan yang dialami oleh Tuhan Yesus sebagai kesempatan yang sangat baik untuk mencobai-Nya. “Jika” Tuhan Yesus bersedia melakukan apa yang diperintahkan oleh Iblis, maka Tuhan Yesus telah menyatakan bahwa diri-Nya tunduk kepada Iblis, akan tetapi! faktanya jelas berbeda! Tuhan Yesus tidak (dibaca: akan pernah) melakukan apa yang diperintahkan oleh Iblis. Tuhan yang berdaulat tidak akan pernah dipengaruhi oleh apa pun di luar diri-Nya (bandingkan dengan Rom. 9:30). Tuhan Yesus sebagai manusia hanya menundukkan diri-Nya kepada perintah Bapa (bandingkan dengan Yoh. 4:34; 5:30; 6:38-39).
            Keinginan yang paling kuat adalah kelemahan yang paling mematikan. Memiliki sebuah keinginan itu adalah hal yang sangat wajar, tapi jika keinginan tersebut sudah tidak dijalankan sesuai dengan perkenanan Tuhan, maka Iblis akan dengan mudah menjatuhkan kita di dalam dosa. Rasul Yakobus sendiri menjelaskan bahwa manusia terjerat oleh berbagai pencobaan karena keinginan “yang tidak dipimpin oleh Roh Kudus” (band. Yak. 1:13; Gal. 5:25). Bagaimana cara kita supaya dapat bertahan dan tidak terjatuh di dalam dosa oleh karena keinginan? Jawabannya hanya satu, yaitu tunduk dan taat kepada kehendak Tuhan merupakan pertahanan yang paling kuat untuk menangkis setiap serangan dari si jahat sebagaimana Kristus telah menundukkan keinginan-Nya kepada kehendak Bapa (band. Yak. 4:7). Bagaimana cara kita bertahan akan sangat menentukan bagaimana cara kita untuk melawan serangan si jahat. Tuhan Yesus bertahan dengan Ia menaklukkan diri-Nya di bawah kuasa Bapa dan kemudian Ia menyerang si jahat dengan kuasa firman Tuhan. Di dalam kisah ini (Mat. 4:1-10) kita akan menemukan 3 kata yang selalu digunakan oleh Tuhan Yesus untuk melawan perintah dan tawaran si jahat.
            Manusia mmbutuhkan firman Tuhan. Dunia saat ini mungkin mengajarkan segudang solusi untuk mengatasi permasalahan hidup (“saya tidak mengatakan bahwa berbagai macam solusi yang ditawarkan semuanya tidak baik dan tidak  sesuai dengan dasar – dasar iman kekristenan”), akan tetapi bagi setiap orang percaya kita harus kembali kepada firman TUHAN (Sola Scripture). Tuhan Yesus sendiri menghadapi pencobaan dari si jahat dengan menggunakan prinsip kebenaran firman “Ada pula tertulis (ayat 4; 7; 10)”. Menghadapi dunia yang keras, penuh dengan pekerjaan – pekerjaan si jahat (pencobaan) hanya dapat kita hadapi dengan hidup berdasarkan prinsip – prinsip kebenaran firman TUHAN.
            Jadi bagian pertama ini sangat penting karena tunduk dibwah kehendak Tuhan dan melawan setiap tipu muslihat si jahat dengan kuasa firman-Nya akan sangat menentukan cara kita menghadapi serangan berikutnya dari si jahat; bahkan ini menjadi kunci kemenangan setiap orang percaya untuk dapat menghadapi setiap tantangan hidup selama kita ada di dunia ini.
b. Bersandar pada kebenaran firman Tuhan dan berhati – hati dengan prinsip – prinsip dunia
Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, 6 lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu." 7 Yesus berkata kepadanya: "Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!" (Mat 4:5-7 ITB)
           
            Setelah Iblis gagal dalam pencobaannya yang pertama, maka ia mulai membuat suatu varian serangan. Ini adalah strategi dari si jahat. Ketika ia gagal dengan cara yang pertama, maka ia akan menggunakan cara yang lebih licik lagi.
            Iblis mulai menggunakan firman yang palsu untuk mencobai Yesus “sebab ada tertulis”. Firman yang hidup hanya ada satu, yaitu Tuhan Yesus Kristus sendiri (band. Yoh. 1:1). Firman adalah setiap perkataan yang disampaikan kepada umat manusia oleh Allah sendiri maupun menggunakan perantara (para nabi, rasul, raja-raja, hamba Tuhan, dll) dimana Allah berkehendak di dalamnya (band. Yes. 55:11). Dengan tuntunan Firman, maka manusia dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah (band. Maz. 17:4). Pada bagian ini Iblis secara terang-terangan melawan Allah dan kebenaran firman-Nya dengan firman yang palsu dan tentu saja Tuhan Yesus menjawab dengan perintah firman yang benar “jangan mencobai Tuhan, Allahmu!”. Cara seperti ini juga dipakai oleh Iblis untuk menjatuhkan Adam dan Hawa ke dalam dosa (band. Kej. 3:1-5) Sampai sekarang pun banyak orang percaya yang memiliki pemahaman yang keliru akan pengajaran – pengajaran Alkitab, tidak sadar bahwa dirinya telah ditipu oleh Iblis. Apakah arti mencobai Allah? bukankah Allah itu tidak dapat dicobai dan mencobai siapapun? (Yak. 1:13). Mencobai dalam pengertian yang negative dapat diartikan sebagai tindakan untuk menjatuhkan (band. Kej. 39:7-12). Memang benar bahwa Allah tidak dapat dipengaruhi oleh sesuatu apa pun diluar diri-Nya (band. Rom. 11:33-36). Ketika Iblis mencobai Kristus itu tidak berarti bahwa Allah sedang “masuk” ke dalam lingkaran pencobaan si jahat, akan tetapi Allah sedang melawan pencobaan si jahat dan Iblis sedang menunjukkan dirinya sebagai oknum yang menentang Allah dan kebenaran firman-Nya. Mencobai Allah berarti memaksakan kehendak diluar kehendak Allah untuk Allah lakukan. Jika kita mempercayai firman yang palsu, maka kita juga akan taat dan tunduk kepada “allah” yang palsu.
            Kita perlu belajar firman dengan sungguh – sungguh sehingga kita dapat mengenal TUHAN yang benar dan dapat memiliki kehidupan iman yang diperkenankan oleh TUHAN. Kita harus kembali kepada pengajaran gereja yang ortodoks. Banyak gereja, hamba – hamba Tuhan, dan orang percaya di zaman sekarang ini yang tidak mau belajar kebenaran firman TUHAN sehingga terjatuh di dalam pencobaan yang Iblis kerjakan. Pendalaman firman Tuhan yang murni (Alkitabiah) tidak dipentingkan lagi, menafsirkan Alkitab secara sembarangan untuk memuaskan keinginan (band. 2 Pet. 1:20-21), orang – orang hanya memakai firman Tuhan yang sesuai dengan keuntungan pribadi (band. 2 Tim. 4:3); bahkan ada gereja – gereja ekstream yang mengatakan yang terpenting adalah pujian dan penyembahan, mujizat kesembuhan, karunia Roh Kudus, hidup yang sukses, terbebas dari segala penderitaan fisik, hidup bahagia. Ini semua adalah pengajaran yang berlebihan, hanya menekankan kepada satu bagian firman tertentu dan tidak melihat kepada keseluruhan pengajaran Alkitab. Kita harus berhati – hati dengan situasi pengajaran firman yang sebenarnya bertentangan dengan prinsip – prinsip firman itu sendiri. Ini sangat penting karena kita tahu bahwa Adam-Hawa terjatuh ke dalam dosa karena ia tidak berpegang teguh kepada firman Allah yang benar dan terbujuk oleh si ular dengan firman yang “mirip/palsu” (band. Kej. 3:4).
            Iblis akan terus berusaha untuk menjatuhkan setiap orang percaya dengan firman yang “mirip”, tapi bukan firman Allah. Ia akan mengutus seluruh nabi-nabi palsu, antikristus, guru – guru palsu untuk melawan Allah dan kebenaran firman-Nya (band. 1 Yoh. 4:3; Mat. 7:15; 2 Pet. 2:3). Melawan firman Tuhan tidak hanya ditujukan kepada mereka yang secara terang – terangan tidak mau percaya bahwa Alkitab adalah firman Tuhan yang diilhamkan oleh Allah Roh Kudus melalui para penulis Alkitab, akan tetapi melawan firman Tuhan juga berarti setiap umat manusia yang tidak mau hidup sesuai dengan kebenaran firman (band. Tit. 1:16). Meskipun kita telah menjadi seorang Kristen dan “percaya” bahwa Akitab adalah firman Allah, tapi jika kita tidak mau hidup di dalamnya, maka kita sedang berada pada posisi melawan (mencobai) Tuhan.

c. Hidup untuk Tuhan Vs. Meninggalkan Tuhan (menikmati segala kenikamatan duniawi)
Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, 9 dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku." 10 Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"
(Mat 4:8-10 ITB)
            Setelah Iblis gagal untuk menjatuhkan Tuhan Yesus pada pencobaan sebelumnya, Iblis mulai mencobai-Nya dengan membuat sebuah penawaran  yang sangat “menggairahkan” dan tentunya dengan sebuah syarat. Secara manusia Tuhan Yesus adalah manusia yang miskin dengan status social yang rendah sebagai anak tukang kayu yang tinggal di daerah yang tidak diperhitungkan oleh orang – orang pada waktu itu (band.  Mat. 13:55; Kis. 2:7). Tuhan Yesus menjadi manusia yang miskin, yang hina, menderita, tidak dianggap oleh orang karena Ia begitu mengasihi saya dan saudara (band. Yoh. 3:16). Allah yang berkuasa atas segala sesuatu rela menanggalkan segala kemuliaan turun dan bereinkarnasi menjadi manusia hanya untuk menyelamatkan umat-Nya dari hukuman dosa melalui sebuah kematian yang sangat hina di kayu salib (band. Fil. 2:5-8).
            “Jika” Tuhan Yesus menerima tawaran si jahat, maka sangat mungkin bahwa Ia akan terhindar dari segala kemiskinan, rasa lapar, status social yang rendah, penderitaan, yang semuanya akan digantikan dengan segala kenikmatan dunia; tentunya dengan satu syarat, yaitu meninggalkan penyembahan dan bakti Tuhan!. Tuhan Yesus dengan sangat keras mengatakan bahwa manusia harus menyembah dan berbakti kepada Tuhan!. Ini seharusnya menjadi prinsip hidup seluruh orang percaya yang tidak boleh digantikan dengan apa pun, termasuk segala kenikmatan duniawi yang sementara. Alkitab jelas mengatakan bahwa ini merupakan kesia-siaan jika ada orang yang dapat memperoleh seluruh kenikmatan dunia, tapi meninggalkan Tuhan dan kehilangan hidup yang kekal (band. Luk. 9:25).
            Dunia saat ini begitu banyak menawarkan segala kemudahan jika kita bersedia meninggalkan Tuhan. Banyak orang – orang percaya yang akhirnya meninggalkan Tuhan demi kedudukan, popularitas, uang, status social dan lain sebagainya. Sebagai orang Kristen mungkin kita tidak sampai meninggalkan iman kita, tapi apakah Kristus sudah menjadi pusat penyembahan dan bakti kita? Kristus menjadi pusat penyembahan dan bakti berarti kita mengakui Dia sebagai yang utama dalam hidup kita dan hanya Dia yang harus dipermulikan dalam setiap jalan kehidupan kita!. Apa pun keadaan, status, pekerjaan kita saat ini, mari kita memuliakan Tuhan dengan melaksanakan tugas dan tanggungjawab sesuai dengan firman-Nya, seperti yang pernah dikatakan oleh rasul Paulus: “…31 Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah..” (1Kor. 10:31 ITB).
            Pencobaan hidup akan selalu diperhadapkan kepada kita. Jika TUHAN telah menang atas segala kesulitan, tantangan, rintangan, permasalahan, pencobaan hidup, maka kita pun (sebenarnya) telah diberikan kuasa dan hikmat yang diajarkan di dalam Alkitab. Firman TUHAN sungguh sangat luar biasa. Di tengah kehidupan dan situasi dunia yang sudah banyak terpengaruh oleh pengajaran, nilai – nilai, prinsip – prinsip (pencobaan) yang tidak sesuai dengan iman keristenan, firman TUHAN mengajarkan kepada kita untuk tunduk di bawah kuasa Allah dan kebenaran firman-Nya. Hanya dengan cara seperti yang diajarkan oleh TUHAN Yesus pada bagian firman TUHAN ini, maka kita akan dapat mengalami hidup yang berkemenangan. Amin!.



                [1] Pembahasan yang lebih mendalam mengenai Pencobaan saya terangkan dalam khotbah yang berjudul “Pencobaan, Ujian dan Hikmat Tuhan” yang terambil dari kitab Yakobus 1:1-8; 12-15.

Kamis, 23 Oktober 2014

PUSAT KEHIDUPAN ORANG PERCAYA

PUSAT KEHIDUPAN ORANG PERCAYA
(Yohanes 15:1-8; Alkitab)
Oleh: Nathan C. Ellyon

       

     Sudah sejak lama para ilmiawan mempercayai bahwa Matahari adalah pusat dari tata surya Bimasakti (teori Heliosentrisme oleh Nicolaus Copernicus). Sebelum teori ini muncul kebanyakan orang menggunakan teori geosentris (berpusat pada bumi) yang ternyata salah. Salah satu penyebab yang mengindikasikannya bahwa Matahari sebagai pusatnya adalah karena seluruh planet – planet yang termasuk di dalam system tata surya Bimasakti (Merkurius, Venus, termasuk bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus) berputar mengelilingi Matahari (berevolusi). Sebagai pusat tata surya Bimasakti, Matahari telah menjadi bagian penting dari kehidupan mahkluk hidup di bumi, termasuk manusia. Kita bisa membayangkan bagaimana jadinya jika bumi keluar dari jalurnya dan hilang menjauh dari Matahari menuju alam semesta yang tidak ada cahaya dan panasnya…?. Sudah dipastikan bahwa bumi akan selamanya gelap dan kehidupan perlahan akan hilang lenyap. Menjalani kehidupan akan sangat sulit karena salah satu sumber energy terpenting bagi kelangsungan hidup umat manusia tidak dapat digunakan lagi. Dengan membayangkan hal ini saja sudah membuat kita mengerti bahwa apa pun yang dikatakan sebagai “pusat” merupakan hal yang paling penting. Bayangkan jika Allah yang membuat keteraturan alam semesta ‘lalai’ (dimengerti: tidak akan mungkin lalai, Ams. 3:19-20; Maz. 104:1-35)  menjaga semuanya itu, bagaimana jadinya…? planet - planet akan saling bertabrakan dan akan terjadi kehancuran alam semesta yang sangat mengerikan dan! bagaimana jika saya dan saudara terlepas dari Allah Sang Pencipta segala benda – benda angkasa, termasuk Matahari yang sangat dibutuhkan bagi kelangsungan hidup umat manusia…? Bukankah seharusnya ini lebih mengerikan lagi!.
            Dalam segala aktifitas pekerjaan, kita sering tidak menyadari bahwa ada Allah yang berdaulat atas segala sesuatu (The Sovereighty of God), seperti perkataan rasul Paulus: “…28 Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada, seperti yang telah juga dikatakan oleh pujangga-pujanggamu: Sebab kita ini dari keturunan Allah juga…” (Kis. 17:28 ITB). Setelah kejatuhan di dalam dosa, umat manusia ‘terlepas’ dari pusat/sumber kehidupannya, yaitu Allah sehingga berada pada kondisi yang paling membahayakan. Siapa pun manusia yang terlepas dari Allah pasti akan binasa!. Itulah sebabnya TUHAN Yesus Kristus sebagai TUHAN yang sanggup memulihkan hubungan yang rusak ini mengundang/mengajak setiap manusia yang berdosa untuk kembali merekat dengan Dia sebagai sumber kehidupan dan kebenaran.

                "Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. 2 Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. 3 Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. 4 Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. 5 Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. 6 Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. 7 Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. 8 Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku." (Joh 15:1-8 ITB)

            
Ayat 1 pada bagian ini merupakan ayat yang sangat penting. TUHAN Yesus Kristus menyebut diri-Nya sebagai pokok anggur yang benar dan Allah Bapa sebagai pengusahanya. Dengan mengatakan demikian secara implisit TUHAN Yesus juga menyebut, memproklamasikan, memberitakan bahwa (dibaca: hanya) Dia-lah kebenaran. Manusia yang berdosa hanya dapat dibenarkan/melakukan kebenaran yang diperkenankan di hadapan Allah Bapa melalui/di dalam TUHAN Yesus Kristus (band. Rom. 3:24; 5:1; 1 Kor. 6:11; Gal. 2:16), maka tidak heran pada bagian ini TUHAN selalu mengajak semua orang percaya agar tinggal di dalam Dia dan sebaliknya TUHAN dan kebenaran firman-Nya tinggal di dalam kita. Allah Bapa sebagai pengusahanya, yang memelihara, merawat, dan memberikan pertumbuhan yang baik (band. 1 Kor. 3:6-7) agar tanaman anggur (ranting-Nya/umat-Nya, setiap orang percaya) dapat menghasilkan buah yang lebat melalui pokok yang benar (TUHAN Yesus Kristus). Setiap orang percaya yang dipilih dan merasakan kasih karunia Allah disebut sebagai ranting-Nya (band. Rom 11:17-24). Kehidupan orang percaya adalah sebuah progress yang pasti, jelas dan menuju kepada satu tujuan hidup bagi kemuliaan TUHAN (band. Ef. 2:10; 4:13; Ibr. 5:12-14; ). Sebuah kehidupan yang penuh dengan kemenangan. Banyak orang Kristen yang salah mengartikan hidup yang berkemenangan di dalam TUHAN ‘dianggap’ sebagai hidup yang selalu diberkati melimpah, seluruh kebutuhan hidup yang terpenuhi, terbebas dari semua permasalahan (bandingkan Dengan kehidupan pelayanan rasul Paulus yang mengucap kalimat firman TUHAN ini. Meskipun ia banyak mengalami tantangan hidup yang sangat berat (baca kisah perjalanan Misi rasul Paulus di kitab Kis. 9-28 dan curahan hatinya tentang kesusahan pelayanannya kepada jemaat di Korintus, 2 Kor. 23-27), namun ia mengatakan bahwa hidupnya selalu dipenuhi oleh kemenangan Ilahi karena baginya kemenangan orang yang lebih dari pemenang adalah bagi mereka yang dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang telah TUHAN percayakan, Rom. 8: 31-39). Hidup berkemenangan yang diajarkan oleh Alkitab adalah hidup yang mengalami kemenangan atas setiap kedagingan dan dapat menghasilkan buah – buah yang diperkenankan oleh TUHAN/melakukan kebenaran-Nya (band. Rom. 6:17-19) . “Bagaimana caranya supaya kita dapat mengalami hidup yang berkemenangan atas dosa dan dapat menghasilkan buah – buah yang diperkenakan oleh TUHAN…?”. Tinggal di dalam TUHAN Yesus Kristus dan kebenaran firman-Nya adalah sebuah kunci emas yang membawa setiap kita menuju kepada hidup berkemenangan. Jika kita tidak tinggal di dalam TUHAN, maka apa pun yang sudah kita lakukan sepanjang hari itu tidak ada satupun kegiatan yang diperkenankan oleh TUHAN!.
            Berbicara tinggal di dalam Kristus bukanlah berbicara soal dapat melakukan segala sesuatu dan tidak dapat melakukan apa – apa di luar Kristus, tapi berbicara soal tidak/dapat melakukan kebenaran yang diperkenankan oleh Allah Bapa! (band. Rom. 14:17-18). Setiap orang yang telah diselamatkan oleh kasih karunia Allah berkewajiban menghasilkan buah - buah kebenaran. Ini adalah tanda pertobatan untuk umat-Nya yang telah percaya dan menjadi milik Kristus (Ketekunan orang – orang kudus/Preseverence of Saints). Bagi mereka yang mengaku percaya dalam nama TUHAN Yesus Kristus, namun tidak pernah menjadikan dan melayani TUHAN Yesus sebagai Tuan atas seluruh hidupnya, maka TUHAN tidak pernah memanggil dan menjadi Juruselamatmu! (band. Mat. 7:14; 22:14; Tit. 1:16). Pada bagian yang lain TUHAN Yesus sendiri pernah berkata bahwa: “…21 Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. 22 Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? 23 Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" (Mat 7:21-23 ITB). Kita hanya akan dapat melakukan kehendak/kebenaran yang diperkenankan oleh Bapa jika kita tinggal di dalam TUHAN Yesus Kristus dan kebenaran firman-Nya. Sebagai orang percaya kita semua harus sungguh – sungguh memperhatikan kehidupan kita agar tetap dan terus tinggal di dalam Kristus dan kebenaran firman-Nya supaya setiap apa yang kita kerjakan selalu diperkenankan oleh Allah Bapa. Jangan sampai kita menyia-nyiakan kesempatan hidup yang TUHAN berikan dengan tidak menghasilkan buah – buah pertobatan karena jika terjadi demikian TUHAN tidak akan segan - segan untuk memotong kita dari sumber kehidupan yang kekal (TUHAN Yesus Kristus) dan dicampakkan ke dalam kematian yang kekal di neraka dimana tidak ada lagi kesempatan yang TUHAN ijinkan/berikan kepada kita untuk bertobat dan memperbaiki kelakuan hidup (band. Kisah Lazarus yang miskin dan seorang kaya, Luk. 16:19-31). Selama masih ada hari ini, maka tidak terlambat bagi saya dan saudara untuk mengambil keputusan hidup di dalam TUHAN Yesus Kristus sebagai pokok anggur yang benar, di dalam kebenaran firman-Nya agar setiap hidup kita diperkenankan oleh Allah Bapa dan kita semakin banyak menghasilkan buah – buah yang tak bercacat dan tak bernoda menjelang hari kedatangan TUHAN (band. 2 Pet. 3:14-15).
            Pada ayat yang ke-7 TUHAN Yesus Kristus memperkatakan firman yang seringkali disalahpahami oleh orang – orang Kristen. Perkatan – perkataan TUHAN seperti ini menjadi sebuah firman yang seringkali menjadi ayat, kesempatan, doa favorit bagi orang – orang Kristen. Banyak orang Kristen yang ‘keterlaluan’ dalam menafsirkan ayat firman ini dengan berfikir bahwa TUHAN akan memenuhi segala keinginan’nya’ tanpa memperhatikan keseluruhan dari perkataan TUHAN Yesus Kristus (maafkan saya jika menggunakan kata ini karena saya melihat fenomena kekristenan pada saat ini kebanyakan sudah bersikap demikian terhadap TUHAN-nya. Dalam hal permohonan sebuah keinginan, saya ingin menegaskan bahwa TUHAN bukanlah ‘pembantumu’! bukan ‘pesuruhmu’! bukan ‘pelayanmu’! yang dapat engkau perintahkan (“paksa”) untuk memenuhi segala keinginan dan kepuasanmu akan hal – hal duniawi, tapi Dia adalah TUHAN di atas segala tuan yang harus kita hormati sebagaimana Ia ada). Sebelum TUHAN mengatakan “…mintalah apa saja yang kamu kehendaki dan kamu akan menerimanya…” (ayat 7) ada kalimat – kalimat yang sangat penting yang sudah sedikit kita bahas sebelumnya. Terjemahan Alkitab kita (LAI) kurang tepat dalam menterjemahkan kalimat ini. The New International Version (NIV) lebih tepat menterjemahkannya menjadi: If you remain in mea and my words remain in you, ask whatever you wish, and it will be given you.b (Joh 15:7 NIV). Tanyakanlah segala keinginanmu, maka itu akan diberikan kepadamu…”. “Mengapa harus (selalu) mempertanyakan kepada TUHAN apa yang menjadi keinginan kita, seolah-olah kita sendiri tidak tahu keinginan kita yang diperkenankan oleh TUHAN?. Kita harus selalu mencari tahu apa yang TUHAN inginkan dalam hidup kita karena itulah sebenarnya yang menjadi keinginan yang terbaik dalam hidup kita (band. Yer. 29:11; Yes. 55:8-9). Jangan sampai kita menjadi anak TUHAN yang memiliki iman yang manja, iman kekanak-kanakan yang keinginannya harus selalu dipenuhi, tapi marilah kita menjadi anak TUHAN yang memiliki iman yang taat, mau tunduk kepada TUHAN dan kebenaran firman-Nya dengan senantiasa bertanya, mencari tahu apa yang TUHAN kehendaki untuk saya miliki, untuk saya kerjakan, untuk saya berikan bagi orang lain, untuk saya berikan bagi pekerjaan TUHAN (bandingkan pernyataan ketaatan iman Sadrakh, Mesakh dan Abednego kepada kehendak TUHAN ketika akan dihukum dimasukkan ke dalam perapian oleh raja Nebukadnezar karena tidak menyembah patung emas ‘berhala’, Dan. 3:16-18). Setiap keinginan kita harus terlebih dahulu tunduk kepada TUHAN Yesus dan kebenaran firman-Nya sehingga setiap apa yang kita inginkan semuanya untuk memuliakan TUHAN bukan berdasarkan keinginan untuk kepuasaan duniawi. TUHAN tidak pernah mengatakan bahwa kita akan mempermuliakan Allah Bapa karena segala keinginan ‘kita’ yang telah terpenuhi, tapi karena kita menghasilkan buah – buah kehidupan yang diajarkan oleh kebenaran firman TUHAN, maka dengan berbuat demikian TUHAN menyebut kita sebagai murid – murid-Nya (band. Ayat 8), seperti tujuan TUHAN menyuruh kita untuk tinggal di dalam Dia sebagai pokok anggur yang benar, yaitu supaya kita semakin dapat menghasilkan buah – buah firman.

            Sebagai orang percaya, marilah kita memiliki kehidupan yang berpusat kepada TUHAN Yesus Kristus (Christo Centris) sebagai pokok anggur yang benar sehingga kita dapat menghasilkan buah – buah yang diperkenankan oleh Allah Bapa di dalam firman Anak-Nya. Biarlah setiap apa yang kita lakukan semuanya untuk TUHAN, seperti yang dikatakan oleh rasul Paulus: “…Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah…” (1Kor. 10:31 ITB). Amin!.

Selasa, 21 Oktober 2014

JAMINAN KESELAMATAN OLEH KASIH KARUNIA ALLAH

JAMINAN KESELAMATAN OLEH KASIH KARUNIA ALLAH
(Yohanes 14:1-3; Efesus 2:8-9; Alkitab)
Oleh: Nathan C. Ellyon

            Melihat dunia saat ini, kita dapat memperhatikan ada begitu banyak kebutuhan – kebutuhan hidup yang harus dipenuhi. Tidak jarang bagi kita yang mempunyai tanggungjawab yang lebih harus bekerja lebih keras pula.
            Bekerja adalah salah satu kewajiban hidup yang harus dijalani oleh manusia (band. Kej. 2:15). Ketika manusia jatuh di dalam dosa, pekerjaan semakin sukar (band. Kej. 3:19). Di telinga kita sudah tidak asing lagi mendengar sebuah istilah yang berkata: “Time is Money”. Istilah ini menjadi pinsip kehidupan (aktifitas) bagi mereka yang menghabiskan “hampir” seluruh waktu hidupnya hanya untuk mendapatkan kekayaan, uang dan harta (bandingkan dengan konsep waktu yang diajarkan oleh Alkitab bagi orang percaya di 1 Kor. 7:21; Ef. 5:16; Kol. 4:5 dimana firman TUHAN mengajarkan bahwa waktu adalah kesempatan “Time is Opportunity” bandingkan juga dengan nasehat rasul Paulus kepada Timotius tentang contoh kehidupan para janda yang mempergunakan setiap waktunya sebagai kesempatan untuk berbuat kebaikan, 1 Tim. 5:10). Hidup di dunia yang semakin rumit ini memang tidak gampang’ butuh kerja keras, bahkan tidak sedikit kita yang mendengar atau membaca kesaksian hidup orang - orang yang berjuang dengan mencucurkan air mata sebelum dapat meraih dan menikmati kesuksesannya. Saya sangat mengapresiasi dan terus belajar mencontoh orang – orang yang mempunyai prinsip hidup seorang pekerja keras. Banyak orang telah bekerja dengan begitu giat untuk mencapai segala kesuksesan dunia. Disadari ataupun tidak, kita sering menghabiskan semua tenaga, waktu, kemampuan untuk mengejar segala ambisi dan kepuasaan dunia, tanpa! kita sadari bahwa kita ini adalah manusia yang diciptakan untuk memuliakan TUHAN yang lahir ke dalam dunia tanpa suatu apa pun dan yang pada waktunya akan kembali menghadap tahta pengadilan Kristus dengan membawa pertangungjawaban iman (band. Ayb. 1:21; 2:10; 2 Kor. 5:10).
.           Siapapun saya dan saudara saat ini ingatlah selalu akan satu hal yang pasti, yaitu bahwa semua manusia akan mati.

1. Jaminan Keselamatan

"Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. 2 Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. 3 Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada. (Yoh. 14:1-3 ITB)
15 Berharga di mata TUHAN kematian semua orang yang dikasihi-Nya. (Maz. 116:15 ITB)

            Kebutuhan utama dan yang paling penting bagi umat manusia adalah jaminan keselamatan hidup yang kekal. Banyak orang yang tidak sadar telah terlena dengan kenikmatan dunia sehingga tidak peduli lagi, padahal Alkitab cukup banyak mengajarkan umat-Nya agar mempunyai tujuan hidup yang jelas baik tujuan hidup selama TUHAN masih memperkenankannya untuk menjalani kehidupan di dunia maupun kehidupan setelah kematian (band. Mat. 16:24-27). Menikmati setiap berkat – berkat TUHAN tidaklah salah; tetaplah ‘sah’ jika selalu dilakukan menurut perkenanan Tuhan. Menikmati segala yang telah TUHAN sediakan akan menjadi salah jika kita sampai melupakan tujuan utama kita diselamatkan menjadi ciptaan yang baru (lahir baru) di dalam TUHAN Yesus Kristus (Band. Ef. 2:10).
            Setiap orang yang tidak percaya kepada nama TUHAN Yesus Kristus pasti tidak dapat memungkiri bahwa ada “keresahan jiwa/kegelisahan hati” akan kepastian/jaminan keselamatan hidup yang kekal di sorga yang akan dijalani setelah kematian di dunia ini (band. Yoh 3:36). “Mengapa bisa ada/timbul perasaan yang demikian…?” Tidak ada satupun Pribadi yang berani memberikan jaminan/kepastian keselamatan hidup yang kekal, kecuali hanya TUHAN Yesus sendiri. Semua pengajaran konsep keselamatan agama – agama (kecuali keksritenan yang Alkitabiah) mengajarkan konsep keselamatan yang berpusat kepada perilaku manusia. Setiap perbuatan manusia selama ia hidup di dunia menjadi jaminan masuk sorga bagi dirinya sendiri. Semuanya masih serba tidak menentu, tidak ada kepastian yang membuat jiwa merasa damai dan tenang. Bagi setiap jiwa yang resah Injil memberikan kabar sukacita bahwa berita pertobatan dan jaminan keselamatan telah Allah anugerahkan di dalam Anak-Nya yang tunggal, yaitu TUHAN Yesus Kristus (band. Luk 24:27; Kis. 4:12). Allah dengan kasih yang begitu besar telah rela mengaruniakan Anak-Nya, TUHAN Yesus Kristus menjadi jalan pendamaian bagi umat-Nya (band. Yoh. 3:16; Rom. 3:25-26; Kol. 1:20; Ibr. 9:14). Betapa luar biasanya jika kita betul – betul memahami dan merasakan bagian ini, seperti apa yang pernah dialami oleh rasul Paulus ketika kasih karunia Allah datang kepadanya, mengubahkan hidupnya dan memberikan tujuan hidup untuk bekerja memuliakan TUHAN, sampai – sampai ia pernah bersaksi di hadapan raja Agripa pada waktu akan diadili dengan berkata: Sebab itu, ya raja Agripa, kepada penglihatan yang dari sorga itu tidak pernah aku tidak taat.” (Kis. 26:19 ITB). Ketaatan, kesetiaan, keteguhan hidup orang percaya hanya akan terlihat bagi mereka yang sungguh – sungguh percaya dan merasakan, bahkan memberikan seluruh hidupnya untuk dipakai oleh TUHAN dalam segala tugas dan tanggungjawab masing – masing yang telah dipercayakan-Nya.
            Saya akan menutup perenungan pada bagian pertama ini dengan sebuah lagu yang begitu indah yang berjudul “Yesusku Jaminan Mulia” (PPK No. 27) karya Fanny J. Crosby & Mrs. Joseph F. Knapp. Lagu ini menggambarkan tentang jaminan keselamatan yang diberikan oleh TUHAN kepada mereka yang percaya sungguh – sungguh dan memiliki tujuan hidup untuk memuliakan TUHAN Yesus Kristus.

#1
Sungguh dan pasti jaminan Hu
Yesus milikku selamanya…
Ku mendapatkan kes’lamatan
Lahir baru oleh Roh Kudus…

Reff:
Setiap hari ku masyurkan
Memuji Yesus Penebusku
Setiap hari ku masyurkan
Memuji Yesus Penebusku

#2
Aku menyerah kepada-Nya
Kini merasa sukacita
Malaikat datang mewartakan
Anugerah dan kasih TUHAN

#3
Kar’na serahkan segalanya
Ku memperoleh kelegaan
Dalam Penebus tersedia
Berkat bahagia yang berlimpah         
2. Kasih Karunia

8 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,
9 itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. (Ef. 2:8-9 ITB)

            Kasih karunia Allah adalah pemberian keselamatan hidup yang kekal yang diberikan dengan cuma – cuma oleh Allah kepada manusia yang berdosa sehingga dapat dibenarkan di dalam TUHAN Yesus Kristus (band. Rom. 3:24). Setiap kita yang telah menerimanya harus, patut, dan wajib mengucap syukur atasnya dan senantiasa hidup memuliakan TUHAN (band. 1 Kor. 1:4; 2 Kor. 9:15). Dasar kehidupan setiap orang percaya adalah kasih karunia (band. Kis. 4:33; 13:43; Rom. 5:17; 2 Kor. 1:12). Kasih karunia adalah pemberian terbesar dan terpenting bagi orang percaya (band. Yoh 3:16). Di atas kasih karunia setiap orang percaya wajib untuk membangun segala kebaikan – kebaikan yang telah Allah rancangkan sebelum dunia dijadikan (band. Ef. 2:4-10). Yohanes Pembaptis merangkumnya dengan sebuah kesaksian yang indah. Ia mengatakan:Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia…;” (Yoh 1:16). Kita mempunyai sumber keselamatan yang jelas dan tujuan hidup yang jelas.
            “Mengapa harus dengan kasih karunia Allah di dalam TUHAN Yesus kristus…?; adakah cara ‘alternatif’ yang diberikan sehingga manusia beroleh selamat karena cara yang demikian…?”. Ahli – ahli Taurat Yahudi percaya dan mengajarkan bahwa manusia hanya dapat memperkenankan TUHAN karena ketaatan menjalankan ritual agamawi (Hukum Taurat). Hukum Taurat adalah jasa – jasa kebaikan umat manusia yang berharap agar ia memperkenankan TUHAN menerima segala perbuatannya; sedangkan kasih karunia Allah adalah jasa – jasa kasih, kebaikan, pengorbanan, kemurahan Allah di dalam TUHAN Yesus Kristus tanpa sedikitpun sumbangsih dari pihak manusia. Ada perbedaan konsep yang sangat tajam. Ketika TUHAN Yesus mulai mengajar banyak orang untuk percaya kepada-Nya (menggantungkan keselamatan kepada pihak lain ‘TUHAN Yesus sendiri’), maka mereka mulai curiga dan terus membuntuti pelayanan dan pengajaran TUHAN Yesus. Pada suatu kesempatan, ketika banyak orang berkerumun untuk mendengarkan pengajaran-Nya, TUHAN berkata: "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya...” (Mat 5:17 ITB). TUHAN Yesus sendiri tidak pernah memiliki niat untuk membatalkan perintah – perintah hukum Taurat, justru maksud dan kedatangan-Nya ialah untuk menyempurnakannya (Band. Mat. 5:18-19). Mengapa hukum Taurat tidak dapat membawa manusia kepada jalan keselamatan?. Tuhan sebagai Allah yang empunya sorga mempunyai standard yang mustahil bagi kita, yaitu sempurna 100% menurut cara pandang Ilahi, tidak ada sedikitpun cacat cela (band. Mat. 5:48; Kol. 13:12). Sekalipun kita dapat melaksanakan 99,9% seluruh perintah hukum Taurat, maka itu tidak dapat memenuhi standard yang Allah telah tetapkan untuk dapat menikmati Dia di sorga (Bandingkan dengan kisah kejatuhan umat manusia di kitab Kejadian 3:1-24, hanya karena satu perbuatan dosa ketidaktaatan kepada perintah Allah “mencuri” buah yang dilarang dan memakannya, maka akibat yang ditimbulkan adalah begitu fatal bagi semua manusia). Sedikit saja cacat cela, maka sudah membuat kita tidak layak di hadapan Allah yang Mahakudus. Jadi mampukah kita berharap kepada perbuatan – perbuatan hukum Taurat…?. Rasul Paulus memberikan pemahaman dari sudut pandang yang berbeda. Ia mengatakan bahwa: “…Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa…” (Rom 3:20 ITB) dan lebih jauh lagi ia berkata: “…4 Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia...” (Gal 5:4 ITB; band. Rom. 3:28;  ). Tuntutan sempurna hukum Taurat adalah dapat melakukannya tanpa cacat cela sedikitpun (band. Gal. 5:3). Jadi hukum Taurat menuntut dari pihak manusia untuk terus aktif menjalankannya di setiap menit kehidupannya! (band. Gal. 3:10-11; Ul. 27:26). Setiap perintah hukum Taurat yang kita lalaikan untuk dilakukan disetiap bagian kehidupan kita, itu adalah dosa meskipun kita mengklaim tidak berbuat kejahatan!. (band. Mat. 7:8, 23:23; Yak. 4:17). Jasa – jasa yang ada cacatnya di hadapan TUHAN membuat kita tidak layak di hadapan-Nya sehingga mustahil bagi manusia untuk dapat memperkenankan Allah (band. 64:6; Rom. 3:23). Dalam bagian ini, dengan kerendahan hati kita harus mengakui bahwa kita tidak dapat memenuhi semua tuntutan hukum Taurat, kita butuh cara yang lain yang kita sendiri tidak dapat melakukannya (band. Luk. 1:37; Mat. 19:25).
            “Jika adalah kemustahilan dengan jasa – jasa, perbuatan – perbuatan kebaikan yang dicantumkan di seluruh perintah hukum Taurat, mengapa hanya kasih karunia Allah yang dapat menyelamatkan orang berdosa?”.  Sedikit tidaknya kita sudah menemukan jawabannya pada pembahasan sebelumnya. Jika standard Allah adalah sebuah kesempurnaan menurut cara pandang Ilahi, maka kita membutuhkan kesempurnaan Ilahi itu sendiri untuk dapat membawa kita kepada jalan keselamatan hidup yang kekal. Kita membutuhkan cara yang sempurna untuk membawa kepada keselamatan hidup yang kekal. Cara Ilahi yang sempurna, tanpa cacat cela yang dapat memperkenankan Allah hanyalah melalui pengorbanan TUHAN Yesus Kristus di kayu salib. Maka tepatlah pandangan rasul Paulus yang berkata bahwa: “…betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup…” (Ibr. 9:14 ITB). Allah Bapa memperkenankan diri-Nya di dalam Allah Anak (TUHAN Yesus Kristus) untuk menyatakan keselamatan hidup yang kekal bagi manusia yang berdosa yang juga telah kehilangan pengharapan di dalam hukum Taurat yang ketat. Inilah yang juga saya sebut sebagai “cara Allah memperkenankan diri-Nya sendiri dalam konsep keselamatan Ilahi” (sempurna, tak bercacat cela, sesuai dengan standard Ilahi). Inilah yang selalu diproklamasikan oleh Kristus ketika Ia datang ke dunia (band. Yoh. 4:21; Yoh. 10:38; Yoh. 14:1). Mari, sebagai orang percaya kita kembali kepada dasar pemanggilan kita, yaitu kasih karunia agar kita selalu mengucap syukur kepada Allah di dalam TUHAN Yesus Kristus dan dengan sukacita, damai sejahtera di dalam jiwa yang telah diberikan jaminan/kepastian hidup yang kekal untuk terus mengiring TUHAN dan bekerja semakin giat walau setiap permasalahan TUHAN ijinkan terjadi untuk memurnikan setiap iman kita (band. Yes. 48:10; Maz. 26:2; Rom. 1:17; 1 Tim. 1:18).
           
            Saya juga akan menutup perenungan pada bagian ke-2, sekaligus menjadi penutup seluruh pembahasan pada bagian ini dengan sebuah lagu yang berjudul “Nyamanlah jiwaku” (PPK No. 138   karya H. G. Spafford & P. P. Bliss). Setiap syair dituliskan dengan begitu indah dan penuh dengan makna. Biarlah seluruh jalan kehidupan yang akan kita tapaki berdasarkan kasih karunia Allah yang membawa kita kepada Allah Sang Pemberi kasih karunia. Amin!.

#1
“Bila damai mengiring jalan hidupku,
rasa aman di hatiku…,
dan kesusahan menimpaku
t’lah Kau ajarku mengingat firman-Mu”

Reff:
Nyamanlah jiwaku…
Nyamanlah, nyamanlah jiwaku

#2
Dalam pergumulan dan pencobaan
Kristus memb’rikan jaminan
Dan memperdulikan kepapaanku
Darah-Nya membasuh jiwaku

#3
TUHAN lekaskanlah harinya tiba
Imanpun akan tampaklah
Dn sangkakalapun akan berbunyi
TUHAN akan turun ke bumi



Senin, 20 Oktober 2014

BERSERAH DI DALAM PIMPINAN ROH KUDUS

BERSERAH DI DALAM PIMPINAN ROH KUDUS
(Galatia 5:16-26)
Oleh: Nathan C. Ellyon


            Beberapa waktu yang lalu salah seorang sahabat saya mengirimkan sebuah pesan singkat melalui media social Facebook. Ia bertanya kepada saya mengenai suatu topik yang sangat sederhana tapi yang sebenarnya menjadi pergumulan terberat orang yang percaya. Sahabat saya bertanya : “kak, jadi orang benar, baik, taat, n patuh kog susah ya???..” Pertanyaan ini begitu sederhana, namun terkandung suatu keputusasaan karena “mungkin” begitu sulitnya untuk menjadi orang percaya yang dipertanyakan oleh sahabat saya ini sehingga ia mengakhiri kalimat pertanyaan tersebut dengan berkata…kog susah ya???..
            Benarkah menjadi orang Kristen yang hidup benar di hadapan Tuhan adalah sebuah “usaha” yang sangat sulit? Jika mem ang sulit, apa penyebabnya sehingga saya dan saudara kesulitan untuk hidup berkenan kepada Allah…? Tentu jika kita ingin menyelesaikan suatu permasalahan, kita harus terlebih dahulu mengetahui akar penyebabnya. Kita harus jujur mengakui bahwa kegagalan – kegagalan yang terjadi dalam hidup kita bukan disebabkan oleh karena Tuhan tidak menolong atau Tuhan tidak menjaga umat-Nya, tapi dengan kerendahan hati kita harus sadar bahwa kitalah yang menyerahkan diri untuk dipimpin oleh keegoisan dan nafsu kedagingan kita.

a. Hidup (berjalanlah) oleh Roh
16. Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh,
maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging.
(Gal 5:16 ITB)

            Frase “hiduplah oleh Roh” yang diterjemahkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) sama dengan terjemahan New International Version (NIV)“live by the Spirit”. Kalimat ini diterjemahkan dari kalimat πνεύματι περιπατεῖτε yang jika diterjemahkan secara hurufiah dapat diartikan menjadi “Berjalanlah oleh Roh”; “digerakkan oleh Roh”; “serahkan dirimu untuk digerakkan oleh Roh”. Alkitab terjemahan New American Standard Bible (NAS) lebih tepat menterjemahkannya menjadi “walk by the Spirit”. Apa maksud rasul Paulus mengatakan kepada jemaat di Galatia bahwa mereka harus memiliki hidup yang sepenuhnya dijalankan oleh Roh Kudus? Bukankah mereka adalah orang – orang Kristen yang sudah percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat…? Pada pasal sebelumnya, tepatnya di pasal 5:13 rasul Paulus berkata:
Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka.
Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan
untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih. (Gal 5:13 ITB)

            Di Galatia ada beberapa orang percaya yang meremehkan anugerah Tuhan dengan hidup tetap di dalam dosa. Meskipun mereka percaya bahwa Tuhan Yesus telah memerdekakan mereka dari hukuman kekal namun mereka tidak memiliki kehidupan yang berserah untuk dijalankan oleh pimpinan Roh. Kondisi ini sangat ironi dimana mereka telah dikenal sebagai orang percaya namun kehidupannya tidak seperti teladan yang Tuhan Yesus ajarkan. Sampai saat ini pun banyak orang Kristen yang percaya bahwa Yesus Kristus telah menyelamatkan mereka dari hukuman kekal dengan mati di kayu salib sesuai dengan isi kitab suci, namun yang kenyataannya tidak pernah menjadikan Kristus sebagai Tuan pemilik hidup yang berhak mengatur dan menjalankan seluruh kehiduapannya. Pdt. DR. Stephen Tong pernah mengatakan satu kalimat yang sangat tajam “…if Jesus saves you but not your Lord, He’s not your Savior at all…” (Kalau Yesus hanya menyelamatkan engkau, tidak pernah menjadi Tuan-mu, dan ‘tak pernah jadi Juruselamatmu!).

b. Keinginan Daging dan Roh
17 Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan
Roh berlawanan dengan keinginan daging karena keduanyabertentangan sehingga
kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki. 18 Akan tetapi jikalau
kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat.
 (Gal 5:16-18 ITB)

            “Keinginan” adalah cikal bakal dimana seseorang akan memulai melakukan sebuah tindakan nyata. Rasul Paulus memulai pembahasannya dengan menekankan antara keinginan daging dan keinginan Roh dan dikatakan bahwa keduanya bertentangan. Alkitab mengajarkan bahwa dosa tidak hanya dikenal dalam bentuk perbuatan saja, tapi jika keinginan kitapun tidak sesuai dengan pimpinan Roh, maka kita sudah mulai berada di depan pintu dosa yang sudah sangat menggoda untuk segera dibuka. Jika ada seseorang yang mencuri barang milik orang lain, maka kita mengatakan bahwa ia telah melakukan dosa mencuri. Jika ada seseorang yang membunuh sesamanya dengan alasan apa pun, kita mengatakan bahwa orang tersebut telah melakukan dosa pembunuhan. Banyak orang menganggap bahwa seseorang hanya dianggap berdosa jika ia telah melakukan dosa secara langsung melalui tindakan. Di dalam Injil Matius 5:28, Tuhan Yesus berkata:
Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya. (Mat 5:28 ITB).
            Doktrin – doktrin yang terdapat di dalam Alkitab adalah sebuah pengajaran yang sangat ketat. Tidak ada pengajaran yang begitu jelas tentang dosa selain apa yang dijelaskan di dalam Alkitab. Dosa tidak dipandang hanya sebagai suatu tindakan yang bertentangan dengan cara hidup yang diperintahkan oleh Tuhan. Keinginan adalah awal dari tindakan seseorang untuk melakukan perbuatan dosa. Ketika Tuhan lebih mengindahkan persembahan Habel, maka timbullah keinginan untuk iri hati kepada adiknya, sehingga ia berencana untuk membunuh adik kandungnnya sendiri. Sebenarnya Allah sudah memperingatkan Kain terlebih dahulu tentang keinginan yang salah.
6 Firman TUHAN kepada Kain: "Mengapa hatimu panas dan mukamu muram?
 7 Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau
tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau,
tetapi engkau harus berkuasa atasnya."
 (Gen 4:6-7 ITB)
            Tuhan sudah memberikan peringatan yang sangat jelas kepada Kain untuk berhenti dari keinginan – keinginan yang membawanya kepada dosa yang lebih besar, namun ia tidak memperdulikannya dan akhirnya ia jatuh kepada perbuatan dosa yang lebih besar dengan membunuh adik kandungnnya sendiri.
            Salah satu pekerjaan Roh Kudus adalah menginsyafkan kita dari perbuatan dosa (bandingkan dengan Yoh. 14:26). Roh Kudus selalu memperingatkan anak – anak Tuhan agar selalu memiliki keinginan – keinginan yang berkenan kepada Tuhan. Kita harus menjaga hati dan pikiran dari keinginan – keinginan yang tidak berkenan kepada Allah. Apabila mulai tumbuh di dalam hati dan pikiran kita keinginan – keinginan yang tidak benar, maka kita harus dengan cepat meminta pertolongan Tuhan karena kalau keinginan tersebut tetap dibiarkan, maka cepat atau lambat akan menimbulkan dosa yang lebih besar, yaitu perbuatan dosa dalam tindakan nyata.
           
c. Perbuatan Daging dan Roh
19 Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu,
 20 penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah,
kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah,21 kedengkian, kemabukan,
pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu seperti
yang telah kubuat dahulu bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian,
ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. 22 Tetapi buah Roh ialah:
kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
 23 kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.
 (Gal 5:19-23 ITB)
            Rasul Paulus memberikan contoh – contoh nyata dari perbuatan – perbuatan dosa jika kita menyerahkan diri untuk dipimpin oleh nafsu kedagingan dan juga contoh nyata dari perbuatan – perbuatan (karakteristik) seseorang yang menyerahkan dirinya untuk dipimpin oleh Roh. Dosa dimulai dari keinginan dan jika keinginan itu tidak segera kita bereskan maka akan menimbulkan dosa yang lebih besar yang dilakukan melalui tindakan yang nyata. Dosa dimulai dari keinginan yang tidak benar yang jika tidak di-stop! maka akan menimbulkan perbuatan dosa dan perbuatan dosa yang dilakukan terus menerus; berulang kali (hidup didalamnya), menjadi kebiasaan yang tidak dapat diberhentikan, maka pada akhirnya akan melahirkan maut seperti yang diurutkan oleh Yakobus,
Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila
dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut. (Jam 1:15 ITB)

            Alkitab menjelaskan betapa mengerikannya dosa yang menggerogoti umat manusia jika kita tidak sepenuhnya bersandar di dalam pimpinan Roh Kudus. Kita sebagai orang percaya harus terus berhati – hati menjaga hati dan pikiran dari keinginan – keinginan yang berakibat kepada perbuatan dosa. Banyak orang yang berfikir bahwa adalah hal yang biasa jika kita melakukan 1x kesalahan yang mendukakan hati Tuhan sehingga seringkali meremahkan dosa dan tanpa disadari karena sikapnya yang demikian akhirnya menjadi sebuah kebiasaan yang dilakukan terus menerus dan sulit untuk berubah. Jika kita bertanya kepada seorang mantan pengguna narkoba tentang perjuangan mereka untuk terlepas dari jerat “kenikmatan” sesaat yang membunuh mereka secara perlahan, mereka pasti! akan menjawab betapa sulitnya menjalani hari – hari untuk terbebas dari keinginan mengkonsumsi obat – obatan tersebut. Begitu juga dengan seseorang yang telah membuka pintu dan masuk ke dalam “rumah dosa” maka akan sangat sulit untuk keluar dari kurungan tersebut.

d. Menjadi Milik Kristus
24 Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging
dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. 25 Jikalau kita hidup oleh Roh,
baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh, 26 dan janganlah kita gila hormat,
janganlah kita saling menantang dan saling mendengki.
 (Gal 5:24-26 ITB)

            Keselamatan memang adalah sepenuhnya merupakan karya Allah tanpa sedikitpun campur tangan dari umat manusia yang dipilih-Nya. Anugerah Allah datang ke atas setiap orang – orang yang tidak layak untuk menerimanya. Anugerah Allah diberikan bukan untuk membuat seseorang semakin jauh dari kehendak Allah. Anugerah Allah diberikan supaya setiap orang sadar sepenuhnya bahwa ia adalah manusia berdosa yang mendapat belas kasihan dari Allah dan anugerah itulah yang mendorong ia untuk memiliki kehidupan yang terus diubahkan dan menaklukkan diri dibawah pimpinan Roh. Keinginan dan perbuatan seseorang adalah bukti nyata bagi dirinya apakah ia sudah menerima keselamatan atau sebenarnya hanyalah menjadi “Kristen” saja sebagai pilihan agamanya. Anugerah Allah seharusnya menyadarkan kita bahwa kita sudah ditebus dengan darah dan pengorbanan Kristus yang tiada taranya dan kita sudah sepenuhnya menjadi milik Kristus. Tidak ada lagi hidup yang dipimpin oleh keegoisan dan nafsu kedagingan yang membawa kepada keinginan dan perbuatan dosa, tapi kita harus menaklukkan diri dibawah kehendak Roh karena Kristus adalah Tuan dan kita adalah hamba-hamba-Nya (bandingkan dengan Kol. 3:24).
           
            Menjadi orang percaya yang memiliki cara hidup yang berkenan kepada Tuhan bukanlah soal masalah susah atau gampang tapi masalah maukah hidup kita berserah di dalam pimpinan Roh Kudus….?.